Sekolah Lawan Corona Bantaeng : Program Pengembangan Guru di Masa Pandemi

Sekolah Lawan Corona telah berjalan hampir 1 bulan di Kabupaten Bantaeng, guru dan kepala sekolah telah mengikuti kurikulum dasar Guru Merdeka Belajar yang terdiri dari berbagai 5 level. Program diikuti guru secara otomatisasi di platform Sekolah.mu. Para peserta dari 16 sekolah ditemani oleh rekan-rekan guru dari KGB Bantaeng sebagai pendamping. Seminggu setelah kegiatan peluncuran program Sekolah Lawan Corona pada 18 September 2020, peserta mulai mengikuti program dari pengenalan platform yang digunakan dan kegiatan nonton bareng Guru Merdeka Belajar. Pada saat kegiatan nonton bareng, peserta diajak untuk berefleksi sebagai guru. “Melihat video guru Wanti, saya melihat guru Wati adalah seorang guru yang mempunyai komitmen dan dedikasi yang tinggi untuk membuat perubahan.” tutur guru Dharmawati, seorang peserta guru dari SDN Inpres Loka. Tidak hanya terinspirasi dengan perjuangan guru Wanti, saat kegiatan nonton bareng banyak guru yang merasa diingatkan dengan miskonsepsi guru belajar. Ada beberapa miskonsepsi yang sering guru lakukan selama ini. Misalnya Guru Amir dari SD Inpres Jatia, yang selama ini masih terjebak pada miskonsepsi belajar perlu insentif eksternal (sertifikat, uang transport), dan belajar harus dari ahli. Dari kegiatan nonton bareng Guru Merdeka Belajar ini juga, Guru dan Kepala Sekolah peserta program Sekolah Lawan Corona mendapatkan inspirasi tentang 3 elemen pada merdeka belajar yaitu Komitmen pada tujuan, mandiri terhadap cara, dan refleksi. Banyak yang menyetujui pendapat tersebut. Misalnya guru Ramli dari SDN Borong Tarampang setuju tentang elemen-elemen merdeka belajar karena belajar tanpa tujuan tidak ada arah yang akan kita capai dengan adanya tujuan yang pasti kita dapat merefleksikan kegiatan berikutnya dan dapat mengetahui kekurangan yang kita lakukan sebelumnya. Setelah kegiatan nonton bareng dan pengenalan platform, para peserta langsung dihadapkan pada level-level program otomatisasi. Tidak mudah melaksanakan program secara daring, ada beberapa kendala yang dihadapi peserta. Dari masalah sinyal, hingga kesulitan mengakses program. Namun peserta menyerah dengan adanya kendala-kendala tersebut. Para peserta mencari cara agar tetap bisa menyelesaikan program hingga level 5, dan selanjutnya mengikuti sesi mentoring. Komitmen peserta dibantu oleh pendamping membuat peserta dari 16 sekolah banyak yang telah menyelesaikan program hingga level 5.  “Dari program Sekolah Lawan Corona ini banyak manfaat yang didapatkan guru-guru di Bantaeng : Guru bisa bertambah wawasannya tentang ilmu pedagogi, kompetensi guru meningkat, guru bisa menjadi guru merdeka belajar dan juga sekolah bisa mengembangkan diri menjadi Sekolah Merdeka Belajar.” tutur Drs. Muhammad Haris, M.Si selaku kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng. Selain itu, juga banyak peserta yang merasa terbantu dengan adanya program Sekolah Lawan Corona di Bantaeng. “Alhamdulilah setelah mengikuti program SLC kesulitan-kesulitan dalam melakukan pembelajaran dapat teratasi termasuk cara membuat RPP, saya juga mulai membuat kesepakatan dalam kelas.” tutur guru Syariffudin dari SDN 38 Janna Jannaya. Setelah melaksanakan program otomatisasi, peserta akan mengikuti program mentoring dan kurikulum kedua yaitu Sekolah Merdeka Belajar. Ingin sekolah Bapak Ibu mengikuti program Sekolah Lawan Corona juga?Yuk daftar! klik tombol di bawah ini:

