Pelatihan Merdeka Belajar bersama KGB Kudus

Bertepatan dengan hari guru Internasional, KGB Kudus mengadakan pelatihan Guru Merdeka Belajar (GMB) bertempat di Pusat Belajar Guru (PBG) Kudus. Pelatihan tersebut diikuti 36 peserta dengan latar belakang mahasiswa dan guru di jenjang PAUD, TK, SD, SMP, maupun SMA. Antusiasme peserta untuk mengikuti pelatihan sangat tinggi, terbukti dengan dimulai acara pukul 12.00 WIB bertepatan waktu pulang mengajar, tanpa lelah para peserta hadir dengan semangat untuk mengetahui lebih jauh apa makna merdeka belajar itu. Semangat Peserta Pelatihan Guru Merdeka Belajar Pelatihan Guru Merdeka Belajar Kudus didampingi oleh bu Anik Puspowati seorang narasumber yang ramah, energik dan sangat inspiratif dari KGB Semarang. Kegiatan pelatihan ini diawali dengan sambutan bapak Drs. Imam Santosa, M.Or selaku ketua PBG dan bapak Suharto, S.Pd, M.Pd selaku Manager PBG. Dalam sambutannya, beliau berdua mengapresiasi kegiatan pelatihan GMB sebagai semangat peserta untuk belajar secara bermakna dan kegiatan seperti ini harus rutin dilakukan untuk memajukan pendidikan khususnya di daerah Kudus itu sendiri.  Menginjak kegiatan inti, untuk memupuk semangat dan menjalin keakraban sesama peserta dan panitia diadakan perkenalan dengan ice breaking yang berjalan ramai dan seru. Setelah itu peserta diminta membuat 6 kelompok untuk mendiskusikan drama 2 kelas dengan situasi model pengajaran guru yang berbeda, pemateri sebagai guru dan peserta sebagai murid. Pengajaran yang Merdeka Belajar Diskusi berjalan santai dan beberapa perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Disini dibahas tuntas tentang perbedaan pengajaran langsung yang memiliki ciri-ciri : tujuan yang hanya mengacu pada kurikulum, metode belajar yang ditentukan hanya oleh guru dan penilaian dilakukan hanya oleh guru, dengan pengajaran merdeka belajar dengan ciri-ciri : memadukan tuntutan kurikulum dengan kebutuhan murid, cara belajar ditentukan guru dan murid, dan penilaian melalui berbagai cara dan mengajak murid melakukan refleksi. Setelah bertukar pikiran mengenai perbedaan tersebut para peserta menuliskan refleksi diri dengan tiga hal yaitu : “apa yang akan dilanjut”, “apa yang harus diubah”, dan “apa yang harus dihentikan”. Menuju sesi pelatihan berikutnya peserta diajak menonton sebuah video inspiratif dari ibu Ameliasari Kesuma dari KGB Salatiga yang melakukan perubahan pengajaran langsung menjadi merdeka belajar dan dilanjutkan diskusi oleh peserta. Ada beberapa peserta menanggapi video tersebut, salah satunya guru Septi berkata “harus memahami karakter siswa, tidak boleh memaksakan tujuan tanpa adanya kesepakatan dengan murid’. lalu ada tanggapan lainnya dari guru Laili, “ harus lebih menjalin komunikasi dengan murid dan tidak mengacu keberhasilan murid dari hasil nilai akademiknya saja”. Miskonsepsi Guru Belajar Narasumber juga mengajak peserta untuk mengulik tentang miskonsepsi Guru Merdeka Belajar. Miskonsepsi yang sering terjadi dilingkungan sekitar yaitu : Guru belajar menunggu instruksi sekolah/dinas atau mendapat intensif. Miskonspesi yang kedua guru hanya mau belajar dari pakar dan ahli. Guru hanya belajar “how to” bagaimana cara mengajar. Guru berharap belajar bisa instan. Miskonsepsi yang kelima guru bisa belajar sendirian. Miskonsepsi ditelaah dengan tujuan dapat memahami lebih dalam