Bupati Maryoto Terima Audiensi Yayasan Guru Belajar, Akui #TerusBelajar Tingkatkan Kompetensi Guru

Ketua Yayasan Guru Belajar (YGB), Bukik Setiawan, melakukan audiensi kepada Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo, pada hari Rabu (23/02/2022). Maryoto didampingi oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kabid Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan, Hariyo Dewanto dan M. Ardian Candra. Pertemuan tersebut merupakan upaya YGB untuk mempererat relasi pasca diadakannya program #TerusBelajar di Kabupaten Tulungagung  sejak Agustus 2021. #TerusBelajar merupakan program Kampus Pemimpin Merdeka sebagai salah satu unit kerja YGB,  di lima kabupaten di Jawa Timur. Program yang bertujuan memulihkan pembelajaran dari learning loss akibat pandemi ini diprakarsai bersama NusantaRun. “Total ada 400an pendidik yang diwisuda atau sudah berhasil menyelesaikan #TerusBelajar. Meskipun baru pertama kali dan bukan program dari pemerintah, Alhamdulillah, sudah ramai yang ikut,” ungkap Bukik. Baca Juga: Apakah Merdeka Belajar Itu? Ia berharap, YGB, Lintas Daerah Belajar, dan pemerintah daerah Tulungagung dapat menjajaki kemungkinan kerjasama yang lebih. Pasalnya, isu pendidikan di Indonesia saat ini tidak hanya berkaitan dengan learning loss, namun juga asesmen nasional dan penerapan kurikulum merdeka. Terlebih usai ujian nasional ditiadakan, ada perubahan indikator ketercapaian kinerja pendidikan. Bukik mengatakan pemerintah daerah merupakan pihak yang akan paling terdampak dengan perubahan tersebut.  Menanggapi ajakan Bukik, Maryoto menyambut apa yang dilakukan YGB di Tulungagung. #TerusBelajar selaras dengan poin pertama dari lima program utama pembangunan nasional yakni pembangunan manusia. Maryoto melihat program tersebut akan membantu pendidik di Tulungagung untuk dapat meningkatkan kompetensinya. Guru saat ini setidaknya harus dibekali oleh dua hal, yakni vaksin dan kompetensi untuk mengajar di masa pandemi. Sehingga saat daring maupun luring, pembelajaran tetap dapat diterima dengan baik oleh murid. “Berbicara pendidikan memang harus mengalami perubahan dan pembaruan. Terlebih saat ini ada COVID-19. Cluster sekolah adalah yang paling banyak. Kalau sistemnya tidak berubah ya susah,” tukasnya.Maryoto mengucapkan terima kasih pada YGB yang membawa program #TerusBelajar di daerahnya. Ia terbuka pada setiap program yang mendukung kemajuan pendidikan di Tulungagung. “Education is power. Jadi apa pun yang terbaik untuk pendidikan, saya welcome,” pungkasnya.

Apakah Merdeka Belajar Itu?

