Bagaimana Cara Memahami Kebutuhan Khusus Murid?

Bagaimana jika di kelas yang kita ajar ada Anak Berkebutuhan Khusus?Apa yang harus kita lakukan?Dan bagaimana agar antarmurid bisa saling menghargai. Yuk SimakTemu Pendidik MingguanKGB Pekalongan ke-22 “Memahami Kebutuhan Khusus Murid” yang menghadirkanGuru Suhud Rois dari KGB Cimahi, dan moderatorMaman Basyaiban dari KGB Pekalongan. Suhud Rois Pergi ke laut naik kapal selamKe laut, kenapa sarungan?Assalaamu’alaikum, selamat malamApa kabar Pekalongan? Maman BasyaibanGula jawa dari arenRasa manisnya begitu kayaMalam Pak SUHUD KerenIzin belajar bareng ya Suhud RoisSiapakah sih , Anak Berkebutuhan Khusus Itu?Kalau membincangkan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pasti dalam benak kita yang terbayang adalah yang fisiknya tidak sempurna, atau ada disfungsi di satu atau beberapa organ tubuh. Iya?Kemudian berkembang sebuah stigma, yang saya yakin karena latah, anak-anak penyandang learning disability atau learning disorder digeneralisasi sebagai penyandang autism.Sebenarnya, setiap anak (orang), itu berkebutuhan khusus. Tidak ada yang punya kebutuhan sama. Sudah makan malam? Sendirian atau sama orang lain? Misalnya sama satu atau beberapa orang. Makan ditempat yang sama, menunya sama. Bahkan porsinya pun sama, pakai ditakar segala. Apakah benar-benar sama semuanya? Tidak kan? Sama, dalam belajar pun tidak ada yang kebutuhanannya sama persis. Meskipun IQnya sama, bahkan minatnya sama sekalipun, pasti ada sesuatu yang membedakan yang kemudian disebut kebutuhan khusus.Namun karena kelas adalah kumpulan individu, maka tidak mungkin semua kekhususan diakomodir. Dibuatlah pengelompokkan besar untuk memetakan dan memudahkan pelayanan. Maka munculllah istilah kesulitan belajar spesifik (learning disability). Mereka yang termasuk dalam kategori berkesulitan belajar adalah penyandang disleksia, ADHD, dan ADD.Apa Saja yang Dihadapi Siswa Berkesulitan Belajar?• Masalah bahasa• Masalah perhatian dan aktivitas• Masalah ingatan• Masalah kognitif• Masalah sosial-emosi Apa yang Harus Dilakukan?Ketika sekolah membuka pintu bagi ABK, itu berarti suatu langkah mulia. Mengapa? Dalam banyak kasus ABK tidak mendapatkan tempat di sekolah-sekolah. Seolah-olah mereka itu menjadi beban. Namun, menerima saja tidak cukup. Kalau ABK sudah masuk, mau bagaimana? Gurunya siap? Teman-temannya siap? Lingkungannya siap? Tanpa ada kesiapan sekolah, menerima ABK justru mengundang petaka bagi sekolah dan anak tersebut. Nah, apa saja yang perlu dipersiapkan? Yang pertama dipersiapkan adalah gurunya. Guru harus benar-benar memahami dan menghargai keberagaman. Mindset guru tentang kesuksesan sekolah juga harus sudah harus lebih maju. Kesuksesan sekolah bukan diukur oleh pencapaian akademik yang indikatornya adalah nilai UN. Sekolah yang sukses adalah sekolah yang mampu mengembangkan anak, sekolah yang membuat anak berdaya. Guru harus siap untuk melakukan perubahan metode maupun materi pembelajaran. Sebenarnya tidak ada metode yang paling unggul. Yang diperlukan adalah kejeilian guru dalam memilih metode yang paling efektif. Yang kedua adalah orangtua. Orangtua harus didorong menjadi pendidikan anaknya. Mereka harus dilibatkan dalam pembuatan program bagi anaknya. Keterlibatan ini penting untuk menjaga konsistensi. Yang ketiga, mempersiapkan murid yang lain. Ini juga sangat penting, karena merekalah yang akan berinteraksi dengan ABK. Interaksi itu bisa bersifat positif, namun tidak menutup kemungkinan anak berdampak negatif. Oleh karena itu, sebelum ABK masuk kelas, warga kelas harus dipastikan sudah siap menerima teman yang berkebutuhan khusus. Apa yang Harus Dilakukan?