Memahami Konsep dengan Teknologi

Teknologi merupakan sejumlah kompetensi, metode dan proses menghasilkan produk atau layanan untuk mencapai tujuan sedangkan. Memahami Konsep adalah menguasai pemahaman terhadap konsep yang dapat diterapkan di beragam konteks. Nah apakah teknologi dapat membuat murid lebih memahami konsep yang esensial? Pada Temu pendidik daerah ke 44 yang berlangsung pukul 16:00, sabtu tanggal 21 Oktober 2020 pada kanal youtube komunitas guru belajar makassar, yang di pandu oleh Ibu Rienda Noor Asyifa yang sering disapa ibu Noor dengan tema Teknologi untuk Memahami Konsep yang dibawakan langsung oleh Ketua KGB Makassar Ibu Anita Taurisia Putri yang sering disapa ibu Anita. Mengawali materinya ibu Anita menjelaskan beberapa miskonsepsi yang kerap terjadi dalam penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran utamanya pada masa pandemi saat ini yakni, miskonsepsi yang pertama pendayagunaan teknologi pendidikan hanya sekedar untuk latihan soal atau penjelajahan pengetahuan. Padahal sesungguhnya murid menggunakan aplikasi untuk mendukung keterampilan berpikir tingkat tinggi, dalam proses pembelajaran yang dilakukan bu Anita dalam menggunakan aplikasi dengan murid-murid yang pertama bu Anita lakukan bukan sekedar mengirimkan soal-soal dengan menggunakan learning manajemen sistem (LMS), namun apakah dengan menggunakan aplikasi LMS terbaru murid dapat menggunakan kemampuan berpikir kritisnya? Sebagai contoh ketika guru mengirimkan soal menggunakan aplikasi apakah murid akan menggunakan kemampuan berpikir kritis untuk menjawab soal tersebut atau murid hanya sekedar menjawab soal-soal. Miskonsepsi yang kedua Penggunaan teknologi membuat proses memahami konsep dalam belajar menjadi lebih cepat, padahal sesungguhnya teknologi membuat proses memahami konsep lebih terstruktur secara personal. Integrasi digital yang membangun pemahaman utuh. Sebagai contoh ketika guru bertanya tentang suatu aplikasi dalam proses pembelajaran, namun ada murid yang mengalami kendala dalam hal aplikasi tersebut, ketika terjadi hal tersebut menurut bu Anita guru seharusnya menggunakan Teknologi yang secara personal bisa digunakan secara menyeluruh oleh semua murid. Miskonsepsi yang ketiga Platform digital hanya dinilai dari jumlah kumpulan konten yang diproduksinya, padahal sesungguhnya integrasi digital memungkinkan kesempatan kolaborasi dengan berbagai sumber pengetahuan yang ada. Di Masa awal PJJ yang bu Anita lakukan dalam menerapkan teknologi dalam memahami konsep dengan menentukan strategi pembelajaran, dalam pembelajaran yang pertama bu Anita lakukan adalah memetakan lokasi murid yang berbeda, karena seluruh murid bu Anita tersebar di beberapa kabupaten kota di Indonesia sehingga diperlukan pemetaan terkait kondisi jaringan. Memetakan kondisi orang tua hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peran orang tua dalam PJJ. Berkomunikasi dengan orang tua/wali murid hal ini dilakukan agar capaian tujuan belajar dan teknologi yang digunakan dalam PJJ dapat terjangkau oleh semua murid dan orang tua. Memandu murid dalam pembelajaran jarak jauh.  