apa makna Merdeka Belajar. Harapannya menjadi Guru Masa Depan yang mandiri mengembangkan kompetensi, aktif berkolaborasi, mengembangkan jalur karirnya,terus mengembangkan kompetensi. Memiliki kesesuaian potensi dan aspirasinya, tak ketinggalan tentunya Merdeka Belajar. Baca Juga: Merdeka Belajar Bukan Jargon Pada pukul 17.00 yang menjadi akhir sesi pelatihan Guru Merdeka Belajar. Peserta diminta untuk menilai diri sendiri sudah sampai tahap apakah mereka berada. Dalam jenjang atau tahapan sebagai guru merdeka belajar jika diidentifikasi dari empat kunci pengembangan guru atau bisa disebut 4K; yaitu : Kemerdekaan, Kompetensi, Kolaborasi dan Karier. Hal ini berguna untuk menjadi landasan dan tolak ukur apa yang harus dilakukan kedepan. Dan apa kebutuhan yang harus dipenuhi untuk menjadi guru yang merdeka belajar. Para peserta berharap selalu diadakannya pelatihan yang berkelanjutan. Sehingga ada wadah yang membuat mereka semangat untuk selalu belajar secara bermakna. Dan membuat mereka berkarya dan mengembangkan karier mereka untuk kedepannya. Ingin Menjadi Peserta Pelatihan Guru Merdeka Belajar? Yuk ikuti pelatihan daringGuru Merdeka Belajar – Kampus Guru CikalKlik di link di bawah ini

Guru Penggerak Integritas – Menanamkan Nilai Antikorupsi

Belakangan ini kita sering mendengar di media terkait terjeratnya para pejabat publik yang tersandung kasus korupsi.  Korupsi merupakan sikap tercela yang harus ditanggulangi sejak masih dini. Sekarang ini banyak lembaga-lembaga mulai komunitas dan lembaga legal saling berkolaborasi dalam rangka membangun karakter dan budaya anti korupsi. Pendidikan antikorupsi harus ditanamkan sejak dini. Cara ini dinilai menjadi senjata paling ampuh untuk mencegah terjadinya praktik korupsi. Ada 9 nilai integritas yang berusaha ditanamkan pada generasi muda agar mampu mengontrol dirinya tidak melakukan korupsi. Antara lain jujur disiplin tanggung jawab mandiri kerja keras sederhana berani peduli adil. Untuk menumbuhkan 9 nilai integritas dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan kampus, media, media social, buku, boardgame, gerakan masyarakat. Semua lapisan harus bersinergi agar dapat terbentuk nilai integritas yang diinginkan. Saatnya bergerak, dengan menentukan langkah pencegahan di dunia pendidikan serta menjadi guru milenial untuk #gurupenggerakintegritas. Siapakah #gurupenggerakintegritas itu? Guru penggerak integritas yaitu guru yang siap bergerak bersama dengan kesadaran tanpa paksaan dan sangat memahami perubahan Indonesia harus dimulai dari dunia pendidikan, dengan menanamkan nilai-nilai integritas. Dimana integritas dimaknai dalam pemahaman yang menyeluruh bukan setengah-setengah. Integritas yang dapat diartikan sebagai konsentrasi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan serta sikap yang konsisten antara tindakan dengan nilai dan prinsip. Metode dan media #gurupenggerakintegritas  Board Game Integritas KPK Film untuk jenjang dasar dan remaja Buku buku, komik, majalah Senam. Tanya jawab termin 1  Muh. Sidiq Permana: Bagaimana pengalaman dan implementasi Antikorupsi di sekolah dasar atau jenjang  lainnya? Jawaban dari bu Intan: Berbicara tentang pengalaman di lapangan pasti banyak sekali yang mau saya share di sini. Mungkin saya akan share testimoni dari teman-teman KGB Solo Raya yang sering membantu dalam kolaborasi insersi nilai antikorupsi di sekolah sekitar Solo Raya.  