Menulis Praktik Baik Pembelajaran Inklusi

“Saya guru BK, jarang menulis. Tapi memiliki banyak praktik baik pembelajaran dengan murid disabilitas..” tutur salah seorang guru Program Pendidikan untuk Semua. Banyak guru yang merasa bahwa keterampilan menulis hanya dimiliki oleh guru bahasa. Sehingga banyak guru yang memiliki praktik baik, yang harusnya bisa disebarkan, terpaksa harus memendamnya. Oleh karena itulah dalam program Pendidikan untuk Semua ada sesi belajar menulis praktik baik. Kampus Guru Cikal mengadakan Program Pelatihan Penulisan Praktik Baik  Pendidikan Untuk Semua. Pelatihan diadakan pada tanggal 15 Juni hingga 22 Juni 2020. Pelatihan ini diikuti oleh 15 guru dari Yogyakarta dan 2 dari Jawa Tengah. Namun sebelumnya, telah diadakan sesi asesmen, intervensi, seminar orang tua, daring diskusi di WhatsApp dan pelatihan menulis. Pelatihan penulisan dilakukan di akhir rangkaian kegiatan dengan hasil akhir adalah peneribatan Surat Kabar Guru Belajar edisi Pendidikan Untuk Semua. Tujuan dari pelatihan ini adalah peserta mampu membuat tulisan praktik baik yang telah dilakukan menggunakan format ATAP, melakukan asesmen untuk memberi umpan balik mengenai tulisannya, dan peserta memiliki tulisan yang telah diperbaiki. Tahapan awal dari pelatihan ini berupa orientasi pelatihan menulis praktik baik program NusantaraRun. Untuk orientasi ini dilakukan dengan video conference melalui google meet. Ada 15 guru dari Yogjakarta dan 2 dari Jawa Tengah. Setelah peserta memperkenalkan diri, maka pelatih memperkenalkan penyelenggara kegiatan yaitu Kampus Guru Cikal atau yang biasa disingkat dengan KGC. KGC merupakan lembaga pengembangan karier guru yang percaya guru dengan kemerdekaan belajar adalah kunci perubahan pendidikan untuk mewujudkan pelajar yang kompeten, ekosistem pendidikan yang kolaboratif dan Indonesia yang demokratis. Peserta kemudian berkenalan dengan Komunitas Guru Belajar. Guru Belajar adalah komunitas pendidik untuk berdiskusi dan berbagi praktik baik pengajaran dan pendidikan yang diinisiasi oleh Kampus Guru Cikal. Komunitas Guru Belajar (KGB) percaya bahwa belajar bisa dari siapa saja. Sumber inspirasi bukan figur yang serba tahu dan sempurna, tapi rekan seperjalanan yang  realistis dengan pengalaman nyata, dan praktis, seringkali gagal sebelum berhasil. Selanjutnya berkenalan dengan pelatih dan pemandunya yang terdiri dari guru Rizqy Rahmat Hani dan guru Rizky Satria sebagai pelatih serta guru Kristijorini selaku pemandu.  Kenalan dengan pelatih dan pemandu Selama orientasi, peserta dijelaskan tentang hasil pelatihan akan mengirim tulisan praktik baik pembelajaran. Jika tulisan sudah dikirim, ada proses penyuntingan dan hasil penyuntingan akan diberikan umpan balik kepada peserta maka peserta tinggal memperbaiki tulisannya. Revisi akan dilakukan 3 kali perbaikan dan waktunya tidak terlalu panjang. Setelah mengikuti orientasi, peserta melakukan refleksi. Guru Iin Indarti ingin sekali menulis dengan baik. Dia bersemangat mengikuti kegiatan pelatihan menulis sampai selesai. Guru Dian Nurpita dari SKM Muhamadiyah 2 Yogyakarta berefleksi bahwa setelah sesi orientasi, menjadi lebih termotivasi untuk menulis. Mulai berlatih dengan menulis status dulu. Dia berharap, setelah mengikuti pelatihan akan menjadi lebih terarah lagi tulisannya. Guru Esti dari SLB Negeri 1 Sleman pertanyaan pada diri sendiri yang berujung pada memotivasi