Merdeka Belajar, Belajar Tanpa Paksaan

Rabu siang (01/05) kami dari berbagai penjuru kota Cimahi berkumpul di SD Prima untuk melakukan Temu Pendidik Daerah “Nonton bareng merdeka belajar”. Tidak ada kata lelah yang tersirat dari raut muka Bapak / Ibu guru yang hadir meskipun menempuh jarak belasan kilometer dari sekolah tempat mengajar,  karena kami datang berdasarkan kesadaran pribadi untuk terus mengembangkan kompetensi dalam mengajar. Acara TPD Nonton bareng dibuka oleh Guru Suhud dengan menampilkan beberapa gambar unik untuk mencairkan suasana dan  memantik semangat untuk belajar. Guru – guru nampak bersemangat dalam melihat gambar tersebut untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan penayangan beberapa video yang membahas berbagai masalah di bidang pendidikan, terlihat perubahan raut muka dari beberapa guru hal ini karena permasalahan yang muncul di dalam video tersebut sangat nyata di dalam proses pembelajaran di kelas. Setelah itu kami diberikan beberapa pertanyaan yang harus ditulis di kertas kecil untuk kemudian kami diskusikan bersama. Pertanyaan pertama yang muncul adalah apa itu kemerdekaan belajar ?  Ada yang mendefinisikan, “Merdeka belajar adalah belajar atas dasar kesadaran sendiri dan tanpa paksaan.“ Ada juga yang berpendapat “Merdeka belajar adalah menjalani belajar sebagaimana fitrah manusia, alamiah dan muncul dari internal dari diri sendiri” “ Apakah Ibu dan Bapak guru sudah merasa merdeka belajar? Kalau tidak merasa merdeka belajar tidak perlu ada, datang dan belajar, karena itu resep dasar sebetulnya,” Kata Najelaa Shihab Kalimat tersebut mengawali sesi nonton bareng merdeka belajar, guru – guru nampak membetulkan posisi duduknya untuk fokus memahami kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh Bu Elaa sapaan akrab bu Najelaa Shihab. Pertanyaan besar muncul di benak saya, lantas apa itu kemerdekaan belajar ? “Kemerdekaan berarti guru mempunyai komitmen pada tujuan. Guru yang merdeka paham kenapa harus mengajar suatu materi dan kaitannya dengan aplikasi sehari – hari. Guru yang merdeka itu mandiri, selalu bergantung pada dirinya untuk mengatasi tantangan, tidak mudah menyerah menghadapi tantangan atau menyalahkan orang lain dan keadaan. Guru yang merdeka itu reflektif, berani meminta umpan balik secara aktif dan menilai diri sendiri dengan objektif.” kata Bu Elaa, seakan  menjawab pertanyaan di benak saya. Kemerdekaan belajar adalah kunci utama untuk guru – guru bisa meningkatkan kompetensi dan menyelesaikan permasalahan pembelajaran di kelas. Guru tidak menunggu perintah dari kepala sekolah untuk mengikuti pelatihan dan tidak perlu diiming- imingi uang dan sertifikat untuk terus meningkatkan pengetahuannya. “Pada saat kita bicara merdeka belajar, Ibu dan Bapak. Saya tuh selalu terbayang anak – anak. Sebagian besar anak Indonesia itu dunianya hanya sebatas ruang kelasnya, mimpinya hanya terbatas tingginya tangan untuk menjawab pertanyaan gurunya” kata Bu Elaa “Yang kita inginkan adalah anak – anak yang punya aspirasi tinggi, yang punya cita – cita melampaui langit. Melampaui batas ruangan kelas, melampaui batas dunianya. Dan  ini hanya akan terjadi pada saat anak – anak punya kemerdekaan belajar. Tapi kemerdekaan belajar murid – murid hanya akan terjadi pada saat kita sebagai pendidik memiliki kemerdekaan “ lanjut Bu Elaa. Ada beberapa miskonsepsi yang dijelaskan dalam pemaparan video tersebut yang kerap dikaitkan dengan guru yaitu guru hanya mau belajar apabila mendapatkan sertifikat atau uang dan guru belajar dari ahli atau pakar pendidikan, faktanya melalui temu pendidik daerah guru – guru melawan miskonsepsi tersebut dengan belajar secara sukarela dan tanpa paksaan, dan guru belajar dari rekan sesama guru yang sudah berhasil dalam melakukan praktik baik dalam mengajar. Ada tiga ciri utama seorang pendidik yang merdeka belajar yaitu memiliki komitmen, memiliki kemandirian dan selalu reflektif. Hal tersebut sangat esensial bagi guru untuk mendorong semangat mengembangkan