Jawaban dari bu Intan: Untuk board game PDKT saya ajak anak SMP kelas 8 laki-laki. Saat saya menjelaskan caranya untuk anak yang maunya bermain menggunakan fisik kurang tertarik dengan permainan PDKT karena harus berpikir. Tapi untuk anak perempuan tertarik untuk bermain terus karena mereka dapat menebak dan mengumpulkan bintang banyak. (Testimoni dari Yuliana Nurochimah, SMP IT INSAN CENDEKIA TRUCUK)  –“berarti pelaksanaan di luar KBM bu Intan? Soalnya di SD biasanya sudah ditemakan kegiatan seharinya? Puspa : Pendidikan karakter yang dikemas dengan kerjasama lintas kelembagaan. Boleh saya dengar cerita-cerita seru tentang bagaimana respon siswa / guru / pihak sekolah di lapangan terhadap suplemen program ini? Jawaban dari bu Intan :  Cerita seru selalu saya bagi di medsos bu, boleh di kepoin. Biasanya sebelum kita masuk ke kelas, kami menyiapkan TNA (training need analisys) yang berisi desain pembelajaran dan output learning . Untuk tingkat dasar biasanya kita buka 3 zona : zona story telling, zona nobar dan zona board game yang nanti kita rolling dengan durasi yang sudah ditentukan dan disesuaikan usia audience. Kalau untuk jenjang SMP.  Agak lebih detail dengan fungamen, sedikit materi inti, board game dan sharing. Terakhir tetap evaluasi dan refleksi. Kalau jenjang SMA dan PT beda lagi metode dan boardgame yang digunakan. Kalau respon siswa: seringkali waktu habis tidak mau berhenti bermain dan pindah zona. Respon guru: banyak yang dipelajari dengan kegiatan seperti ini, karena kita tidak hanya menginsersi nilai antikorupsi saja tapi tetap berpegang pada konsep merdeka belajar dan memanusiakan hubungan. Shofi : Saya tertarik dengan board game yang diaplikasikan pada pembelajaran terutama untuk anak-anak level TK dan SD, mungkin bisa sedikit diberi gambaran, isi boardgame seperti apa dan cocoknya di aplikasikan ke mata pelajaran apa? Adakah kesulitan saat memainkan board game ini bersama anak-anak suai TK dan SD kelas rendah? Jawaban dari bu Intan :  Isi boardgame tetap edukasi untuk insersi 9 nilai anti korupsi. Dengan cara yang sangat disesuaikan dengan STPPA (Satuan tingkat pencapaian perkembangan anak) tingkat TK dasar, spesifik boardgame keranjang bolong, terajang dan kwarte sahabat pemberani. Cocok diaplikasikan di semua mapel. Apalagi di Kurikulum 13 menggunakan tematik jadi lebih bisa luwes.  Jawaban dari bu Intan:  Kesulitan ketika fasil / guru belum playtest, kalau sudah mencoba insyaAllah tidak ada kesulitan –“ Jadi penasaran, bagaimana bentuk boardgame dan kira-kira dimana bisa mendapatkannya bu? Jawaban dari bu Intan:  untuk mendapatkannya cukup bersurat ke KPK saja di sertai rencana penggunaan untuk apa. Tanya jawab termin 2 Kharisma: Saya guru SMA, saya tertarik dengan metode dan boardgame yang digunakan di jenjang SMA. Mohon bisa di beri contoh bagaimana pemanfaatannya. — Menginsersi nilai antikorupsi untuk anak SMA yang super kritis perlu terapi yang sangat memanusiakan mereka. Di antaranya dengan komik, film pendek remaja, poster, board game sampai diskusi tentang semangat melawan korupsi versi mereka.  