• Jangan terburu-buru melakukan judgment. Misalnya ada anak yang sangat aktif, langsung kita ambil kesimpulan anak itu hiperaktif. Tetap lakukan observasi. Jangan lupa, anak tersebut harus dites oleh psikolog.• Bila sudah didapat hasil tes dari psikolog dan juga mendapatkan rekomendasi untuk treatmennya, segeralah membuat program bagi ABK dan juga seluruh kelas. Program yang diberikan kepada ABK harus mendapat support dari lingkungan.• Buatlah pembelajaran yang berdiferensiasi.• Berubahlah. Jangan terpaku pada praktik pembelajaran yang klasik (membaca, menulis, tes). Mulailah mengusung pembelajaran yang mengembangkan banyak aspek pada diri anak. Asesmen dan evaluasi juga jangan terpaku pada paper and pencil test. Pelajari dan praktikkan asesmen dan evaluasi yang lebih relevan dan memberdayakan.• Ini sangat penting : hindari memberi label pada anak. Sekalipun anak tersebut dinyatakan berkebutuhan khusus oleh psikolog. Biarlah itu menjadi bank data yang kita simpan rapat. Apalagi kalau label tersebut keluar dari teman-temannya, maka inklusivitas bisa dikatakan gagal. Pertanyaan Termin 11. Kinanti – BanjarnegaraBagaimana memberi pemahaman kepada anak TK kalo ada teman yg berkebutuhan khusus? Bagaimana mengajak teman2 lain mau main bersama dg ABK penyandang autis yg belum bisa berbicara, dan cenderung memukul teman.2. Yuli – BatangMindset apa saja yg harus dimiliki guru, kongkritnya bagaimana pak?3. Nita – Pekalongan” jangan terpaku pada paper dan pencil test “Ketika ada anak ABK yg agak sulit berkomunikasi, tertarik dgn kertas dan pensil, tapi hanya bisa sebatas coretan yang tak beraturan, seperti benang kusut (coretan semaunya sndri). Langkah apa yang harus dilakukan agar anak tersebut dapat lebih terarah kemamuan menulisnya?Suhud RoisPertanyaan1. Kinanti – BanjarnegaraBagaimana memberi pemahaman kpd anak TK kalo ada teman yg berkebutuhan khusus? Bagaimana mengajak teman-teman lain mau main bersama dg ABK penyandang autis yg belum bisa berbicara, dan cenderung memukul teman?Jawaban :Anak TK, ya? Waduh. Mungkin karakter anak TK hampir sama dengan anak kelas 1. Untuk anak usia awal sekolah, perlu penjelasan yang konkret. Bisa pakai ibarat. Misalnya, apakah mereka punya kakak atau adik di rumah?Apakah sama antara dia dengan adik atau kakaknya?Intinya pada akhirnya anak paham bahwa setiap orang itu berbeda.Bagaimana kalau ada ABK melakukan agresi?Yang pertama jangan sampai keluar kata “nakal”. Apalagi anaknya belum lancar bicara. Kita pahamkan ke anak yang lain bahwa mungkin anak yang berkebutuhan khusus ini ingin mengatakan sesuatu tetapi belum bisa. Akhirnya muncullah kekesalan, dan kemudian memukul. Tapi harus dipastikan juga bahwa memukul orang lain itu tidak boleh. Yang kedua kasih praktik bagaimana berinteraksi dengan anak tersebut. Ketika dia melakukan agresi, kita bisa tanya, “Kamu ingin apa? Kesal,ya? Kenapa kesal?” Karena anak blm bisa bicara, maka guru mencari apa yang ingin dilakukan atau dikatakan anak tersebut dengan mengajukan pertanyaan yang bisa dijawab dengan anggukan atau geleng kepala.Pertanyaan2. Yuli – BatangMindset apa saja yg harus dimiliki guru, kongkritnya bagaimana pak?Jawaban :Mindset guru tentang kesuksesan sekolah? Masih banyak guru yang memandang keberhasilannya dalam mengajar adalah ketika murid-muridnya mendapat nilai yang tinggi, terutama saat ujian. Tentu saja tidak salah bisa mendapat nilai yang tinggi. namun harus diingat, bahwa tujuan pendidikan yang utama bukan nilai. bahkan dlm UU PendidkanNasional disebutkan yang pertama dari tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang bertakwa. Nah, sudah saaat guru memandang kesuksesan sekolah itu ketika mampu mengembangkan semua muridnya sesuai dengan kapasitasnya, di semua ranah pendidikan.Pertanyaan3. Nita – Pekalongan“Jangan terpaku pada paper dan pencil test “Ketika … Read more