Memandu murid untuk menguasai pemahaman mendalam konsep di beragam konteks. Mengapa hal tersebut dilakukan ibu Anita karena keseharian dari murid sebelum PJJ yang tinggal di pesantren terbiasa tidak menggunakan gawai dan PC. “Teknologi akan menjadi pembeda ketika guru melakukan proses pembelajaran. Teknologi mempunyai potensi membantu murid untuk mengembangkan pemahaman, mengkonstruksi pengetahuan dan mengembangkan kemampuan bernalar murid yang harus dipegang sebagai guru” – Anita Taurisia Putri Menurut bu Anita dalam melakukan praktik pembelajaran di kelas dalam hal menggunakan teknologi, masih banyak miskonsepsi seperti halnya banyak guru yang menggunakan teknologi hanya sekedar proses mengunduh materi seperti mengunduh materi di youtube. Bu Anita ingin Teknologi bukan hanya sampai pada proses mengunduh tetapi murid dapat menggunakan kemampuannya untuk memilih berbagai jenis proses belajar seperti, memverifikasi, menemukan pembeda, membandingkan, mensintesis, mengklarifikasi, berdiskusi, menguji/coba dan memproduksi pengetahuan. Bu Anita juga memberikan contoh proses proses belajar yang dialami semasa dirinya di sekolah dimana buku yang menjadi sumber belajar utama, berbeda dengan yang dialami anaknya sekarang yang duduk di bangku SMP dengan menggunakan teknologi murid dapat berkreasi dan mencipta dengan teknologi yang dikuasai oleh murid sehingga inilah yang menjadi pembeda proses belajar dengan adanya teknologi agar kemampuan bernalar murid menjadi berkembang. Baca Juga: Pembelajaran Jarak Jauh dengan 5M Salah satu contoh penggunaan teknologi untuk memahami konsep yang dibagikan oleh ibu Anita yakni “Mengajar Berekspresi dengan Roda Emosional” yang dilakukan oleh Elia Yovan Chandra dari KGB Tangerang Selatan Sekolah Cikal serpong. Dalam proses ini guru Elia Yovan mengajarkan murid untuk berekspresi. sehingga membantu murid-murid untuk memahami konsep berekspresi saat bermain dengan menggunakan roda emosional. Dengan bermain murid menjadi termotivasi sehingga konsep lebih mudah mengendap dengan roda emosional. “tolak ukur dari keberhasilan sebuah pembelajaran ialah bagaimana guru mampu membuat murid-muridnya tidak hanya sekedar paham materi tetapi juga mampu mengaplikasikan materi tersebut” Apa peran Asesmen dalam teknologi?” Pertanyaan dari salah satu peserta TPD. Dengan menggunakan teknologi. Teknologi biasa digunakan sebagai asesmen formatif dan asesmen sumatif, namun bu Anita memberikan saran agar sekolah menyepakati terlebih dahulu teknologi apa yang akan digunakan sehingga murid tidak menjadi bingung. Bagaimana Tips menyusun panduan belajar terkait teknologi agar murid dapat memahami konsep ? Tips menyusun panduan belajar terkait teknologi agar murid dapat memahami konsep. Dalam Menyusun panduan belajar sebelum memilih teknologi guru diharapkan Backward Thinking (Berpikir Mundur) dengan membuat profil murid, sehingga bisa dituangkan dalam RPP Merdeka Belajar sehingga guru lebih mudah nantinya dalam memilih teknologi dan membuat panduan belajar. Sebagai kesimpulan bahwa memahami konsep dalam usia belajar butuh proses yang tidak instan, kapan dan bagaimana teknologi digunakan konten serta integrasi digital seperti apa yang dipilih dalam rute pembelajaran sesungguhnya ditentukan oleh tujuan. Tujuan pembelajaran memastikan bahwa pengalaman belajar bukan hasil berisi ceklis informasi yang perlu diketahui yang tidak terintegrasi. Dalam membangun pemahaman utuh tentang hubungan antara tujuan pembelajaran dan pada akhirnya mampu memberikan umpan balik pada semua pemangku kepentingan tentang capaian pemahaman. Ingin mendapat inspirasi pembelajaran jarak jauh?Unduh Surat Kabar Guuru belajar Edisi Sekolah Lawan CoronaKlik gambar di bawah ini

Penggunaan Teknologi yang Lebih Humanis