Guru tinggal memberi penguatan dan support tentunya. Boardgame untuk SMA banyak, misalnya Terajana, PDKT, The Suspect, Politik dll Anis: Saya tertarik dengan duta pelajar KPK. Jika sekolah kami mengadakan duta KPK, siapakah penilaiannya?, bagaimana menggerakkan penghuni sekolah untuk sadar KPK, jika selama ini yang saya tahu hanya ada simulasi kartu KPK, dan berhenti sampai di sini saja. Bagaimana tahap selanjutnya? — Untuk duta pelajar KPK lingkup sekolah yang wajib diperhatikan adalah outcome. Setelah terpilih mau apa dan bagaimana. Jadi indikator dari penilaian di level berapa? Latar belakang sifat dan karakter selama di sekolah seperti apa? Sampai pada paparan rencana aksi setelahnya. Cara menggerakkan penghuni sekolah: Yang pertama harus mampu menjadi “Agent of Change” Guru Penggerak integritas. Masalah yang lain mengikuti atau jalan di tempat lihat nanti. Simulasi dan insersi nilai antikorupsi tidak bisa instant, butuh bertahap, konsistensi, sederhana namun tetap selalu menarik. Caranya dengan selalu mengupgrade media dan metode. –“ untuk duta pelajaran KPK boleh siapa saja asal syarat terpenuhi? Lantas kita mengupgrade media dan metodenya dari cara mana saja dan langkah apa saja? — upgrade media dan metode, silahkan di buka kanal KP di ACLC (anti-corruption learning center) Perlu percikan yang apik untuk sebuah formula manjur bagi generasi anti korupsi dan saat berjumpa di kelas adalah jawabannya. Semangat bergerak #GuruPenggerakIntegritas.

Guru Merdeka Belajar ,Mengulik Miskonsepsi Guru Belajar

Apa sih merdeka belajar itu?Kenapa belajar harus merdeka?Lho kok belajar ada miskonsepsinya? Bagaimana cara agar bisa merdeka belajar dan menangani miskonsepsi itu? Pada tanggal 12 Mei 2019 KGB kudus mengadakan nobar atau nonton bareng video Guru Merdeka Belajar. Apa pentingnya sih acara nobar ini?Di dalam video guru merdeka belajar ini, mengulik keseluruhan miskonsepsi dalam pendidikan di era sekarang. Banyak sekali yang menjadi penghambat guru mengembangkan dirinya, dan mungkin menyebabkan pembelajaran di kelas jadi “membosankan” alias “bikin ngantuk!”. Tidak hanya miskonsepsi yang dibahas dalam kegiatan nobar ini, ada pula cara bagaimana menjadi guru yang merdeka belajar. Nah dari sini kita bisa tau, kenapa bisa begitu? Bagaimana solusinya agar guru bisa merdeka belajar serta mengembangkan dirinya? Ada beberapa susunan acara, sebelum pemutaran video, moderator menanyakan apa yang dipahami oleh peserta tentang merdeka belajar. Guru Shofi berpendapat, “Merdeka belajar tanpa terlalu terkekang dengan administrasi”. dan ada juga yang berpendapat Guru Ayu, “Guru yang dapat memotivasi diri sendiri untuk menciptakan hal baru dalam pembelajaran dan mampu belajar terus”. Kemudian dilanjutkan dengan pemutaran video dengan durasi 15 menit. Dalam video tersebut memaparkan beberapa cara mejadi guru yang merdeka belajar dan miskonsepsi yang memang terjadi sekarang ini. Menjadi guru yang merdeka belajar terdapatbeberapa hal yang essensial, pendidik yang merdeka itu punya komitmen, memiliki kemandirian dan berefleksi. Berkomitmen dengan tujuan, yang menjadi tantangan dalam hal ini adalah kita lupa membedakan cara dengan tujuan. Kita terjebak pada tugas – tugas administratif, akkreditasi, ketentuan birokrasi yang sebenarnya semua hanya cara namun kemudian menjadi tujuan dan prioritas utama. Hal yang kedua kemandirian, ini perlu adanya tingkatan – tingkatan seperti manipulasi, kesadaran, interaksi/dialog, masukan/konsultasi, kemitraaan, pemberdayaan, memegang kendali atas proses belajar kita sendiri dan mejadi guru