Guru Merdeka Belajar dan Berkarier di Sekolah Lawan Corona Al Fityah

Guru Merdeka Belajar di Tengah Pandemi “Merdeka Belajar sering diartikan bebas belajar, dan tanpa aturan. Merdeka belajar itu  terjadi jika kita bisa mengatur sendiri proses pembelajaran, baik itu pihak sekolah, guru, orang tua dan maupun murid. Dan hal tersebut ditunjukkan oleh guru dan pemimpin sekolah di Yayasan Al Fityah saat mengikuti program Sekolah Lawan Corona. Karena belajar adalah kebutuhannya, kemauannya sendiri, rekan-rekan di Al Fityah mencari cara untuk bisa belajar program-program dan menyelesaikannya.”, Ujar Bukik Setiawan yang mewakili Yayasan Guru Belajar pada Perayaan Belajar Sekolah Lawan Corona Yayasan Al Fityah pada Minggu 17 Januari 2020. Program Sekolah Lawan Corona di Yayasan Al Fityah sendiri berjalan mulai pertengahan bulan November, dimulai dengan kegiatan sosialisasi dan pengisian asesmen program untuk mengetahui kebutuhan belajar guru dan pemimpin sekolah. Kemudian pelaksanaan program otomatisasi dan interaksi dilaksanakan hingga awal Desember.  Baca Juga: Sekolah Lawan Corona Jawa Tengah Awal pelaksanaan di Yayasan Al Fityah ada beberapa guru yang mengalami kendala dalam pelaksanaan : ada guru yang harus mengurus bayi sehingga pengerjaan program terhambat, ada kendala sinyal dan banyak tantangan lainnya. Peran mentor untuk terus memberi semangat, mengajak peserta melakukan refleksi, dan kemudian mencari cara sangat membantu terselesaikannya program oleh peserta SLC Al Fityah. Buktinya 100% dari 50 peserta baik guru maupun pemimpin sekolah menyelesaikan program ini. Guru Emi Yayusari salah seorang Guru di SDIT Al Fityah Kota Binjai mengungkapkan bahwa awalnya pembelajaran jarak jauh, murid merasa bosan belajar, orang tua menganggap pembelajaran menjadi beban. Setelah mengikuti Sekolah Lawan Corona saya mendapat ilmu banyak, terutama mengenai pembelajaran jarak jauh. Peran mentor di SLC sangat membantu. Setelah ikut Sekolah Lawan Corona menjadi lebih menyenangkan pembelajarannya, lebih bisa kolaborasi dengan orangtua. Sejalan dengan Guru Emi Yayusari, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang hadir pada Perayaan Belajar tersebut mengatakan bahwa memang banyak sekali tantangan di masa pandemi. Namun banyak yang mulai beradaptasi, salah satunya Yayasan Al Fityah. Pandemi tidak menghalangi kreativitas guru. Guru Meniti Karier Jika program pendidikan lain penanda selesainya program biasanya dengan sertifikat. Lalu program benar-benar selesai. Namun di program Sekolah Lawan Corona ini tidak berhenti setelah program selesai. Di Yayasan Al Fityah awalnya bergerak karena persoalan yang dihadapi selama pandemi ini. Namun setelah mengikuti SLC dan persoalan yang dihadapi bisa terselesaikan, bukan berarti selesai bergerak. Guru dan pemimpin sekolah yang memiliki harapan, dan cita-cita yang tinggi terus akan bergerak menuju merdeka belajar. Ini terbukti dari banyaknya guru yang mulai melebarkan sayapnya dalam bergerak. Ada 4 guru yang menjadi pembicara Temu Pendidik Nusantara (TPN) 7, ada 4 guru yang menjadi pemandu TPN 7, bahkan ada 5 guru yang mendaftarkan diri dan menjadi pendamping guru lainnya di program SLC DKI Jakarta dan juga seorang guru yang mengembangkan kariernya menjadi penulis dengan dipublikasikan tulisannya di Surat Kabar Guru Belajar edisi 26. Baca Juga : a Ingin bergabung di program Sekolah Lawan Corona?Yuk gabung!Klik slc.kampusgurucikal.com

Semangat Merdeka Belajar Guru Kimia Binjai