diri sendiri. “Apakah saya bisa menulis? Terkadang waktu menjadi alasan saya. Dengan sekuat tenaga, saya akan berusaha mencoba menuliskan goresan tinta walau dipandang hanya alakadarnya.” Guru Rufaidah dari SMK Negeri 1 Pringapus berefleksi bahwa setelah mengikuti orientasi tadi muncul kesiapan dalam diri untuk berlatih. Siap dibimbing, siap menjadi hebat bersama para pembimbing dan teman-teman yang luar biasa. Guru Shola Fibria dari SMA 3 Maretik berefleksi bahwa pelatihan ini keren sebab awalnya dia berpikir jika pelatihan akan membosankan karena pelatihan dilakukan secara mandiri. Ternyata dengan orientasi, dia melihat banyak teman yang semangat. Dia jadi tertular dan tidak merasa sendiri. Merasa ada teman dan didampingi. Semoga dengan pelatihan ini, dia dapat menyelesaikan pelatihan dengan baik dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Berharap mampu melaksanakan fasilitas yang ada dengan baik. Guru Maria Suprabaningtyas dari SMK Pangudi Luhur berefleksi bahwa dia merasa akan mendapatkan pelatihan yang sangat formal dan membosankan. Setelah mengikuti orientasi dia menjadi termotivasi untuk mencoba belajar menulis lagi. Dia merasa, pendampingnya freandly dan sabar. Menuntun step by step sampai peserta paham benar. Dia membutuhkan cara untuk menjaga agar tetap bisa fokus ketika menulis hingga tulisan mengalir, tidak kaku dan ide tidak melompat-lompat. Refleksi dari guru Amalia Ahadini dari SLB Negeri Pembina Yogyakarta adalah dirinya merasa terpacu untuk belajar menulis. Dia merasa diajari, dibimbing sampai jadi tulisan. Kesempatan ini membuatnya bahagia. Tahapan setelah orientasi adalah melakukan pelatihan mandiri di platform digital, sekolahmu.com sekaligus pendampingan dari pembimbing dimulai pada hari Selasa sampai Jumat, tanggal 16-19 Juni 2020. Para peserta merasakan keseruan saat mengikuti dan mengerjakan pelatihan mandiri. Materi yang disampaikan mudah dipahami dari yang berupa ebook, video tutorial pembelajaran hingga tugas mandiri yang menantang. Hasil tugas juga dapat segera diketahui. Ada yang merasa bahwa materinya berat tapi dikemas dengan sangat praktis dan bermakna. Merubah pola pikir guru bahwa menulis itu tidak sulit. Peserta tidak merasa digurui, namun dibuka wawasannya tentang menulis. Jika mereka kesulitan, bisa langsung bertanya kepada pemandu maupun pembimbing pelatihan. Peserta selanjutnya melalui tahapan akhir dengan mencoba menulis praktik baik  menggunakan format ATAP, peserta akan mendapatkan sertifikat secara otomatis. Peserta merasa tidak terbebani dalam mengikuti pelatihan karena bisa mengikuti kapan saja dan dimana saja. Tahapan berikutnya adalah refleksi setelah mengikuti pelatihan menulis menggunakan video conference, google meet pada hari Senin, 22 Juni 2020. Sebelum refleksi, peserta diajak bermain menggunakan menti.com. Jawaban dari peserta yang mengikuti permainan ini sungguh menyenangkan. Peserta diajak untuk mengingat perasaan diawal pelatihan hingga akhirnya merasakan akhir pelatihan. Mereka berefleksi dengan seru dan asyik. Kesimpulan dari refleksi adalah mulai saja apa yang ingin ditulis, mulai banyak membaca dan mulai melakukan praktik baik pembelajaran yang dituliskan. Mulai dengan menuliskan semua ide yang dipunyai, tumpahkan saja dulu apa yang dirasakan. Lanjutkan dengan menyusun kerangka dalam bentuk pertanyaan. Masukkan semua yang sudah ditulis tadi kedalam format ATAP. Tidak