kompetensi dan belajar kapanpun dan dimanapun tak terbatas dari seminar atau workshop yang diselenggarakan oleh pemerintah dan kegiatan guru – guru di KGB dilakukan untuk memenuhi kebutuhan belajar guru. Ada beberapa pertanyaan tambahan yang diberikan, dari beberapa pertanyaan yang diberikan terdapat topik hangat yang ingin diselesaikan yaitu mengenai target belajar yang masih dipaksakan dan tuntutan administrasi yang bisa membuat tujuan pendidikan melenceng sehingga guru kerap kali lebih disibukkan perihal masalah administrasi dibandingkan dengan membuat metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pertanyaan terakhir yang menjadi topik diskusi adalah “Apakah yang ingin teman – teman lakukan bersama Komunitas Guru Belajar (KGB) ? Kemudian diskusi berkembang mengenai tujuan dan nilai – nilai dasar yang melatarbelakangi terbentuknya KGB. Juga berbagai situasi yang dialami KGB khususnya di KGB Cimahi. dan bahasan mengenai KGB Cimahi menjadi penutup dalam TPD Nonton Bareng KGB Cimahi sekaligus menjadi awal bergabungnya Gilang dan saya terlibat sebagai penggerak di KGB Cimahi. Saya harap dapat lebih berkontribusi untuk meningkatkan kemerdekaan belajar guru – guru di kota Cimahi. Karena saya percaya kota Cimahi mempunyai potensi yang besar di bidang pendidikan ini terlihat dari banyaknya sekolah yang terdapat di kota Cimahi serta adanya dua Sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan di Kota Cimahi sebagai sumber pencetak guru – guru berkualitas khususnya di kota Cimahi.

Guru Merdeka Belajar, Belajar tanpa Janji Sertifikat

“Apakah Ibu dan Bapak guru merasa merdeka? Kalau tidak merasa merdeka tidak perlu ada, datang, dan belajar, karena itu resep dasar sebetulnya,” kata Najelaa Shihab. Rabu (1/05) siang, empat orang guru menempuh perjalanan berjarak kiloan meter dari sudut-sudut yang berbeda, di dalam satu kota yang sama, Kota Cimahi. Tepat satu hari sebelum peringatan Hari Pendidikan Nasional. Mereka bergerak atas inisiatif pribadi, mengalokasikan waktu, tenaga, danbiaya untuk bisa sampai ke lokasi SD Peradaban Insan Mulia. Tempat di mana Komunitas Guru Belajar (KGB) Cimahi menggelar Nonton Bareng Merdeka Belajar (#NobarMerdekaBelajar). Kegiatan dibuka oleh Guru Suhud dengan menampilkan beberapa gambar unik, sebagai medium untuk lebih mencairkan suasana di antara peserta. Dilanjutkan dengan kegiatan pra-menonton, seluruh peserta diminta menjawab terlebih dahulu, “Apa itu Merdeka Belajar?” Peserta memperoleh kertas kecil untuk menuliskan jawaban dari pertanyaan tersebut. Selesai menulis, semua peserta mendiskusikan apa yang telah dituliskan. Beragam jawaban peserta mengenai merdeka belajar. Ada yang mendefinisikan, “Merdeka belajar artinya guru dan siswa sepakat dengan tujuan yang hendak dicapai”. Ada juga yang memandang, “Merdeka belajar adalah tanpa paksaan.”. Pendapat lainnya muncul, “Merdeka belajar adalah menjalani belajar sebagaimana fitrah manusia, alamiah dan muncul dari internal diri sendiri.” Di sesi ini, peserta hanya saling menyampaikan pendapat. Berikutnya adalah sesi pemutaran Video Merdeka Belajar. Di ruang yang redup, peserta mulai memfokuskan diri pada tayangan yang diproyeksikan ke layar. Nampak inisiator Komunitas Guru Belajar, Najelaa Shihab berada di atas panggung. Peserta #NobarMerdekaBelajar terlihat mulai membenarkan letak duduk dan memfokuskan perhatian pada apa yang ada dalam tayangan. Dibuka dengan penuturan Bu Elaa, sapaan akrab Najelaa Shihab, mengenai apa dan kenapa ‘Merdeka Belajar’. “Pada saat kita bicara merdeka belajar, Ibu dan Bapak. Saya tuh selalu terbayang anak-anak. Sebagian besar anak Indonesia itu dunianya hanya sebatas ruang kelasnya, mimpinya hanya terbatas tingginya tangan untuk menjawab pertanyaan gurunya,” kata Bu Elaa. Peserta #NobarMerdekaBelajar nampak bereaksi, terdengar tawa kecil yang satir, juga terlihat pergeseran posisi tubuh, kalimat tersebut seperti memantik kegelisahan pada peserta Nobar hari ini. “Yang kita inginkan adalah anak-anak yang punya