Peluncuran Sekolah Lawan Corona di Kabupaten Bantaeng

“Saya besar di Papua. Bila orang membicarakan pendidikan daerah, maka saya mengalaminya sendiri. Saya mengalami sendiri kesulitan mencari buku bacaan. Saya mengalami sendiri kesulitan mencari guru dan sekolah berkualitas. Saya mengalami sendiri arti keterbatasan. Karena itu ketika menjadi seorang bapak, saya bermimpi mendirikan sekolah agar anak saya bisa mendapatkan kualitas pendidikan yang layak  Tapi setelah terjun menjadi aktivis pendidikan,  saya merevisi impian itu. Saya bermimpi ekosistem pendidikan yang kolaboratif agar anak-anak Indonesia mendapatkan kualitas pendidikan yang layak.” ujar Bukik Setiawan Ketua Yayasan Guru Belajar. Pada hari itu memang terjadi peristiwa seperti yang Bukik Setiawan ucapkan pada pidato pembukaan. Bahwa ada kolaborasi antara pemerintah daerah, organisasi profesi guru, lembaga pengembangan guru, lembaga pendidikan keluarga dan penyedia layanan sekolah  digital. Langkah awal yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan pembelajaran pada masa Covid 19 ini. Langah awal itu bernama Sekolah Lawan Corona. Sekolah Lawan Corona Bantaeng Setelah berhasil mengajak 128 sekolah yang terdiri atas 256 guru dan 128 Kepala Sekolah dari berbagai daerah di Jawa Tengah (baca juga Sekolah Lawan Corona Jawa Tengah) Kali ini program Sekolah Lawan Corona hadir di Bantaeng, dan akan diikuti kurang lebih 80 guru dan kepala sekolah dari 16 sekolah di Bantaeng. “Tuntutan guru yang memiliki kreativitas dan inovasi tidak hanya untuk masa pandemi saja, kita menghadirkan program Sekolah Lawan Corona untuk membantu guru membuat pembelajaran yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan keseharian.” ujar Bupati Bantaeng, Ilham Azikin dalam sambutannya. Kurikulum Sekolah Lawan Corona memang bertujuan untuk : Membantu kepala sekolah dan guru melakukan pembelajaran jarak jauh yang merdeka belajar. Membantu kepala sekolah dan guru melakukan strategi pembelajaran dan kepemimpinan berdasarkan prinsip cara 5M (Memanusiakan Hubungan, Memahami Konsep, Membangun Keberlanjutan, Memilih Tantangan dan Memberdayakan Konteks) Membangun jejaring sekolah merdeka belajar yang mempraktikkan pembelajaran dan kepemimpinan merdeka belajar secara berkelanjutan. Harapannya setelah program Sekolah Lawan Corona lahir Guru dan Kepala Sekolah Merdeka Belajar yang mampu menggerakkan pendidikan di Bantaeng. “Saya berharap jangan ada sekolah unggulan di Bantaeng. Yang saya mau semua sekolah unggul dengan kelebihannya masing-masing,” ujar Bupati di akhir sambutannya. Dalam peluncuran program Sekolah Lawan Corona Bukik Setiawan juga menekankan pentingnya berpihak pada anak. “Makna kita sebagai pendidik adalah anak-anak. Mau sehebat apa pun pendidik, tanpa anak-anak maka tak ada artinya. Mau sehebat apa pun sekolah, tanpa anak-anak pun kehilangan artinya. Bahkan sekolah yang jumlah muridnya yang terus menerus menurun akan ditutup. Tidak peduli sekolah swasta maupun sekolah negeri. Karena itu, wajar dan sudah pada tempatnya kita selalu mengingat-mengingat peran utama anak-anak dalam ekosistem pendidikan. Untuk apa kita mengajar? Untuk apa kita mendidik? Untuk apa kita bersusah payah di sini? Tidak lain dan tidak bukan untuk anak-anak, khususnya anak-anak Bantaeng.” Sekolah Anda ingin mengikuti Sekolah Lawan Corona?KLIK DISINI