Bagaimana penggunaan teknologi yang dapat menciptakan hubungan lebih humanis dengan adanya yang hampir semua kegiatan manusia menggunakan teknologi. Ditambah lagi dengan kondisi darurat Covid-19 yang mengharuskan untuk menjaga jarak?  ini mungkin yang menjadi pertanyaan besar bagi kita, apa bisa? melihat bahwa hampir semua kegiatan manusia ada penggunaan teknologi, bahkan karena begitu canggihnya teknologi sekarang ini sampai-sampai muncul slogan bahwa “Teknologi mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.” Bagaimana tidak terkadang kita sebagai pengguna teknologi terkadang sibuk dengan “gadget” sampai melupakan hal-hal yang ada disekitar kita dan sibuk berselancar di dunia maya. Inilah yang menjadi kekhawatiran dari guru dan orang tua selama masa pembelajaran jarak jauh (PJJ) akan kehilangan sisi humanismenya, karena kondisi memaksa murid dalam proses pembelajaran menggunakan teknologi. Kali ini KBG Makassar Menghadirkan Bapak Ismail Nur Lc, M.Ag sebagai pembicara dalam kegiatan temu pendidik daerah ke 36 yang dilaksanakan secara live youtube di kanal Guru Belajar Makassar. Membahas tentang “Bagaimana Penggunaan Teknologi Menciptakan Hubungan Lebih Humanis? Antara Guru, Murid dan Orangtua kegiatan ini berlangsung pada hari Sabtu, 3 Oktober 2020 yang berlangsung satu setengah jam lebih.  Kegiatan ini berlangsung antara dua negara yakni indonesia dan Mesir. Ibu Anita Taurisia Putri yang bertindak sebagai medorator kegiatan membawa diskusi semakin menarik, diskusi ini mengenai praktik baik dalam proses PJJ antara kedua Negara, Baik dari metode pembelajaran yang menggunakan teknologi maupun sistem pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah Indonesia Kairo – Mesir dimana Bapak Ismail merupakan kepala sekolah disana. Bapak Ismail memulai materinya dengan memaparkan bahwa teknologi sangat dekat dan familiar dengan kita sebagai guru, murid dan orang tua, bagaimana cara mendampingi pembelajaran murid-murid generasi Z yang diajar oleh guru-guru generasi Y yang lahir dan baru mengenal teknologi mungkin di jenjang Sekolah Menengah, berbeda dengan generasi Z yang sejak balita sudah diperkenalkan dengan teknologi oleh orang tuanya. Bapak Ismail juga menjelaskan bahwa tantangan menjadi seorang guru adalah bagaimana menggali kemampuan berpikir kritis murid yang merupakan salah satu keterampilan esensial murid abad 21 Metode belajar abad 21 dimana murid menjadi fokus dalam pembelajaran bukan lagi guru sebagai sumber belajar satu-satunya, melainkan murid bisa menjadi sumber belajar di antara sesama murid saling belajar dengan saling berkolaborasi antara murid dan guru. Berbeda halnya dengan model pembelajaran sebelumnya yang mengedepankan nilai daripada proses dan rangking menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Sehingga untuk pembelajaran abad 21 rangking tidak menjadi penting lagi karena dianggap bahwa rangking tidak dapat menentukan murid dapat bersosialisasi dan berkolaborasi dengan baik. Tetapi yang diharapkan adalah bagaimana murid dapat berkolaborasi sehingga perlu adanya penilaian autentik. Bagaimana menjadi guru abad 21 ? Pertanyaan yang sering kali muncul sekarang ketika harus dihadapkan dengan PJJ yang memaksa para guru untuk mau tidak mau, suka atau tidak suka harus berdamai dengan teknologi. Bapak Ismail dalam materinya membagikan tipsnya yakni dengan “Belajar Dengan Siapa Saja”, mudah namun apakah bisa terapkan. Salah satu pelajaran yang dapat dipetik dari praktik baik pembelajaran bapak ismail tentang “Ahli Waris” bapak Ismail melepaskan egonya untuk bertanya dan belajar kepada muridnya tentang bagaimana cara perhitungan matematika (metode pembagian) dalam materi pembagian ahli waris. Dari sini tercipta kolaborasi antara guru dan murid dimana murid merasa dihargai oleh guru dan guru banyak mengambil pelajaran