Apakah merdeka belajar adalah jargon baru?Tidak dipungkiri setelah Mas Menteri membumikan merdeka belajar banyak guru yang masih asing meskipun sebenarnya bukan hal yang baru lagi. Merdeka belajar ini sudah pernah dibumikan oleh Ki Hajar Dewantara. Dengan penggantian UN menjadi asesmen belajar banyak guru yang mulai bertanya-tanya apakah merdeka belajar itu?. Oleh karena itu, untuk menjawab ini KGB Tulungagung mengadakan temu pendidik daerah yang mengangkat topik merdeka belajar ini. Selanjutnya penggerak dan rekan guru sepakat mengadakan temu pendidik pada Minggu 22 Desember 2019 di MI Sakti modern. Mudik hari ini dihadiri 19 guru. Alhamdulillah guru yang bisa hadir di mudik hari ini bisa bertambah dari sebelumnya. Hal ini menambah motivasi kami untuk saling berkolaborasi dengan rekan seperjuangan yang mempunyai misi yang sama yaitu menjadi guru yang merdeka belajar. Perlukah Kompetisi Pada Proses Belajar? Pemantik diskusi dimulai oleh pak Anam dengan Learning is not about competition. Pak Anam memulai diskusi dengan menceritakan pendidikan di Singapura dan Finlandia. Selanjutnya pak Anam mengajak guru guru untuk berefleksi apakah pendidikan yang diwarnai dengan kompetisi bisa membuat murid bahagia dan mengerti tujuan belajarnya? Kompetisi memiliki banyak dampak diantaranya lemahnya kolaborasi murid. Kompetisi tidak selalu buruk, kompetisi juga dapat melatih murid dalam hal menghadapi tantangan. Namun, value itu tidak bisa dapat dirasakan oleh semua murid. Murid yang berhasil melalui kompetisi dianggap berhasil sedangkan murid yang gagal melalui kompetisi dianggap tidak sukses selain itu hanya murid tertentulah yang dapat mengikuti kegiatan kompetisi ketika di sekolah. Di sini letak miskonsepsi itu, semua murid berhak belajar dan berhasil setelah gagal. Kompetisi adalah satu bagian kecil dari proses belajar tentang tantangan. Sekarang saatnya guru-guru bisa mengajak murid-muridnya untuk memperbanyak kolaborasi daripada kompetisi diantaranya merancang kegiatan pembelajaran yang mendukung kerjasama antara murid yang satu dengan yang lainnya, mengadakan kegiatan belajar bersama dengan instansi atau kegiatan berbasis proyek. Tentunya kegiatan kegiatan seperti ini tidak hanya menantang murid, menyenangkan dan bermakna tentunya juga dapat melatih siswa untuk dapat survive dengan memahami bahwa keberhasilannya dalam belajar tidak semata karena usaha mandirinya tetapi teman, guru dan keluarga juga ada keterlibatan disana. Jadi murid pun juga mengerti makna bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang tidak cukup hidup sendiri dan hanya mengedepankan kompetisi. Apakah Merdeka Belajar Itu? Pemantik diskusi kedua oleh bu Evy Ramadina dengan topik merdeka belajar. Diskusi topik kedua ini bu Evy mengajak teman teman guru menuliskan apa yang telah diketahui tentang apakah merdeka belajar yang saat ini hangat dibicarakan se Indonesia. Menarik, ternyata sangat beragam jawaban dari teman guru. Ada yang menjawab “Merdeka belajar itu bebas, tidak ada aturan, santai, menyenangkan dsb.” Selanjutnya bu Evy memulai diskusi dengan memaparkan apa poin penting dari merdeka belajar yaitu komitmen pada tujuan, mandiri terhadap cara dan mau berefleksi. Tiga hal ini merupakan suatu siklus yang saling terhubung. Selanjutnya, kami mendiskusikan contoh pembelajaran di kelas seperti apakah yang merdeka belajar itu?. Merdeka belajar bukan tanpa aturan tetapi melibatkan anak anak dalam membangun kesepakatan untuk komitmen pada tujuan belajar. Merdeka belajar merupakan pembelajaran yang mandiri terhadap cara yang memungkinkan setiap murid bahagia dengan caranya dan tetap dijalan kesepakatan bersama. Baca Juga: Merdeka Belajar Bukan Jargon Acara terakhir rekan rekan guru melakukan refleksi bersamaApakah selama ini masih berkutat di kompetisi murid saja?Lalu apakah murid murid sudah diajak saling berkolaborasi dengan rekannya?Apakah pembelajaran di kelas selama ini sudah merdeka belajar?Dan apakah gurunya sudah merdeka belajar?Dari sini kami sepakat bahwa guru yang merdeka belajar bisa mendampingi muridnya untuk merdeka belajar. Jadi, berikutnya guru guru kembali ke sekolahnya masing masing dan menerapkan merdeka belajar di kelas. Anda masih penasaran tentang apa itu merdeka belajar?