aspirasi tinggi, yang punya cita-cita melampaui langit. Melampaui batas ruang kelas, melampaui batas dunianya. Dan ini hanya akan terjadi pada saat anak-anak punya kemerdekaan belajar. Tapi kemerdekaan belajar murid-murid hanya akanterjadi pada saat kita sebagai pendidik juga sebetulnya memiliki kemerdekaan,” lanjut Bu Elaa. Ada beberapa hal esensial yang disampaikan dalam tayangan. Dikemukakan bahwa ada 3 ciri utama pendidik yang ‘Merdeka Belajar’. Pendidik yang merdeka memiliki komitmen, memiliki kemandirian, dan selalu reflektif. Selanjutnya, dipaparkan mengenai ragam miskonsepsi yang kerap dilekatkan pada guru. Diantaranya mengenai stigma bahwa guru hanya mau belajar apabila mendapatkan sertifikat atau uang. Namun Guru-guru di KGB justru melawan miskonsepti tersebut. “Guru-guru belajar yang hadir hari ini sebetulnya belajar karena kebutuhan alamiah. Banyak yang tidak percaya bahwa rekan-rekan guru ini datang dengan biaya sendiri, tanpa janji sertifikat atau uang apapun, hanya untuk belajar,”Bu Elaa menegaskan. Miskonsepsi lainnya adalah mengenai stigma bahwa guru hanya bisa belajar dari ahli atau pakar pendidikan, faktanya di komunitas belajar, guru saling belajar dari pengalaman rekan seperjalanan; guru diburu target belajar yang dipaksakan, padahal guru belajar itu butuh waku; bahwa guru hanya cukup perlu diberikan cara bagaimana melakukan (how to) saja, tanpa perlu tau mengapa (why) perlu melakukan suatu hal dalam pembelajaran. Padahal jelas Bu Elaa,”Guru profesional itu sebetulnya guru yang adaptif, Ibu dan Bapak. Kita yang ketemu anak setiap hari tau, betapa pentingnya peran guru yang adaptif. Setiap tahun ajaran, setiap minggu, bahkan setiap hari. Setiap murid kita butuh hal yang berbeda dari kita, sehingga ‘tau kenapa’ menjadi sangat esensial.” Menit ke menit tayangan diputar, akhirnya sampai pada menit terakhir. Selepas Nobar, peserta melakukan refleksi bersama-sama. Ada daftar pertanyaan yang perlu dijawab terlebih dahulu oleh masing-masing orang, selanjutnya jawaban dari tiap orang menjadi bahan diskusi pasca-Nobar.Dari refleksi peserta yang hadir, didapati salah satu tantangan yang masih menjadi topik hangat adalah seputar ‘target belajar yang dipaksakan’ dan ‘tuntutan administratif yang kerap kali mengaburkan komitmen pada tujuan pendidikan.’ “Banyak yang tidak sadar bahwa belajar butuh waktu. Sehingga yang dikejar adalah yang penting materi (red-pelajaran) tersampaikan,” ungkap salah satu peserta Nobar, Gilang Purnama. Mengenai perubahan apa yang kemudian ingin dilakukan, peserta lain Siti Nuraini mengemukakan, “Saya ingin menanamkan motivasi intrinsik siswa, apa alasan siswa harus belajar? Sehingga siswa mempunyai kesadaran dan kebutuhan, juga dorongan untuk belajar yang berasal dari dalam dirinya sendiri.” Pertanyaan terakhir yang menjadi topik diskusi adalah “Apa yang ingin teman-teman lakukan bersama Komunitas Guru Belajar (KGB)?”. Diskusi berkembang pada bahasan lebih dalam mengenai KGB. Tentang tujuan dan nilai-nilai yang melandasi KGB. Juga dinamika yang terjadi di dalam KGB,khususnya KGB Cimahi. Dan bahasan mengenai KGB menjadi penutup kegiatan hari ini sekaligus menjadi awal bergabungnya Gilang dan Siti sebagai bagian dari ‘Penggerak KGB Cimahi’. “Kita sendiri sebagai individu itu beragam sehingga yang kita lakukan di sini adalah membuat jaringan, jaring pengetahuan juga jaring emosional. Dan saya yakin inilah sesungguhnya demokrasi dalam pendidikan. Dan saya yakin kita bisa sepakat bahwa membuat jaring-jaring ini dan memerdekakan diri kita sendiri sebetulnya esensi dari merdeka belajar. Bahwa apa yang kita lakukan adalah yang kita nanti-nantikan. Jadi kita tidak perlu menunggu siapapun untuk merdeka belajar.” Kata Bu Elaa pada menit-menit terakhir video yang “Memerdekakan diri kita sendiri sebetulnya esensi dari merdeka belajar. Bahwa apa yang kitalakukan adalah yang kita nanti-nantikan. Jadi kita tidak perlu menunggu siapapun untuk merdeka belajar.” tutup Bu Elaa dalam tayangan Video Merdeka Belajar.