dari hal tersebut. Tidak hanya itu bapak Ismail juga membagikan sebuah metode pembelajaran yang menarik untuk diterapkan oleh para guru yakni Metode Belajar Flipped Classroom. Flipped Classroom adalah metode belajar yang diberikan kepada murid dimana murid sudah mengetahui (belajar sebelumnya) materi yang akan dibahas di dalam kelas dari berbagai sumber yang murid peroleh, berbeda dengan tradisional class murid mengetahui materi atau belajar ketika sudah berada di dalam kelas. Menurut bapak Ismail metode ini sangat baik diterapkan karena mengurangi jumlah jam pelajaran di dalam kelas sehingga murid dapat aktif berkegiatan di luar kelas. Lanjut ke sesi tanya jawab, ibu lisnur Aiziah bertanya tentang “Bagaimana menghadapi masyarakat yang lebih cenderung berhati-hati dalam penggunaan teknologi karena mereka ingin mengunggulkan sisi Humanisasi itu sendiri? Dengan mengontrol dan membekali pengetahuan sejak dini dan bersosialisasi minimal dengan melakukan Video Conference (selama masa pandemi) terhadap keluarga atau teman dekat. Untuk di sekolah sendiri harapannya pembelajaran dibuat berkolaborasi sehingga sisi humanismenya muncul serta selalu mendampingi anak saat belajar. hal menarik yang disampaikan bapak Ismail bahwa keluarga dari orang-orang yang tinggal di Kairo sulit berkomunikasi dengan tetangga karena mungkin tidak memiliki halaman yang luas atau kebanyak dari mereka tinggal di apartemen berbeda dengan di Indonesia tetangga bisa saling menyapa di halaman rumah. Bagaimana Sekolah Indonesia-Kairo Membangun komunikasi dengan Orang tua ? Justru selama PJJ sekolah lebih muda dikendalikan dan umumnya keluarga diplomat yang bekerja adalah suami dan istrinya bertugas dirumah dan lebih banyak mendampingi murid dalam melaksanakan aktivitas PJJ. Di awal PJJ masalah Sekolah alami yakni banyak keluhan terhadap teknologi yang digunakan sekolah dan kurangnya updatenya orang tua terhadap hal tersebut. Namun sekolah berinisiatif untuk memberikan training kepada orang tua sebelum teknologi/aplikasi digunakan. Membuat grup-grup kelas dimana guru dan orang tua bisa saling berkomunikasi terkait kendala yang dihadapi sehingga terjadi komunikasi yang harmonis antara orang tua, murid dan guru.  Jumlah murid di sekolah juga sangat mempengaruhi hal tersebut dimana jumlah murid di sekolah Indonesia Kairo hanya sekitar 20 orang berbeda dengan jumlah murid di Sekolah Indonesia yang biasanya lebih dari 30 murid. Sehingga hal ini sangat sulit untuk membagun komunikasi bagi guru-guru yang berada di tanah air ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan orang tua sehingga pada saat mendampingi anak-anaknya dapat menimbulkan kebingungan sehingga perlu ada kebijakan. di Sekolah indonesia-Kairo sendiri menurut Bapak Ismail pembelajaran untuk satu mata pelajaran tidak boleh lebih dari 60 menit sehingga tidak membuat murid dan orang tua lelah. mata pelajaran yang diberikan dalam sehari maksimal dua mapel setiap hari. tidak memberikan tugas yang banyak serta tidak terlalu mengejar target ketercapaian kurikulum namun lebih pada prosesnya. Bagaimana ketika guru mengajar menggunakan aplikasi berbeda dengan tujuan murid merasa nyaman atau sesuai dengan passionnya ?  Di awal PJJ menyebabkan banyak orang tua yang komplain dengan begitu banyaknya aplikasi yang harus digunakan murid. Sehingga sekolah memutuskan untuk menggunakan satu aplikasi sebagai aplikasi utama dan sisanya adalah aplikasi pendukung. Memanfaatkan teknologi ibarat mengendarai mobil yang berbeda setiap hari, hanya perlu penyesuaian sehingga … Read more