mandiri. Melakukan tingkatan – tingkatan tersebut bukan lah hal mudah tentunya, perlu konsistensi yang tinggi untuk menuju puncak tingkatan. Yang terakhir adalah refleksi, yang mudah dikatakan namun sulit untuk melakukan. Kita cenderung menutup mata menolak melihat cermin dengan seribu alasan. Kita selalu bilang, masyarakat belum paham, anak – anak tidak mengerti, orang tua akan menentang, padahal itu adalah ketakutan kita sendiri untuk menuju berubahan. Menjadi guru yang merdeka belajar tentu ada hambatan dan permasalahan yang kompleks di era pendidikan sekarang. Adanya beberapa miskonsepsi seperti belajar diburu target yang dipaksakan, sedangkan belajar itu sendiri butuh waktu. Bukan hanya 1 hari 2 harimateri selesai untuk mengejar kompetensi dasar untuk memenuhi nilai capaian KKM. Belajar cukup terbatas “How to?” padahal belajar harus dengan tujuan dalam konteks. Tak melulu membaca buku teks mejawab pertanyan, mengisi LKS, namun harus ada penjelasan dan contoh yang mungkin bisa berupa pengamatan sederhana dikaitkan dengan kehidupansehari- hari agar mengena. Bagaimana guru dapat mengatasi permasalahan tersebut? Jawabannya adalah guru harus merdeka belajar. Guru mau belajar kembali. Bukan belajar perlu intensif eksternal, bukan hanya untuk mendatkan sebuah poin tertentu, ataupun sebuah penghargaan namun belajar sebagai kebutuhan alamiah. Harus membaca lagi, harus melakukan riset dengan hasil inovasi pembelajar yang mampu diterapkan didalam kelas. Terakhir belajar tak melulu harus dari ahli namun bisa belajar dari sesama guru. Saling berbagi informasi dan pengalaman, materi maupun treathmen terhadap anak yang perlu perlakuan “khusus” dikelas dengan berbincang santai tapi penuh makna. Setelah pemutaran video, peserta diajak untuk merefleksikan dengan durasi 30 menit. Beberapa peserta mengutarakan pengalamannya berkaitan denga miskonsepsi tersebut. Seperti contohnya miskonsepsi belajar perlu intensif eksternal, Guru Shofi berpendapat, “Kebanyakan guru yang mau belajar hanya untuk mendapatkan sertifikat dan imbalam sekolah.” Dalam konteks miskonsepsi lainnya belajar diburu target yang dipaksakan, Guru Tika berpendapat,“Terkait administrasi dan untuk mengejar akreditasi nilai siswa harus mencapai KKM bagaimanapun caranya.” dan masih banyak pendapat lainnya yang muncul terkait miskonsepsi guru merdeka belajar dilingkungan sekolah. Selain pendapat tersebut banyak peserta yang mengemukakan pendapat untuk mengembangkan beberapa inovasi yang menjadi salah satu langkah memerdekakan kelasnya, salah satunya ingin membuat sebuah produk dari KGB Kudus yang dapat dimanfaatkan dan ditiru oleh guru-guru tidak hanya tersekat dalam ruang kelas, namum dapat memanfaatkan apa yang ada dilingkungan sekitar untuk menjadi media belajar. Melakukan sebuah perubahan dan meminimalisir miskonsepsi ini, resep utamanya adalah guru yang mau terus belajar. Mencari bagaimana cara membuat inovasi,mengembangkan diri menjadi guru yang merdeka belajar, dengan tahapan berkomitmen dengan tujuan, meningkatkan kemandirian dengan memegang kendali proses belajarnya sendiri, yang selalu membuka mata hati dan pikiran untuk melakukan refleksi diri. Tentunya dengan penuh semangat, kesadaran maupun rasa tanggung jawab agar tujuan pembelajaran tercapai dan bermakna menuju perubahan pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi.