Cikal PYP Exhibition : Proyek Murid yang Bermakna
“Melihat proses belajar di Cikal PYP Exhibition ini dekat sekali dengan kehidupan. Latar belakang murid membuat sebuah proyek tidak jauh dengan kehidupan mereka” ujar Ahdiyat seorang guru dari SMP Fitrah Insani yang datang bersama murid-muridnya. PYP (Primary Years Program) Exhibition adalah kegiatan tahunan bagi kelas 5 Sekolah Cikal dalam bentuk pameran. Sebelum pameran ada tahap penelitian yang dilakukan murid kelas 5. Dimulai dari menemukan isu dan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan memikirkan solusi untuk kontribusi kepada masyarakat. Bagaimana agar murid kelas 5 SD bisa menemukan isu yang ada dalam kehidupan sehari-hari? Serunya di sini, isu yang diangkat murid tidak tiba-tiba muncul, ada tahapan bernama Tuning In. Dalam #CikalPYPX tahun ini yang bertema sains, guru-guru mengajak murid untuk berkunjung ke museum IPTEK. Dengan pertanyaan-pertanyaan esensial, guru mencoba menggali inkuiri murid. Setelah Tuning In, ada tahapan Finding Out, murid mencari informasi awal berdasar pertanyaan esensial. Sorting Out, memikirkan, menganalisis, dan memvisualkan hasil observasi. Dan terakhir adalah Going Futher, tahapan di mana murid memikirkan dan merencanakan tindakan dari hasil olahan informasi. Sampai akhirnya karya bisa dilihat dalam pameran. Karena bertema sains, maka karya-karya yang ditampilkan pada Rabu dan Kamis (13 dan 14 Februari 2019) ini memiliki konsep sains. Dari proyek membuat alat untuk menurunkan kecemasan murid, kertas yang terbuat dari ubi kuning, robot yang bisa diajak latihan anggar, tangan elektronik yang dibuat karena terinspirasi atlet disabilitas, sarung tangan yang berfungsi sebagai remote control mobil, es krim yang terbuat dari sayuran dan masih banyak yang lainnya. Murid yang mengerjakan proyek ini dengan antusias menjelaskan bagaimana karya ini bisa jadi kepada pengunjung yang notabennya dari berbagai kalangan. Di sini terlihat murid memang menguasai apa yang ia lakukan. Selain itu murid tak canggung menyampaikan kegagalan yang ia lakukan selama mengerjakan proyek. Dan menuliskannya dalam kolom refleksi. Dan juga meminta umpan balik kepada para pengunjung. “Saya berharap kalau hari ini sekedar prototipe, maka suatu hari nanti apa yang dibuat anak-anak ini bisa diteruskan menjadi karya yang berdampak” ujar Emil, salah satu orangtua murid Sekolah Cikal. Apa yang saya lihat hari ini mengingatkanku kepada dua hal. Satu, teringat adegan terakhir film 3 Idiots, di mana murid-murid di sekolah yang Rancho buat, berkarya membuat alat-alat yang berguna bagi kehidupan. Kedua, teringat akan puisi karangan WS Rendra berjudul “Seonggok Jagung”. Seonggok JagungWS Rendra Seonggok jagung di kamar Dan seorang pemuda Yang kurang sekolahan Memandang jagung itu Sang pemuda melihat ladang Ia melihat petani Ia melihat panen Dan suatu hari subuh Para wanita dengan gendongan Pergi ke pasar Dan ia juga melihat Suatu pagi hari Di dekat sumur Gadis-gadis bercanda Sambil menumbuk jagung Menjadi maisena Sedang di dalam dapur Tungku-tungku menyala Di dalam udara murni Tercium bau kue jagung Seonggok jagung di kamar Dan seorang pemuda Ia siap menggarap jagung Ia melihat menggarap jagung Ia melihat kemungkinan Otak dan tangan Siap bekerja Tetapi ini Seonggok jagung di kamar Dan seorang pemuda tamat S.L.A Tak ada uang, tak bisa jadi mahasiswa Hanya ada seonggok jagung di kamarnya Ia memandang jagung itu Dan ia melihat dirinya terlunta-lunta Ia melihat dirinya ditendang dari discotheque Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalase Ia melihat sainganya naik sepeda motor Ia melihat nomer-nomer lotere Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal Seonggok jagung ia di kamar Tidak menyangkut pada akal Tidak akan menolongnya Seonggok jagung di kamar Tak akan menolong seorang pemuda Yang pandangan hidupnya berasal dari buku Dan tidak dari kehidupan Yang tidak terlatih dalam metode Dan hanya penuh hafalan kesimpulan Yang hanya terlatih sebagai pemakai Tetapi kurang latihan bebas berkarya Pendidikan telah memisahkanya dari kehidupanya Aku bertanya : Apakah gunanya pendidikan Bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing Di tengah kenyataan persoalanya?? Apakah gunanya pendidikan Bila hanya mendorong seseorang Menjadi layang-layang di ibukota Kikuk pulang ke daerahnya?? Apakah gunanya seseorang Belajar filsafat,teknologi,ilmu kedokteran,atau apa saja. Ketika ia pulang ke daerahnya,lalu berkata : “disini aku merasa asing dan sepi”