Telah berlangsung Temu Pendidik Daerah (TPD) ke 16 hasil kerjasama Komunitas Guru Belajar (KGB) Binjai dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kimia SMA sekota Binjai pada Rabu, 4 Maret 2020. Acara ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Jalan W.R. Mongonsidi nomor 10 Binjai. Tema yang diambil adalah Sosialisasi Merdeka Belajar. Ketika tema ini diusulkan kepada teman- teman guru di MGMP Kimia, mereka sangat semangat dan antusias karena mereka memang sangat ingin tahu bagaimana sih yang disebut dengan merdeka belajar itu, apakah sama dengan apa yang mereka pikirkan. Antusias Belajar Antusiasme para guru itu memang terlihat selama kegiatan. Diskusi yang dihadiri oleh belasan guru ini berlangsung sangat aktif, seru, dan melibatkan hampir seluruh peserta. Acara Sosialisasi Merdeka Belajar yang penuh semangat ini diawali dengan Nonton Bareng (Nobar) Video Guru Merdeka Belajar dari ibu Najelaa Shihab. Sebelum Nobar, pemandu/ moderator acara sekaligus calon penggerak KGB Binjai, Susi Suharyani menanyakan kepada peserta sejauh mana pemahaman peserta terhadap merdeka belajar. Menurut mereka, apakah itu merdeka belajar? Apakah selama ini bapak/ ibu guru sudah melakukan merdeka belajar? Kalau sudah, apa contohnya? Pemandu/ moderator acara bu Susi Suharyani yang merupakan guru Kimia MAN Binjai, meminta peserta untuk mengingat-ingat, selama sekian tahun mengajar, pernahkah di kelas mengajak peserta didik untuk melihat manfaat dari apa yang guru ajarkan untuk bekal mereka di masa depan? Apakah selama ini para guru sudah melaksanakan refleksi terhadap apa yang sudah dilakukan? Pertanyaan ini dia lontarkan, karena menurutnya guru-guru sebenarnya sudah melakukan merdeka belajar, dengan membuat belajar yang menyenangkan, lalu kemudian membuat refleksi seperti pada saat pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dan guru-guru pun menjawab dengan semangat. Bu Rini, guru Kimia dari SMA Negeri 1 Binjai mengatakan bahwa kemerdekaan itu yah bebas, bebas mengajar tentang apapun materi tidak harus berurutan, asal sesuai dengan kurikulum. Pak Randi, guru Matematika dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Binjai mengatakan bahwa merdeka belajar adalah ketika guru diberikan kebebasan seluas-luasnya sehingga bisa mengajak siswa untuk ikut aktif di setiap pelajaran. Kebebasan itu bukan harus di luar ruangan, tetapi di dalam kelas pun kita juga bisa membuat kemerdekaan belajar. Baca Juga: Merdeka Belajar Bukan Jargon Selain guru-guru Kimia, kegiatan ini ternyata juga dihadiri oleh guru-guru non Kimia. Guru-guru dari lintas mata pelajaran dan lintas jenjang sekolah. Ada guru Matematika, guru Pendidikan Kewarganegaraan, guru MAN bahkan guru Sekolah Dasar (SD). Pada awalnya, target peserta adalahseluruh guru Kimia jenjang SMA yang ada di kota Binjai, namun karena flyer yang disebar melalui media sosial ternyata menarik, maka akhirnya guru non Kimia pun ikut dalam kegiatan ini. Mayoritas guru nonKimia yang hadir adalah guru-guru berusia muda yang baru saja ditempatkan mengajar di MAN Binjai. “Kami ingin belajar, Bu, sama seperti Bu Susi yang tetap antusias dalam belajar”, ujar mereka kepada ibuSusi Suharyani. Apa Guru Merdeka Belajar Itu? Pak Luthfi, guru MAN Binjai juga mengungkapkan mengenai apakah guru yang merdeka belajar itu artinya guru boleh mengubah kurikulum, karena selama ini mengajar selalu kejar-kejaran dengan Kompetensi Dasar (KD) yang terlalu banyak. Hal ini akhirnya menyebabkan selalu kejar tayang, dan menimbulkan anggapan yang penting materi selesai diajarkan. Menyinggung mengenai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), menurut beliau, merdeka belajar itu berarti KKM boleh dirubah. Menurutnya, bukankah sekolah yang membuat kriteria kelulusan. Kalau merdeka belajar, berarti sekolah juga merdeka. Bu Nikmar salah satu peserta yang hadir menyampaikan, guru yang merdeka berarti boleh mengajarkan aplikasi dari mata pelajaran yang diajarkannya sehingga dapat dijadikan bekal bagi peserta didik setelahtamat untuk berwirausaha, seperti