Program Literasi di Sekolah yang Bermakna

Sudah membuat program literasi sekolah, namun nyatanya kegiatan tidak meninggalkan jejak pada murid. Murid sudah membaca buku tapi masih tetap saja tidak paham isinya. Atau sudah paham tentang literasi tetapi minim ragam kegiatan yang bermakna. Ternyata memang masih banyak kerikil  miskonsepsi tentang literasi. Termasuk di dalamnya bahwa literasi hanya berkutat pada buku, teks, kegiatan membaca atau menulis. Lalu apa pentingnya literasi untuk murid jika tidak memberikan perubahan bahkan tidak memberikan daya. Karena seharusnya literasi yang bermakna akan menjadikan murid semakin berdaya. Nah, dari persepsi inilah kita akan mengurai tentang miskonsepsi literasi yang nyatanya telah membudaya berakar bertahun tahun dalam persepsi pendidik. Temu Pendidik Daerah Kegiatan Temu Pendidik Daerah (TPD) adalah sebuah pertemuan antarpendidik di daerah Tulungagung. Peserta dari berbagai jenjang mulai PAUD, TK, SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi. Dalam pertemuan ini kami saling berkolaborasi membahas tentang tema yang kami angkat yaitu Literasi untuk Berdaya. Tema ini kami angkat berkaitan dengan masih banyak miskonsepsi tentang apa itu literasi? Bagaimana program literasi? TPD dilaksanakan pada hari minggu tanggal 6 Oktober 2019. Bertempat di Omah Dolan Pelangi, Jln. Teuku Umar, Dusun, Gluduk, Desa Ariyojeding, Kec. Rejotangan. Kab.Tulungagung. Pemantik diskusi adalah Bunda Ilmi yang merupakan Penggerak KBG Blitar dan Bunda Pelangi Penggerak KGB Tulunggagung. Peserta yang hadir ada 7 orang. Di antara mereka memiliki motivasi ikut karena memang belum pernah mendengar adanya Komunitas Guru Belajar. Adapula yang sudah dengar tetapi belum pernah mengikuti kegiatannya. Maka menjadi lumrah saat baru datang di lokasi peserta masih malu-malu untuk berinteraksi dan komunikasi. Untuk mencairkan suasana Bunda Ilmi mengajak peserta untuk memperkenalkan diri. Kemudian peserta diajak saling bertukar informasi tentang aktivitas dan motivasi mengikuti agenda TPD. “Motivasi saya ikut adalah tertarik pada tema yang diangkat, karena kebetulan di sekolah saya belum ada program literasi.” Ungkap Bu  Gilang yang merupakan guru SD Sentul Blitar. “Saya sebelumnya belum pernah mendengar ada KGB makanya saya datang karena saya penasaran.” Kata Bu Nur yang rumah dan tempat mengajarnya cukup dekat dengan lokasi TPD. Miskonsepsi Literasi Sebelum pemantik diskusi menyampaikan pemaparan tentang praktik baik literasi yang berdaya, para peserta diajak mengemukakan pendapatnya tentang apa itu literasi Jawabannya pun beragam seperti kata pak Satrio Guru SD di Buntaran “Literasi itu ya kegiatan membaca buku.” Berbeda dengan Pak Denny mengungkapkan “Literasi itu adalah kegiatan belajar yang tidak hanya dari buku tetapi juga dalam aktivitas berkreasi.” Setelah  merangkum pendapat peserta, bu Ilmi kemudian memulai mengurai tentang miskonsepsi literasi. Bahwa literasi bukan hanya berkutat pada diktat, buka selalu dengan buku, bukan tentang kegiatan membaca dan menulis saja. Tetapi semua aktivitas mencari informasi, mengolah informasi kemudian mengkomunikasikannya kembali dalam bentuk yang lebih bermakna. Dari pemaparan bu Ilmi sedikit terbukalah paradigm peserta. Ada yang kaget juga karena konsep tentang literasi yang mereka pahami selama ini masih keliru. Ada juga yang kemudian tersenyum lega karena ternyata kegiatan literasi bukan hanya membaca buku. Maklum ternyata ada beberapa peserta yang tidak menyukai kegiatan membaca. Setelah Bu Ilmi memantik diskusi tentang Miskonsepsi Literasi, Bunda Pelangi yang merupakan pemilik Omah Dolan Pelangi memaparkan tentang Praktik baik Literasi yang bermakna di jenjang dasar ( PAUD, TK,SD ). Salah satunya adalah dengan sosiodrama. Kemudian permainan Board Game karakter baik, belajar cerita dan dongeng. Literasi yang berbasis eksplorasi sains. Mengaitkan pembiasaan atau kegiatan sehari hari dengan literasi. Baca Juga: Miskonsepsi Literasi Refleksi Kegiatan Dari hasil diskusi peserta mulai ada ide baru untuk membuat ragam kegiatan literasi yang bermakna. Semuanya dimulai dari pemahaman pendidiknya terlebih dahulu, pada sesi penutupan bu Ilmi menyampaikan “Keterampilan yang harus dimiliki baik pendidik maupun murid di era 4.0 adalah keterampilan berkomunikasi dan berpikir kritis dan inilah bagian dari sebuah literasi yang berdaya.” Sementara Bunda Pelangi menyampaikan “Bukan bagaimana anak itu bisa membaca akan tetapi bagaimana anak itu suka membaca, untuk kegiatan literasi yang bermakna perlu adanya kegiatan pasca membaca.” Sebuah refleksi juga diberikan salah satu peserta TPD yaitu Bu Reza “Kegiatan siang hari ini sangat bermanfaat, membuka pikiran yang selama ini literasi saya anggap hanya tentang membaca. Sangat santai sehingga bisa lebih enjoy dalam memahami. Semoga bulan depan ada agenda lagi dengan teman yang lebih banyak.” Kami tawarkan kepada peserta tentang tema pada pertemuan TPD yang selanjutnya. Dari berbagai masukan dan pendapat ternyata banyak diantara peserta yang ingin berbagai praktik baik pembelajaran literasi. Maka Call to Action nya adalah peserta TPD akan mendapatkan tantangan membuat skenario pembelajaran literasi yang bermakna . Tidak lupa juga kami agendakan awal  bulan depan untuk TPD lagi dengan bahasan Ragam Kegiatan Literasi yang Bermakna, kami rencanakan akan berbagi praktek baik tentang literasi dari semua jenjang sekolah. Penasaran Bagaimana Menerapkan Literasi Numerasi di Sekolah Dasar? Yuk ikuti pelatihan online klik