Sekolah Lawan Corona Jawa Tengah

Corona membuat tidak sedikit guru merasa kebingungan untuk melakukan pembelajaran. Karena Corona pembelajaran tidak lagi dilakukan Sekolah. Dari hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai Pembelajaran jarak jauh, berikut adalah kendala-kendala yang guru hadapi : 67,11 % kendala guru terkait kemampuan mengoperasikan perangkat digital, 29, 45% kendala guru terkait sarana dan prasarana, 14,47% terkait faktor internal murid dan sebagainya. Melihat masalah tersebut Kampus Guru Cikal dan Komunitas Guru Belajar sejak awal menunjukkan komitmennya dalam membantu guru. Komitmen tersebut bisa dilihat dari inisiasi yang dibuat, yaitu Sekolah Lawan Corona yang mulai berjalan sejak 16 Maret 2020. Inisiasi ini memulai dari pembuatan kegiatan rutin yaitu Temu Pendidik Spesial, membuat panduan pembelajaran jarak jauh hingga membuat surat kabar guru belajar yang berisi praktik baik pembelajaran jarak jauh para guru. Namun seiring berjalannya waktu, kami melakukan refleksi. Temu Pendidik Spesial yang kami adakan rutin setiap pukul 18.30 – 20.30 tiap harinya masih kurang efektif, kurang membangun keberlanjutan bagi para guru yang mengikuti. Banyak peserta yang mengulang-ulang pertanyaan, ada yang memulainya dari awal juga walaupun materi sudah sampai pada level tertentu. Dari refleksi ini, kemudian kami berpikir, bagaimana membantu guru belajar dari hal yang paling dasar, hingga ia bisa membuat pembelajaran jarak jauh yang bermakna untuk murid? Akhirnya dari refleksi tersebut, lahirlah kurikulum Sekolah Lawan Corona yang bisa dilihat di bawah. Kurikulum ini dimulai dari asesmen, tujuannya agar mengetahui pemahaman dan kompetensi guru mengenai pembelajaran jarak jauh. Jika dari asesmen guru tersebut berada pada level 1, maka guru masih perlu mengembangkan kompetensinya dalam penguasaan teknologi, seperti Whatsaap, Gmail, Google Meet, dsb. Sehingga para guru tidak memulai kurikulum Sekolah Lawan Corona ini pada level yang sama, ada yang memulai dari level 2, 3, bahkan ada yang bisa mulai dari level 5 jika guru tersebut melalui asesmen menunjukkan kompetensi yang perlu dimiliki guru level 5. Kurikulum Sekolah Lawan Corona pertama kali dijalankan yaitu di Jawa Tengah, hal tersebut dilakukan karena Wakil Gubernur Jawa Tengah, Bapak Taj Yasin Maimoen beserta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah sangat mendukung inisiasi ini. Program Sekolah Lawan Corona di Jawa Tengah Sendiri dibuka langsung oleh bapak Wakil Gubernur dan Bu Najelaa Shihab selaku inisiator pada tanggal 19 Mei 2020. “Inisiatif Sekolah Lawan Corona ini sebetulnya diluncurkan sebagai gerakan oleh Komunitas Guru Belajar, Kampus Guru Cikal, SekolahMu dan Keluarga Kita yang akan berlangsung di berbagai daerah.” tutur Najelaa Shihab dalam kegiatan launching tersebut. Najelaa Shihab juga menambahkan bahwa Jawa Tengah adalah daerah pertama yang mendapatkan kesempatan mengikuti Sekolah Lawan Corona, adapun pelaksanaanya akan dibagi menjadi 3 tahap berdasarkan keaktifan dan keberdayaan Komunitas Guru Belajar dalam berkolaborasi dan menggerakkan ekosistem pendidikan, yang bisa dilihat pembagiannya sebagai berikut. “Saya mendukung Sekolah Lawan Corona di Jawa Tengah ini, inisiasi ini akan membantu guru dalam beradaptasi dengan budaya baru pembelajaran.” ungkap Wakil Gubernur Jawa Tengah.  Pelaksanaan Sekolah Lawan Corona Setelah dibuka secara formal oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah, inisiasi Sekolah Lawan Corona mulai dijalankan di 5 daerah yaitu Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Semarang, Kota Semarang dan juga Kota Surakarta. Adapun jumlah peserta yang mendaftar dari 5 daerah tersebut berjumlah 881 peserta, dan dibagi ke dalam 3 tahap. Tahap 1 dimulai bulan Juni, tahap 2 dimulai Juli bersama daerah yang berada pada tahap berkembang dan tahap 3 dimulai Agustus dimulai bersama daerah yang berada pada tahap perluasan. Di tahap 1 sendiri ada 392 peserta yang memulai program dengan mengisi asesmen, dari asesmen yang diisi peserta, ternyata ada beberapa peserta di 5 daerah tersebut memulai program dari level 1, 2, 3 bahkan ada yang memulai dari level 5. Peserta yang memulai program dari level 1 mendapat pendampingan khusus oleh fasilitator melalui grup Whatsapp. Ada sebuah cerita menarik dari fasilitator Kota Surakarta, karena peserta di grup ini mengalami kesulitan koordinasi melalui Whatsapp, maka diadakan pertemuan langsung dengan mematuhi protokol kesehatan. Dalam pertemuan tersebut, Guru Nasrudin mendampingi 5 guru yang ingin menyelesaikan level 1. Ada dua tipe program dalam kurikulum Sekolah Lawan Corona, yang otomatisasi dan program diperlukan interaksi. Selain program level 1, program level 3B, 4A, dan juga 5B membutuhkan interaksi. Sehingga peserta-peserta yang sudah melewati level tersebut, akan mendapat pendampingan langsung dari fasilitator. 3B misalnya akan mendapatkan sesi refleksi mengenai pembelajaran, sesi 4A akan mendapatkan pendampingan tentang pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan sesi 5B akan mendapat pendampingan bagaimana membuat program di SekolahMu. “Saya senang sekali dengan modul 4B, karena di sini saya belajar banyak mengenai karakter, kebutuhan anak, dan belajar mengajak murid bertanya. Pembelajaran akan lebih aktif nantinya.” tutur guru Ambar. Yuk unduh GRATISSurat Kabar Guru Belajar EdisiSekolah Lawan CoronaKlik link di bawah ini Ingin sekolah Bapak Ibu mengikuti program Sekolah Lawan Corona juga?Yuk daftar! klik 👉 Daftar Sekarang!