bagaimana membuat jamu, membuat lilin dan sebagainya. Setelah selesai Nobar pertanyaan yang sama dilontarkan pemandu ke peserta. Ternyata dari jawabanpertama sebelum Nobar dengan sesudah Nobar, jawaban bapak/ ibu guru sudah memiliki perbedaan. Tiga Dimensi Merdeka Belajar Peserta memahami bahwa merdeka belajar bukan hanya memiliki satu dimensi mandiri menentukan cara yang mengutamakan kreatifitas, namun juga terdiri atas 2 dimensi lain, yaitu dimensi komitmen dan dimensi refleksi. Dimensi komitmen dimana guru perlu menanyakan alasan mengapa menjadi guru dan apa yang bisa guru lakukan untuk memerdekakan belajar siswa sesuai kebutuhan belajarnya.Dimensi refleksi dimana guru terus menerus belajar dan memperbaiki diri. Seusai membahas makna Merdeka Belajar para peserta menjadi bertambah semangat setelah pak Surya Herdiansyah, salah satu penggerak KGB Binjai mengajak peserta untuk melakukan yel-yel dari tiga dimensi merdeka belajar tersebut. Semua peserta berdiri sambil mengucapkan kata: komitmen – mandiri – refleksi, sambil diikuti dengan gerakan tangan seperti yang dicontohkan oleh pak Surya. Pak Surya menjelaskan tentang tiga dimensi dalam merdeka belajar, sambil diselingi dengan diskusi, apakah ada miskonsepsi yang selama ini dilakukan oleh bapak/ ibu guru. Kemudian beberapa pertanyaan yang diajukan, seperti “Siapa yang sudah merdeka?” Selanjutnya penggerak KGB Binjai, Lisza Megasari di bagian akhir membahas tentang bagaimana praktik baik mengajar di depan kelas dengan memberikan contoh-contoh yang semua itu merupakanpengalaman guru-guru yang bisa diadopsi. Bagaimana guru membuat peserta didiknya tidak merasa bodoh, dengan membuatnya bisa mengerjakan apa yang seharusnya. Bagaimana membuat peserta didikdi awal begitu guru masuk kelas merasa penasaran dengan apa yang diucapkan saat membuka pelajaran, sehingga peserta didik tertarik untuk belajar. Di akhir acara, bapak/ ibu guru yang hadir menyampaikan keinginannya untuk melanjutkan pertemuan berikutnya, yaitu mengenai bagaimana membuat canvas dan RPP merdeka belajar. Anda masih penasaran tentang apa itu merdeka belajar? Yuk pelajari Surat Kabar Guru Belajar Edisi 6Unduh GratisKlik:

Sosialisasi Merdeka Belajar di Kota Binjai

Sosialisasi Merdeka Belajar dilaksanakan pada Sabtu, 7 Maret 2020. Sebagai pelaksana Komunitas Guru Belajar (KGB) Binjai rela menggunakan akhir pekannya. Kegiatan Nonton Bareng (Nobar) Guru Merdeka Belajar diadakan di salah satu yayasan pendidikan Sekolah Islam Terpadu (SIT) di Kota Binjai. SIT Al Fityah sebagai sebuah yayasan pendidikan pada kegiatan Nobar kali ini menghadirkan 62 orang para pendidik lintas jenjang sekolah mulai dari TK hingga SMA. Sosialisasi Merdeka Belajar yang Menarik Menariknya, kegiatan Sosialisasi Merdeka Belajar berupa nobar kali ini tidak hanya dihadiri oleh para guru Yayasan SIT Al Fityah. Namun juga dihadiri oleh Ketua Yayasan SIT Al Fityah, Bapak H. Abdul Latif Bangun, ST yang tampak antusias mengikuti kegiatan ini hingga selesai. Lisza Megasari, salah seorang penggerak KGB sangat mengapresiasi kehadiran ketua yayasan tersebut dan berkata, “Baru kali ini di dalam kegiatan sosialisasi Merdeka Belajar yang saya lakukan di sekolah swasta, dihadiri oleh ketua yayasan”. Selain itu hadir pula Ika Drama Yanti yang akrab dipanggil bu Ika dy. Seorang pegiat literasi Kota Binjai yang sukses menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Purnama Yang Hilang”. Kehadiran ketua yayasan dan seorang pegiat literasi ini tentu menambah keseruan peserta yang lain. Dan juga menambah antusiasme para Penggerak KGB Binjai pada sosialisasi merdeka belajar ini. Para Penggerak KGB Binjai berharap bukan hanya guru saja yang Merdeka Belajar, tapi juga murid, kepala sekolah, yayasan, orang tua hingga