perlu merasa ragu dan takut salah sebab tulisan akan mendapatkan umpan balik dan peserta dapat memperbaiki tulisan sesuai dengan umpan balik tersebut. Selanjutnya, peserta melakukan pengumpulan tulisan mulai dari tanggal 23-30 Juni 2020. Pemberian umpan balik dan pendampingan akan dilakukan pada tanggal 1-10 Juli 2020. Terbit menjadi Surat Kabar Guru Belajar Edisi Pendidikan  Untuk Semua adalah 20 Juli 2020. Pada akhirnya peserta berkomitmen untuk memulai dulu. Mencari ide tentang praktik baik pembelajaran dan menyusun kerangka tulisan dengan format ATAP. Memulai dan berkomitmen bisa jadi adalah kunci untuk … Read more

Tulisan yang Melipatgandakan Dampak

Saya memikirkan tentang dampak tulisan, ketika saya ingat memiliki rekan guru yang pengajarannya bermakna. Melihatnya mengajar, saya tertarik untuk menerapkan apa yang guru tersebut lakukan untuk saya duplikasi di kelas saya. Cara guru tersebut memulai pengajaran, berkomunikasi dengan murid sampai strategi pengajaran yang ia gunakan saya praktikkan dan sesuaikan di kelas saya. Saya pun merasakan perubahan yang terjadi pada murid saya. Saya membayangkan, jika teman saya tersebut menuliskan praktik pengajarannya lalu menyebarkannya lewat media sosial, banyak guru seperti saya yang akan terbantu. Mungkin bukan teman saya saja, banyak guru lain di luar sana yang memiliki pengajaran bermakna namun hanya di simpan untuk dirinya sendiri. Publikasi praktik baik pengajaran menurut saya penting bagi guru. Selain bisa menginspirasi guru lain, juga akan membantu guru yang melakukan publikasi tersebut menjadi berdaya, salah satunya menjadi guru penulis. Di Kampus Guru Cikal dalam mengembangkan Komunitas Guru Belajar memiliki siklus Guru Belajar untuk membiasakan publikasi di kalangan guru. Siklus Guru Belajar bisa dilihat di gambar di bawah ini : Kalau dilihat dari gambar di atas, maka bagian publikasi adalah salah satu yang penting. Jika tidak ada publikasi, maka bagian yang lain tidak akan berjalan. Di awali guru MENEMUKAN praktik baik pengajaran guru lainnya, dari proses menemukan tersebut, guru melakukan PENALARAN, mempelajarinya dan menyesuaikan untuk kelasnya. Setelah itu, guru melakukan PRAKTIK pengajaran di kelasnya, dari praktik itulah guru melakukan PUBLIKASI. Publikasi tersebutlah yang akan ditemukan lagi oleh guru lainnya. Dari satu yang menulis publikasi, bisa banyak guru yang mempraktikkan dan mempublikasikannya ulang. Semakin melipatgandakan dampak. Namun, sekali lagi, masih banyak yang belum mengetahui manfaat dari publikasi praktik baik pengajaran. Terlihat dari media sosial guru-guru. Pelatihan Menulis Praktik Baik PengajaranTantangannya adalah mengajak guru membiasakan menulis praktik baik pengajaran. Ini salah satu yang dilakukan Kampus Guru Cikal, memasukkan pelatihan menulis praktik baik pengajaran pada tiap program. Salah satunya adalah program Pendidikan untuk Semua. Program Pendidikan untuk Semua merupakan program yang sudah berjalan hampir satu tahun. Program ini berfokus pada pengembangan murid penyandang disabilitas di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sebelumnya Kampus Guru Cikal sudah beberapa kali melakukan pelatihan guru, seminar orangtua, dan audiensi ke perguruan tinggi hingga pemerintah provinsi terkait. Oleh karena itu, di fase akhir program diadakan pelatihan menulis, agar praktik-praktik guru yang didapatkan dari pelatihan sebelumnya bisa