komunitas-komunitas juga perlu merdeka belajar. Para pesertapun dibuat bahagia oleh moderator/ pemandu acara yang interaktif saat membuka acara. Lusiana Matondang, moderator/ pemandu acara yang sekaligus calon penggerak KGB Binjai. Mengawali acara dengan memperagakan “Tepuk Diam” kepada para peserta untuk meminta perhatian dan fokus selama berlangsungnya kegiatan. Situasi tenang ini tentu tidak disia-siakan oleh moderator, untuk menanyakan kepada para peserta sejauh mana pemahaman mereka tentang Merdeka Belajar. Nita Hardiyanti, mewakili Guru TK pada kesempatan tersebut menjelaskan bahwa Merdeka Belajar adalah kemerdekaan berfikir bagi guru dan murid untuk menentukan tujuan. Sedangkan Icha Ramadhani, mewakili guru SMP menjelaskan bahwa Merdeka Belajar adalah kemampuan guru dan muridmemberdayakan semua potensi dan fasilitas yang ada di sekolah secara bersama sama atau berkolaborasi untuk melakukan pembelajaran yang bermakna. Baca Juga: Merdeka Belajar Bukan Jargon Setelah beberapa peserta menyampaikan pandangannya tentang Merdeka Belajar. Muamar Firman sebagai peliput acara yang juga merupakan calon penggerak KGB Kota Binjai meminta para guru untuk sesekali bertanya kepada para muridnya. “Apakah pembelajaran yang Bapak/ Ibu berikan penting menurut Bapak/ Ibu? Apakah Pembelajaran yang Bapak/ Ibu berikan selama ini dibutuhkan bagi kehidupan kita di saat ini ataupun di masa depan?”. Pertanyaan ini dia lontarkan karena menurutnya sekolah harus mampu menjadi Representasi Kehidupan. Sehingga apa yang murid dapatkan di sekolah benar-benar bermanfaat bagi kehidupan dan mampu menjawab tantangan zaman. Belajar juga menurutnya adalah bukan bercerita tentang seberapa jelas kesuksesan yang akan kita dapatkan. Tapi tentang seberapa yakin kita kepada tujuan. Karena tujuanlah yang akan menentukan dan memandu langkah dan gerakan kita. Tidak ada yang jelas dan pasti hari ini melainkan [erubahan. Maka kita harus mampu mencetak anak-anak menjadi pribadi yang adaptif. Menjadi seorang Pembelajar Sepanjang Hayat yang mampu mengikuti setiap perubahan dan perkembangan zaman. Siapa yang Merdeka Belajar? Setelah selesai Nobar, Surya Herdiansyah salah seorang Penggerak KGB Binjai juga memberikan pertanyaan-pertanyaan. Hal yang cukup memancing rasa ingin tahu (curiousity) para peserta untuk menyampaikan pendapatnya seperti Siapa yang Merdeka Belajar? Kenapa harus Merdeka Belajar dan seterusnya. Kemudian menutup sesinya dengan menyampaikan tiga dimensi Merdeka Belajar (Komitmen, Mandiri, Refleksi). Dan yel-yel Merdeka Belajar, yang cukup menambah keseruan para peserta seisi ruangan. Guru Untung, mewakili guru SD ketika ditanya “Siapa yang Merdeka?” menyampaikan pendapatnya. Menurutnya yang merdeka bukan hanya guru dan murid saja. Dinas Pendidikan dan pengawas juga harus merdeka belajar sehingga dapat mempercepat usaha untuk mengubah kualitas pendidikan menjadi lebih baik. Selanjutnya Ermawaty, penggerak KGB Binjai mengawali aksinya di depan peserta dengan memberikan contoh “Hand Sign”. Sebuah instruksi/ tanda menggunakan gerakan tangan untuk maksud tertentu yang efektif. Tanda ini dapat mengurangi ungkapan ungkapan yang mengganggu konsentrasi di saat pembelajaran. Beliau kemudian melengkapi sesinya dengan menjelaskan sekilas tentang KGB Binjai dan Temu Pendidik Nusantara (TPN) 2019. Ermawaty pada kesempatan tersebut juga menyampaikan tentang 4 Pokok Kebijakan Merdeka Belajar. Kebijakan yang merupakan gebrakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Bapak Nadiem Makarim yaitu: Mengganti USBN dengan Ujian Sekolah (Tes Tulis, Tugas Kelompok, Portofolio atau Karya Tulis) Mengganti UN dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survey Karakter (Literasi, Numerasidan Karakter) RPP Cukup 1 Halaman, dan PPDB Zonasi Arti Kemerdekaan Belajar Di akhir sesi, Lisza Megasari mampu membuat mata para peserta berkaca-kaca. Beliau menyampaikan kegelisahan dan keresahannya terhadap apa yang dia alami dan rasakan selama menjadi seorang pendidik. Bahwa betapa banyak anak-anak yang dihambat bakat dan potensinya sebab tuntutan ketercapaian kurikulum yang diberikan. Juga kecenderungan untuk memberikan gelar negatif kepada murid. Hanya karena mereka mendapatkan nilai rendah tanpa memandang potensi lain yang ada padadiri mereka. Menurutnya, potensi dan bakat murid tidak dapat diukur dari hasil ujian. Kompetensi murid akan tampak apabila ada kemerdekaan belajar pada guru dan murid. Kemerdekaan belajar di sini berarti menentukan tujuan, mandiri dalam menentukan proses dan cara, serta senantiasa reflektif mengevaluasi diri untuk terus melakukan perbaikan. Cerita praktik baik yang disampaikannya pun membuat para peserta terbawa suasana. Peserta merasa mendapatkan wawasan baru tentang bagaimana menghadirkan pembelajaran yang lebih bermakna. Di akhir acara Sosialisasi Merdeka Belajar Bapak H. Abdul Latif Bangun selaku ketua Yayasan SIT Al Fityah berjanji akan mengundang kembali para penggerak KGB Binjai. Melanjutkan pertemuan dengan tema Canvas dan RPP Merdeka Belajar sebagai bentuk kesungguhan yayasan untuk mendukung program Merdeka Belajar. Dan sebagai bukti nyata, bahwa bukan hanya Kepala Sekolah dan Guru SIT Al Fityah yang Merdeka Belajar. Tetapi Yayasan SIT Al Fityah juga akan Merdeka Belajar. Anda masih penasaran tentang apa itu merdeka belajar? Yuk pelajari Surat Kabar Guru Belajar Edisi 6Unduh GratisKlik:

Menerapkan Merdeka Belajar Yuk!

Siang hari itu cerah sekali. Matahari bersinar terang. Para penggerak Komunitas Guru Belajar (KGB) Binjai dengan semangat sudah mempersiapkan bahan dan alat di ruangan yang disediakan pihak café Seven Stars Binjai. Berbagai sumber belajar KGB diletakkan di dekat tempat duduk peserta, diantaranya Buku Memanusiakan Hubungan berisi kumpulan kisah guru yang mempraktikkan memanusikan hubungan, buku Merdeka Belajar di Ruang Kelas yang membahas konsep merdeka belajar dan cerita para guru yang sudah menerapkan merdeka belajar, Buku Literasi Menggerakkan Negeri, Buku Differensiasi, dan beberapa cetakan Surat Kabar Guru Belajar (SKGB). Semangat Guru Penggerak KGB Binjai Hari ini, Jumat, tanggal 27 Desember 2019, KGB Binjai melaksanakan TPD yang ke-12 dengan judul ‘Nobar dan Meet up KGB Binjai’. Acara seharusnya dimulai jam 13.30, sesuai dengan waktu yang tertulis di brosur. Namun saat ini, waktu telah menunjukkan jam 14.00, tetapi masih belum ada peserta yang hadir. Para guru penggerak sempat gelisah, namun tidak berputus asa. Para guru penggerak pun mulai menghubungi peserta yang telah mengkonfirmasi untuk hadir. Banyak yang mengatakan akan datang terlambat. Para penggerak akhirnya menunggu lagi. Saat jam menunjukkan pukul 14.30, satu per satu peserta mulai muncul. Tidak disangka, akhirnya ada 6 peserta yang hadir. Menjelang jam 15.00 sore, TPD pun dimulai. Kegiatan dibuka oleh Pak Surya. Pak Surya mengajak peserta untuk melakukan yel-yel Merdeka Belajar. Setelah itu, satu per satu peserta diminta untuk memperkenalkan diri. Tidak disangka beberapa peserta yang hadir adalah guru-guru berprestasi yang telah memenangkan beberapa penghargaan. Setelah perkenalan diri selesai, Pak Surya mengajak semua untuk menonton bersama video Merdeka Belajar. Para peserta terlihat mengangguk-angguk saat Bu Najelaa memaparkan tentang Merdeka Belajar di dalam video yang ditayangkan. Setelah video selesai, belum diadakan diskusi, karena waktu yang tidak memungkinkan. Café hanya menyediakan tempat hingga jam 18.00. Karena setelah jam 18.00, ada yang menyewa ruangan yang dipakai saat ini. Pak Surya menjelaskan kepada peserta bahwa kita akan mengadakan diskusi dan tanya jawab setelah materi Merdeka Belajar disampaikan oleh Bu Ega. Bu Ega menyampaikan dengan antusias materi Merdeka Belajar yang telah disampaikan oleh Pak Bukik, ketua Kampus Guru Cikal, dan Pak Usman, Ketua KGBN, di grup Telegram pada Temu Pendidik Spesial tanggal 15 Desember 2019. Baca Juga: Merdeka Belajar Bukan Jargon Setelah pemaparan materi selesai, tidak disangka peserta sangat bersemangat memberikan respon. Para penggerak menjadi terpacu untuk menjelaskan lebih banyak hal kepada peserta. Waktu seakan tidak cukup. Pak Firman merespon sangat positif terhadap apa yang disampaikan di video Merdeka Belajar. Pak Firman berharap semua yang disampaikan dalam video dapat tercapai. Penyederhanaan administrasi sangat penting. Menurutnya, kesejahteraan guru dapat mempengaruhi tercapainya standar dalam pendidikan. UN memang sebaiknya diganti. Perlu adanya penilaian karakter, penekanan di literasi dan numerasi, serta assessment yang benar. Terakhir, Pak Firman membuat kita geli. Karena saking semangatnya merespon, Pak Firman lupa akan pertanyaan yang hendak disampaikan. Bagaimana Menerapkan Merdeka Belajar? Bu Lia mempertanyakan lebih lanjut tentang Tujuan, Cara, dan Refleksi dalam menerapkan Merdeka Belajar. Mengingat kurikulum yang harus dikejar, kondisi kelas yang beragam, dan motivasi belajar sebagian murid yang rendah. Setelah dijelaskan para penggerak, ternyata Bu Lia mengatakan bahwa selama ini dia sudah melakukan berbagai variasi strategi dalam mengajar. Namun belum sampai tahap melibatkanmurid. Hal ini menjadi sesuatu yang baru dan menantang baginya. Bu Lia juga merespon tentang dana yang dibutuhkan untuk sarana dan prasarana menerapkan Merdeka Belajar. Untuk hal ini, disarankanuntuk kembali melihat apa tujuan pembelajaran. Apakah peralatan yang mahal diperlukan. Belajar seharusnya tidak mahal. Semua bahan belajar tersedia di sekeliling kita. Kisah Pak Nuno Riza yang mengajar komputer tanpa sarana komputer di sekolah pun disampaikan agar para guru jangan mau terhalang oleh sarana pra sarana saat mengajar. Kesadaran untuk Menerapkan Merdeka Belajar Bu Susi mempertanyakan bagaimana membuat guru sadar untuk menerapkan Merdeka Belajar. Para penggerak KGB Binjai menceritakan pengalaman selama menjalankan KGB. Memang tidak mudah, namun harus terus diupayakan. Dengan terus berbagi praktik baik dalam pengajaran. Bu Susi juga mempertanyakan tentang berbagai komunitas guru, MGMP, dan beberapa aturan dalam pemerintah yang menyulitkan gerakan guru. Para penggerak menceritakan bagaimana KGB hadir karena keresahan para guru. Perjuangan belum selesai. Para penggerak mengajak peserta untuk terus bergerak bersama. Bu Lusi memberikan dukungan kepada KGB. Saran yang diberikan adalah agar KGB memberikan program konkret yang memenuhi kebutuhan anggota. Bagi penggerak, TPD kali ini cukup spesial karena respon yang penuh semangat dari peserta. Waktu sudah tidak memungkinkan lagi, namun masih banyak yang ingin dibahas. Peserta diajak untuk mengikuti TPD yang akan datang. Juga diajak untuk menulis di SKGB, membagikan praktik baikpengajaran yang pernah dilakukan. Belajar Melalui Temu Pendidik Daerah Guru Penggerak KGB Binjai menawarkan untuk melaksanakan kelas kemerdekaan di Temu Pendidik Daerah (TPD) mendatang, disambut dengan penuh antusiasme oleh peserta. Penggerak KGB Binjai sungguh mengucap syukur melihat antusiasme para peserta kali ini. Kelelahan pasti karena mempersiapkan kegiatan ini di tengah tengah padatnya kegiatan akhir tahun. Tapi semua terbayarkan saat melihat wajah-wajah para peserta yang penuh semangat setelah TPD selesai. Terima kasih Bapak Ibu guru. Semangat kalian terasa mengalir juga kepada kami. Ayo, mari kita terus bergerak untuk anak didik kita semua. Salam Merdeka Belajar! Sampai jumpa di TPD KGB Binjai yang selanjutnya! Anda masih penasaran tentang penerapan merdeka belajar? Yuk ikuti pelatihan daring Klik:

Merdeka Belajar – Terus Menerus Belajar

Seru dan menyenangkan. Itulah kata-kata yang dapat menggambarkan kegiatan Nonton Bareng (Nobar) Guru Merdeka Belajar Komunitas Guru Belajar (KGB) Binjai pada hari Selasa, 27 Agustus 2019 lalu. Kegiatan ini adalah kerjasama KGB Binjai dengan salah satu organisasi mahasiswa Kota Binjai yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Binjai dan dilaksanakan di Sekretariat HMI Cabang Binjai Jalan T. Amir Hamzah Binjai. Karena menggandeng HMI sebagai organisasi mahasiswa, maka awalnya acara nobar ini dilaksanakan dengan target peserta yaitu mahasiswa-mahasiswa jurusan kependidikan dari universitas dan sekolah tinggi ilmu pendidikan yang ada di Kota Binjai. Namun ternyata antusiasme guru-guru Kota Binjai terhadap kegiatan ini cukup baik, yang ditandai dengan hadirnya peserta guru selain mahasiswa. Bahkan sebagian besar mahasiswa yang hadir pun ternyata bukan hanya mahasiswa yang kuliah di kampus semata, namun juga mahasiswa yang sudah terjun sebagai guru honorer dan sudah mengajar di sejumlah sekolah di Kota Binjai.  Kesempatan ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh Moderator Acara sekaligus calon penggerak KGB Binjai, Surya Herdiansyah untuk melakukan jaring pendapat dari seluruh peserta. Kegiatan yang awalnya hanya diperuntukkan untuk sosialisasi KGB Binjai dan memperkenalkan konsep Guru Merdeka Belajar lewat Nonton Bareng (Nobar) kepada mahasiswa, akhirnya diarahkan menjadi diskusi interaktif seputar permasalahan mengajar yang dihadapi guru dalam kesehariannya. Setelah nobar selesai, acara menjadi seru dan menyenangkan karena hampir seluruh peserta terlibat secara aktif dalam diskusi.  Diskusi interaktif diawali dengan diskusi mengenai merdeka belajar. Menurut Hayatus Sahidah, guru dari SDIT Al Fityah Binjai, merdeka belajar itu adalah merdeka belajar kapanpun dan dimanapun. Guru harus terus menerus belajar dan tidak mengenal kata berhenti belajar. Belajar juga bukan harus terbatas pada pelatihan-pelatihan kedinasan yang diadakan, tapi guru harus tetap membuka diri untuk belajar hal-hal baru kapanpun dan dimanapun.  Menurut Lusiana Matondang, guru dari SMPIT Al Fityah Binjai, merdeka belajar adalah kondisi ketika guru tidak hanya terpaku pada buku teks. Merdeka belajar selaras dengan ruh dari Kurikulum 2013 (K13/ Kurtilas) dimana murid yang lebih aktif daripada guru. Demi merangsang keaktifan murid, guru tidak boleh hanya terjebak di metode ceramah saja. Guru yang merdeka belajar berarti mampu memfasilitasi murid untuk juga merdeka belajar dengan berbagai metode.  Menurut Yusi Wijayanti, pengurus KOHATI HMI Cabang Binjai, merdeka belajar adalah kondisi dimana guru mampu melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan hati nurani/ perasaan sehingga guru akan peka dan memahami apa yang murid butuhkan. Bila guru memahami kebutuhan murid, maka kreatifitas murid dapat ditingkatkan sesuai dengan potensi, minat dan bakat murid tersebut.  Mayoritas para peserta menarik sebuah kesimpulan bersama bahwa sebagai guru merdeka belajar, maka pengembangan diri yang dapat dilakukan oleh seorang guru adalah tidak bergantung kepada minimnya sarana dan prasarana sekolah, atau halangan lainnya, melainkan harus berupaya memberdayakan diri sendiri untuk bisa melakukan yang terbaik bagi peserta didik.  Selain berdiskusi tentang merdeka belajar, ada pula sharing moment mengenai permasalahan mengajar dari mahasiswa yang juga menjadi guru honorer, Maya dari SMA Karya Agung, yang bertanya mengenai bagaimana tips dan trik menghadapi murid yang lebih sering memperhatikan guru daripada memperhatikan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru. Usia peserta didik yang tidak terlalu jauh dengan usia guru honorer ini membuat guru Maya terkadang gelisah dengan perhatian berlebihan para muridnya ketika ia mengajar.  Ada beberapa saran dari guru-guru yang hadir. Susiana, guru SMPIT Al Fityah menyampaikan bahwa guru perlu mematut diri di cermin dan mempertimbangkan gaya/ style yang menunjukkan kewibawaan seorang guru sebelum masuk ke ruang kelas. Gaya/ style ini bukanlah gaya jaim yang berjarak dengan murid, namun seperti yang disampaikan salah seorang penggerak KGB Binjai yang hadir, Lisza Megasari dari SLB Negeri Binjai, gaya yang dimaksudkan dapat dianalogikan dengan gaya tarik ulur ketika bermain layangan. Bila selalu ditarik, maka layangan tidak akan terbang tinggi. Namun bila selalu diulur, maka layangan akan lepas dan malah tidak bisa dimainkan. Bermain layangan membutuhkan proses seimbang antara gaya tarik dan ulur yang disesuaikan dengan arah dan kecepatan angin ketika bermain layangan. Begitulah kira-kira analogi dari hubungan guru-murid yang terjadi selama pembelajaran maupun selama berinteraksi di luar jam pembelajaran. Sejalan dengan hal ini, Lusiana Matondang dari SMPIT AL Fityah Binjai menyampaikan bahwa guru perlu untuk menyeimbangkan kapan waktu menegakkan aturan yang tegas. Apapun yang dilakukan guru perlu didasarkan kepada keinginan luhur untuk mendukung murid menjadi pribadi yang lebih baik. Proses belajar mengajar bukan hanya transfer ilmu dari guru kepada murid, tapi yang lebih penting adalah dalam rangka pembangunan karakter positif pada diri murid. Salah satunya dapat dilakukan lewat Kontrak Belajar di hari pertama kegiatan pembelajaran (di Komunitas Guru Belajar, istilah Kontrak Belajar ini lebih dikenal dengan Kesepakatan Kelas).  Di akhir acara, moderator mengarahkan peserta untuk berdiskusi seputar literasi. Apakah peserta menganggap bahwa literasi adalah sama dengan membaca buku semata? Itu pertanyaan yang diajukan ke forum acara. Peserta diajak untuk mengkritisi praktik literasi yang pada pelaksanaannya cenderung terbatas pada membaca 15 menit sebelum memulai kegiatan pembelajaran di kelas.  Mayoritas peserta ternyata memiliki pemahaman yang menarik mengenai literasi. Devi Agustina, guru dari SMPIT Al Fityah menyampaikan bahwa saat ini terjadi masalah besar bagi anak-anak Indonesia, yaitu turunnya minat anak untuk membaca buku. Dan menurut Lisza Megasari, guru SLB Negeri Binjai, orangtua di Indonesia cenderung berlomba-lomba agar anaknya sudah bisa membaca di usia balita. Para balita ini diajari membaca huruf demi huruf, kata demi kata dan bukannya diajarkan untuk menyukai membaca lewat buku bergambar dan metode yang menarik lainnya. Sehingga budaya cinta membaca bertukar menjadi budaya cepat-cepat balita bisa baca. Padahal baca tulis hitung (calistung), idealnya diajarkan di bangku SD di usia lebih dari 6 tahun (bukan balita).  Menyikapi diskusi tentang minat baca di Indonesia yang rendah, Ramadhani, guru dari SDIT Al Fityah menyampaikan bahwa ada perbedaan besar antara belajar membaca dan membaca untuk belajar. Belajar untuk membaca hanya akan memberikan tuntutan bagi anak untuk bisa cepat baca, sedangkan membaca untuk belajar adalah sebuah upaya menjadikan membaca sebagai salah satu cara belajar. Belajar perlulah dilakukan seumur hidup. Karena itu, membaca juga idealnya dilakukan bukan hanya pada buku-buku teks pelajaran sekolah, tapi lebih dari itu semua. Bagi Ramadhani, literasi itu lebih dari sekedar membaca semata, literasi adalah sebuah keterampilan mengolah informasi secara lebih bijaksana.  Andrian Firdaus, mahasiswa dari STKIP Budidaya Binjai yang juga guru SMP Karya Agung, … Read more