terpublikasi dan berdampak tidak hanya kepada guru tersebut, tetapi kepada guru lainnya. Pelatihan diadakan di BP2KLK Jawa Tengah yang terletak di kompleks SLBN 1 Semarang pada 10 Maret 2020. Pelatihan ini diisi oleh 3 pelatih dari Kampus Guru Cikal, yaitu Guru Rizqy, Guru Ratno dan Guru Fatrica. Ternyata banyak peserta yang memang jarang bahkan belum pernah menulis praktik baik pengajaran. Ini salah satu tantangan kami, para pelatih untuk menyampaikan materi tentang menulis. Oleh karena itu, di awal kami ajak peserta untuk memahami konsep mengenai menulis praktik baik dengan formula ATAP (Awal, Tantangan, Aksi dan Pelajaran). Kami kaitkan dengan keseharian guru-guru. “Coba amati cerita membeli donat ini..” kataku pada peserta. Saya membuat kerangka ATAP dengan contoh membeli donat, dan meminta peserta mengidentifikasikan bagian ATAP. Senang rasanya, dengan analogi seperti ini membuat peserta lebih bisa memahami konsep. Lalu mereka mencoba menulis formula ATAP dari permasalahan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Ada yang menulis tentang permasalahan dalam membuat masakan, perjalanan ke lokasi pelatihan, hingga permasalahan melakukan permainan dengan anak di rumah. Setelah itu, kami ajak peserta lebih dalam, yaitu ke proses menulis praktik baik pengajaran. Kami mendetailkan konsep ATAP, kami kenalkan kanvas menulis ATAP, dan akhirnya para peserta praktik serta memberi umpan balik tulisan peserta lain. Senang rasanya membaca tulisan praktik baik guru-guru tersebut. Guru yang awalnya merasa menulis adalah kegiatan yang membosankan, menyulitkan, setelah ikut pelatihan merasa menulis bukan untuk orang berbakat saja. Berikut adalah testimoni guru-guru yang telah mengikuti pelatihan menulis. Saya jadi ingat salah satu kutipan dari Pramoedya Ananta Toer yaitu,“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” – Pramoedya Ananta Toer.

Bukan Literasi Biasa

BUKAN LITERASI BIASA Literasi sering dimaknai dengan kemampuan baca, tulis dan hitung. Literasi juga seringkali dilaksanakan sesuai program 15 menit membaca. Padahal, makna literasi lebih dari hanya itu. Mengangkat judul temu pendidik, Bukan Literasi Biasa, pagi itu, guru-guru yang berasal dari Pekalongan dan sekitarnya berkumpul di MAN 1 Kota Pekalongan, untuk belajar lebih lanjut memaknai literasi. Acara yang diadakan pada hari imlek yang cerah, 5 Februari 2019 itu diawali dengan materi berjudul “Personal Documentation Video” yang disampaikan oleh Guru Madya. Beliau menceritakan tentang media video yang dipraktikkan di kelas Universitas karena melihat fenomena yang sedang trend saat ini, seperti fenomena video challenge yang berbahaya, aplikasi TikTok dan fenomena video lain yang disalahgunakan. Melihat dampak negatif yang cenderung muncul, guru Madya memanfaatkannya sebagai wadah mahasiswa untuk berekspresi dengan memanfaatkan media video ini. Dalam personal documentation video ini, mahasiswa bisa mengangkat topik yang disukai dengan menggunakan pola OMC (Opening – Main – Closing). Tahap opening dimulai dengan menjawab pertanyaan what, where, when, who. Di tahapan selanjutnya, yakni main, mahasiswa menjelaskan topik dengan panduan pertanyaan menggunakan how. Sedangkan di tahapan terakhir yakni closing, mahasiswa akan menyimpulkan rangkaian topik yang tadi di bahas. Salah satu manfaat yang didapat dari kegiatan ini adalah mahasiswa dapat melatih kepercayaan diri untuk berbicara di depan umum menggunakan Bahasa Inggris. Lebih jauh lagi, kegiatan ini juga dapat membantu jika akan menempuh study di luar negeri atau tes IELTS. Dalam kesempatan ini, beberapa guru terlihat bersemangat unjuk gigi mendeskripsikan hal yang digeluti/ disukai dalam Bahasa Inggris. Guru Zinat mendeskripsikan tentang Pemilu karena beliau adalah anggota KPPS, sementara guru Kiki membahas tentang kopi karena beliau pecinta kopi. Narasumber berikutnya, Guru Inggil yang masih berstatus mahasiswa menceritakan pengalamannya menggunakan literature circle di klub membacanya. Beliau mengawali kelas dengan meminta peserta untuk mengunduh aplikasi Farfaria sebagai salah satu sumber bacaannya. Namun, pada dasarnya, guru bisa menggunakan buku apapun. Dalam literature circle ini, guru Inggil membagi peserta temu pendidik dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 6-8 orang. Kemudian, beliau memberikan peran kepada masing-masing anggota. Ada yang menjadi pendongeng, connector, illustrator, editor dan peramal. Masing-masing memiliki tugasnya tersendiri. Misalnya, connector bertugas untuk menghubungkan isi cerita dengan dunia nyata, dan peramal bertugas untuk meramalkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Pada kesempatan ini, peserta temu pendidik diminta membaca cerita Thumbelina, lalu mempresentasikan perannya tadi. Gelak tawa terdengar karena khayalan peramal yang kadang tak terduga, atau melihat gambar sang illustrator yang jauh dari aslinya. Lebih menarik lagi karena guru Inggril memberikan giveaway pada sesi presentasi. Acara temu pendidik kali ini ditutup oleh Guru Dias yang mengawali kelasnya dengan ice breaking “Patung Pancoran”. Beliau membagikan tentang pengalaman saat menerapkan konsekuensi di sekolahnya. Guru Dias merupakan anggota STP2K (Satuan Tugas Pelaksana Pembinaan Kesiswaan) yang sering menangani siswa terlambat dan beberapa permasalahan lain terkait para siswa. Beliau menyatakan bahwa konsekuensi adalah sesuatu yang harus diterima jika melanggar kesepakatan yang dibuat sebelumnya. Alih-alih menghukum siswa yang sering terlambat, beliau lebih mengedepankan diskusi dua arah yang memiliki efek jangka panjang. Dalam membuat konsekuensi dengan siswa, guru perlu mempertimbangkan banyaknya konsekuensi, keterlibatan semua pihak, dan kejelasan poin aturannya agar konsekuensi tersebut dapat dilakukan secara berkesinambungan. Beliau juga menyampaikan bahwa konsekuensi bersifat tidak mutlak/ dinamis. Artinya, konsekuensi dapat diubah sesuai dengan kondisi yang ada. Namun, sebelum menerapkan strategi ini, siswa harus diedukasi terlebih dahulu, akan lebih baik jika dalam bentuk cerita sehingga mereka tidak merasa digurui. Di akhir sesi, guru Dias memberikan sebuah masalah dan meminta peserta temu pendidik untuk merancang strategi konsekuensi yang akan dilakukan dalam sebuah kelompok. Lalu, mereka mempresentasikan hasilnya. Dari temu pendidik kali ini, guru belajar literasi melalui media video, merancang literature circle yang menarik serta berliterasi dalam menerapkan konsekuensi. Pada dasarnya, literasi ada di semua bidang, tidak hanya dalam pelajaran Bahasa. Temu Pendidik siang itu pun ditutup dengan memberikan berbagai informasi acara dan pelatihan yang akan dilakukan KGB Pekalongan bulan Maret. Diantaranya yaitu kegiatan trauma healing untuk korban banjir di Pekalongan dan pelatihan Melukis Kelas dengan Video.

Guru Belajar Cimahi Berbagi Cara Menulis

Hujan besar sempat menahan berkumpulnya guru-guru merdeka belajar di SD Peradaban Insan Mulia. Luar biasanya, di tengah derasnya guyuran hujan, ada yang memaksakan diri tiba di lokasi Temu Pendidik Daerah (TPD) Cimahi, untuk belajar menulis. TPD diawali dengan pemutaran vlog tentang buku yang ditulis Pak Inan, narasumber utama. Videonya bergaya reportase yang dikemas dengan style amat muda banget. Asyik, deh, pokoknya. Nah, setelah videonya selesai, Pak Inan mulai berbagi pengalaman tentang bagaimana mulai menulis. Ada satu pertanyaan mendasar yang patut dijadikan renungan, yaitu mengapa guru tidak menulis? Padahal guru adalah profesi yang sangat dengan dengan kegiatan menulis. Ada dua hal yang membuat guru tidak menulis Pertama, guru tersebut belum menemukan alasan untuk menulis. Kedua, guru tersebut belum tahu cara menulis. Untuk sebab pertama, belum menemukan alasan menulis, ada beberapa alasan yang bisa digunakan supaya guru mau menulis, yaitu Supaya bisa naik pangkat Memperoleh popularitas Mendapatkan keuntungan materi (uang) Meski bukan hal yang salah, ketiga alasan tersebut tidak cukup kuat untuk membuat guru membuat tekad yang kuat untuk menulis. Kalau berdasarkan tujuan-tujuan di atas, biasanya semangat hanya berkobar di awal dan semakin lama kian redup. Bahkan tak jarang terlalu cepat padam. Alasan yang cukup kuat untuk menggerakkan guru menulis adalah untuk menyebarkan inspirasi dan mengabadikan ide, gagasan, atau pun pengalaman. Kemudian tentang sebab kedua guru tidak menulis, yaitu belum tahu cara menulis, ada trik jitu dan sudah terbukti manjur. Apa itu? Menulislah. Kalau mau bisa menulis, ya menulislah. Tidak ada cara lain yang lebih ampuh. Apa yang ditulis? Apa yang kita kuasai atau apa yang dekat dengan kita. Menuliskannya tidak harus langsung banyak. Bisa dengan cara menulis sambil secara kredit. Tulis dulu, simpan. Kalau sudah banyak, kumpulkan dan kelompokkan. Jadilah naskah buku yang siap dikirim ke penerbit. Tapi saya kan tidak bisa nulis? Nah, untuk guru yang serig mengatakan demikian, ada penjelasan simpel yang mempu membalikkan pernyataan tersebut. Ini disebut dengan sindrom tali kekang gajah. Sejak kecil, gajah diikat dengan rantai di salah satu kaki belakangnya. Setiap kali gajah kecil mencoba bergerak lebih jauh jangkauannya, ia merasa kesakitan kakinya tertahan oleh rantai besi. Setelah berkali-kali merasakan sakit, akhirnya gajah tersebut menyerah. Ia hanya bergerak sampai di sekitar rantai itu saja. Gajah tumbuh dan berkembang. Tubuhnya kian besar dan jauh bertambah kuat. Semetara kaki tetap dirantai dengan rantai yang sama. Kalau saja gajah itu mau bergerak lebih jauh, niscaya rantai itu akan putus. Tetapi karena dalam mindsetnya adalah jika dia bergerak agak lincah akan merasakan sakit, maka gajah itu terperangkap dalam ketidakmampuan diri. Jadi sebenarnya ketakutan itu muncul dari dalam diri. Bukannya tidak mampu menulis, tetapi guru merasa tidak bisa menulis. Padahalnya potensinya bisa jadi sangat besar. Di bagian akhir, Pak Inan memberi trik bagaimana menjual buku tapi tidak seperti orang jualan. Triknya sederhana, jadikan pembeli atau figur tertentu mengendors buku kita tanpa dia sadari.Menarik, kan? Sedangkan narasumber kedua, Pak Suhud, membahas tentang menulis praktik pengajaran dengan pola ATAP (Awal-Tantangan-Aksi-Perubahan). Sesi tanya jawab berkembang sampai ke trik-trik menulis buku. Walaupun pesertanya tidak banyak, tetapi kegiatan ini mampu menggugah motivvasi guru yang hadir untuk menulis. Dalam kesan-kesan yang disampaikan, mereka menyatakan bahwa motivasinya terlecut dan tak sabar untuk mulai menulis. Anda Guru yang ingin belajar menulis juga?Yuk bergabung di Klub Guru Belajar Menulis Oleh Suhud Rois, Komunitas Guru Belajar Bekasi