Guru Masa Depan, Guru Merdeka Belajar yang Berinovasi

Pelatihan Wadah Inspiring Teacher Bandung tahap dua diadakan pada tanggal 20 Juli 2019 dan diikuti oleh 14 orang peserta. Proses pelatihan sebenarnya sudah dimulai beberapa minggu sebelum pelatihan tatap muka diadakan di hotel Ibis Style Braga, Bandung. Di proses pelatihan sebelumnya para peserta diberikan beberapa tugas dan laporan yang harus diselesaikan, tujuannya adalah para peserta dapat merancang dan membuat media ajar yang akan dibawa dan diuji coba pada pelatihan tatap muka. Tugas dan laporan dikerjakan secara online, ada yang melalui diskusi online dan google classroom. Selain karena kesibukan mengajar, hal ini menjadi tantangan tersendiri karena tidak semua peserta pelatihan terbiasa menggunakan media online dalam berkomunikasi dan bekerja. Dari sekitar 40 peserta yang ikut pelatihan tahap 1 hanya 14 orang yang berhasil menyelesaikan tugas untuk bisa lanjut ke tahap 2. Kegiatan dimulai pukul 08.00 pagi. Peserta yang sudah hadir melakukan registrasi melalui google form dan mengambil modul pelatihan. Kemudian peserta melakukan aktivitas Potret Belajar (S,I,P), yaitu berupa sesi refleksi dari Wardah Inspiring Teacher sesi sebelumnya. Peserta menuliskan pengalaman dari sesi pelatihan sebelumnya yaitu apa yang sudah mereka ketahui, apa yang sudah mereka ketahui dan apa yang telah mereka pelajari tentang inovasi media ajar. Pada sesi berikutnya, peserta diarahkan bisa merancang pertanyaan untuk proses uji coba media ajar secara berkelompok. Pada kegiatan ini peserta diharapkan bisa merumuskan pertanyaan esensial dalam uji coba. Peserta bisa mengetahui tahapan dalam melakukan uji coba, purwarupa media ajar, memahami teknik pengumpulan dan pengolahan data uji coba media ajar dan bagaimana menyusun rubrik penilaian media ajar. Tantangan peserta yaitu ketika bagaimana menilai dirinya sendiri menggunakan rubrik yang dicontohkan oleh pemateri. Meskipun terlihat sulit, dalam mengukur kemampuan diri menggunakan rubrik para peserta bisa menyelesaikannya. Selanjutnya peserta dibagi menjadi 3 kelompok. Para peserta diminta untuk melakukan uji coba. Peserta diharapkan bisa menangkap data ketika uji coba. Yaitu meliputi apa yang masih perlu dipertahankan, ditingkatkan dan dihentikan. Sesi yang sangat menakjubkan dimana para peserta dengan kreativitasnya menciptakan beragam media ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan murid-muridnya. Pak Imam salah satu penggerak KGB Bekasi membuat papan kesepakatan bersama yang isinya bisa diganti-ganti dengan jadwal rutinitas belajar berupa gambar visual yang mudah dikenali murid-muridnya untuk yang memang kebanyakan anak berkebutuhan khusus. Kegiatan dilanjutkan dengan refleksi uji coba media ajar dilakukan setelah melakukan uji coba. Ada tiga hal yang perlu direfleksikan yaitu:1. Seberapa empati kita kepada kondisi dan kebutuhan murid?2. Aspek bentuk dan aspek penggunaan media ajar?3. Seberapa efektif media yang dibuat membantu ketercapaian tujuan belajar? Dalam kegiatan ini para peserta menilai media ajar yang telah mereka buat. Selain menilai secara pribadi, mereka pun meminta umpan balik dari peserta lainnya. Masuk ke materi selanjutnya, pelatih menjelaskan bahwa semua peserta wardah inspiring teacher adalah salah satu profil guru masa depan. Profil guru masa depan salah satunya adalah menjadi guru merdeka belajar, yaitu guru yang komitmen terhadap tujuan belajar, mandiri dengan menentukan cara belajar serta melakukan refleksi belajar. Empat kunci Cikal dalam pengembangan cita-cita guru.Pertama adalah kemerdekaan, yaitu guru mempunyai kesempatan menentukan tujuan, cara dan refleksi belajar untuk terus menerus melakukan pengembangan diri, seperti: terlibat dalam menetapkan target kinerja sekolah dan guru, memilih pelatihan yang sesuai kebutuhan belajarnya, dan melakukan refleksi berkala terhadap capaian dan proses mencapai target. Kedua adalah kompetensi yaitu guru mempunyai kesempatan mengembangkan kompetensinya sehingga siap menghadapi tantangan pengajaran sesuai bidang studi, murid yang diajar dan relevan dengan konteksnya, seperti kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang sesuai kebutuhan belajarnya, kesempatan melakukan proyek percobaan, kesempatan mendapatkan umpan balik berkualitas dan kesempatan menilai kompetensinya. Ketiga adalah kolaborasi yaitu guru mempunyai kesempatan melakukan kolaborasi dengan guru dan komunitas untuk menghasilkan karya atau mencapai tujuan bersama, seperti: kesempatan berinteraksi ke sekolah lain, kesempatan terlibat di komunitas yang relevan dan kesempatan melakukan proyek bersama. Keempat adalah karier yaitu guru mempunyai kesempatan untuk mengenali, memilih, merencanakan dan mengembangkan karir sesuai potensi dan aspirasinya dengan tetap mengajar di kelas, seperti kesempatan berkarya, kesempatan mengenalkan karya melalui presentasi, pameran atau di web/aplikasi dan mendapat umpan balik terhadap karyanya. Di sesi akhir pembicara menjelaskan tentang karir protean guru. Pembicara menunjukkan sebuah gambar, yaitu karir guru diibaratkan sebuah tangga dan berakhir di kepala sekolah atau pengawas. Peserta diajak untuk membayangkan berapa jumlah kepala sekolah dan berapa yang hanya menjadi seorang guru. Karier guru diibaratkan sebuah pohon. Akar dan batang nya adalah guru tetapi bisa bercabang. Cabang cabang ini bisa berupa menjadi koki, fotografer, penulis, pelatih dan sebagainya.Guru bisa berkarir menjadi apapun dia mau. Untuk lebih memahami , sesi ini diisi dengan talkshow. Menghadirkan Pak Suhud Rois dari Komunitas Guru Belajar Cimahi dan pak Aye dari Kampus Guru Cikal. Pak Suhud menceritakan pengalamannya sebagai seorang guru dan bagaimana memulai karir protean sebagai penulis, editor SKGB dan buku lainnya yang pastinya sudah ber ISBN wow dan juga pembuat mainan. Pak Suhud menceritakan bahwa beliau tidak melalui jenjang pendidikan khusus untuk menjadi editor atau desain grafis melainkan beliau belajar sendiri alias otodidak. Pesan pak Suhud terhadap peserta adalah jangan takut untuk memulai menulis yaitu nulis aja dulu. Sementara pak Aye bercerita pengalamanya yang sejak tahun 2000-an aktif membuat dan memproduksi mainan edukasi anak anak bahkan sempat diliput media nasional dan menjuarai tingkat nasional pula. Namun motivasi terpenting untuk peserta adalah bagaimana kita ikhlas menjalani profesi guru, ikhlas meluangkan waktu untuk murid untuk mencapai tujuan belajarnya Dari rangkaian kegiatan di atas, saya melihat bahwa setiap guru punya kesempatan menjadi guru masa depan, guru yang didambakan murid untuk bisa jadi panutan dan teman belajar. Guru bukanlah profesi yang bisa digantikan oleh mesin atau kecerdasan buatan, karena guru memiliki kesempatan untuk bisa memanusiakan hubungan dengan semua pemangku kepentingan. Kemudian kita harus berefleksi kembali, apakah kita sudah menjadi guru yang akan mengantarkan murid kita mencapai tujuan pendidikan ? atau bahkan kita belum menjadi guru merdeka belajar ?

Memahami Murid, Langkah Awal Guru Berinovasi

“Sekarang saya sadar bahwa saya adalah guru dengan fixed mindset. Saya harus berubah !” Kalimat diatas adalah salah satu refleksi dari peserta pelatihan. Kalimatnya pendek, namun sangat dalam maknanya. Pelatihan Wardah Inspiring Teacher 2019 adalah pelatihan yang di selenggarakan oleh PT Paragon Technology and Innovation (Wardah) bekerjasama dengan Kampus Guru Cikal. Pelatihan ini diadakan di Hotel De Braga Bandung. Ada 50 peserta yang hadir, bukan hanya dari kota Bandung saja, namun juga dari daerah sekitarnya, ada cimahi, bogor, bahkan bekasi. Pelatihan ini adalah salah satu wujud dari kepedulian Wardah terhadap guru dan pendidikan di Indonesia. Umumnya guru selama ini belum dianggap sebagai profesi yang membanggakan, padahal guru sebagai roda perubahan, guru bersama pemangku kepentingan lain bersinergi bersama demi mewujudkan pendidikan Indonesia yang lebih baik. Dalam menjalankan tugasnya, guru seringkali dihadapkan dengan berbagai tantangan. Tantangan yang berasal dari internal maupun eksternal. Salah satu tantangannya adalah persepsi masyarakat yang umumnya menganggap guru hanya sebagai penyampai materi pelajaran, guru hanya petugas yang bekerja disekolah dan pulang saat jam pelajaran selesai. Lambat laun persepsi ini mengakar dan membuat profesi guru seakan-akan tidak begitu penting. Selain itu guru juga sering menghadapi tantangan dalam mendidik murid. Tantangan yang beragam di setiap jenjang. Guru harus menjadi ujung tombak pendidikan yang bisa membimbing murid, bukan hanya dari sisi akademik, namun juga dari sisi psikologis dan kebutuhan lainya. Kampus Guru Cikal dipercaya oleh wardah memberikan pelatihan dengan tema “Mendesain untuk Perubahan”. Pelatihan dimulai dengan mengajak peserta berefleksi tentang apa yang dirasakan saat ini. Sesi ini sangat seru, karena peserta diajak berdiskusi kelompok untuk membedakan guru jaman dahulu dan guru jaman sekarang. Kemudian dilanjutkan dengan memaparkan fakta yang terjadi di lapangan terkait pendidikan di abad 21. Selanjutnya peserta diajak untuk memahami 4 kunci pengembangan guru, yaitu kemerdekaan, kompetensi, kolaborasi dan karir, serta kaitan antara melakukan inovasi dengan mencapai cita-cita guru. Pelatihan dilanjutkan dengan materi merancang ide inovasi pengajaran. Dalam sesi ini pelatih mengajak peserta untuk memahami proses menghasilkan inovasi, yaitu empati, mendefinisikan masalah dan merumuskan ide. Para peserta dibagi dalam kelompok sesuai dengan jenjang kelas yang diajarnya. Hal ini bertujuan agar proses diskusi kelompok berjalan dengan lancar dan seluruh anggota kelompok dapat mencurahkan ide dan pengalaman sesuai dengan inovasi pengajaran yang akan dibuat untuk jenjang yang mereka ajar. Puncaknya, masing-masing kelompok mempresentasikan ide inovasinya kepada narasumber. Cara presentasi masing-masing kelompok dibebaskan, namun hal yang harus tercakup dalam presentasi tersebut adalah, 1. apa yang murid butuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran , 2. apa tantangan yang dialami oleh murid, dan 3. apa ide inovasi untuk mejawab tantangan murid tersebut. Pelatihan ditutup dengan persembahan paduan suara dari murid SD yang diundang oleh pihak Wardah. Haru menyelimuti ruangan saat para murid menyanyikan lagu “Guruku Tersayang” dan “Terimakasih Guru”. Para guru tersedu sedan, terlihat sekali betapa sayangnya guru dengan murid, betapa murid adalah tujuan besar dari cita-cita guru. Saya bangga menjadi bagian dari pelatihan ini. Menyaksikan guru dengan semangat belajar yang tinggi adalah sesuatu yang meyakinkan saya. Saya semakin yakin guru adalah pelajar sepanjang hayat. Guru adalah pribadi yang berdaya, tulus dan sangat peduli terhadap muridnya. Saya yakin guru bisa menjadi ujung tombak perubahan pendidikan indonesia. Sekali lagi, terimakasih guru.

Nusantarun ke 6 – Berlari Untuk Pendidikan Murid Difabel

Apa iya berlari bisa memberikan kontribusi terhadap pendidikan?Apa iya tujuan besar pendidikan hanya tanggung jawab sekolah dan guru? Saya berangkat ke Wonosobo menggunakan kereta api bersama Pak Bukik dan Pak Rizqy untuk menghadiri acara lari dari Nusantarun. Saya bertugas membantu meliput dan mengorganisir guru serta murid yang akan mendukung dan memberikan semangat para pelari. Ada 210 pelari yang menempur rute sejauh 169 Km untuk menggalang dana program pengembangan murid difabel di daerah Wonosobo dan Gunung Kidul. Hari pertama kami datang ke SLBN Wonosobo. Ini pertama kali saya datang ke sebuah SLB. Kami disambut dengan kegiatan olehraga bersama yang diikuti oleh semua murid. Ada beberapa hal yang berbeda dengan kegiatan olahraga disekolah ini. Beberapa diantaranya adalah sebagian murid didampingi oleh orang tua atau keluarga dan murid dapat mengikuti kegiatan sesuai dengan kemampuannya. Saya berbincang dengan beberapa guru disana mengenai keunikan disekoah tersebut. Disekolah tersebut tidak hanya mengajarkan kemampuan kognitif terhadap murid, namun juga mengajarkan dan melatih murid untuk untuk dapat berkarya sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Terlihat sekali bahwa murid-murid sangat menikmati proses belajar disekolah. Salah satu hal yang sangat saya ingat adalah cerita dari seorang guru mengenai beberapa murid yang sangat senang berada di sekolah, sampai-sampai lebih suka di sekolah daripada dirumah (kebetulan sekolah ini memiliki fasilitas menginap). Guru tersebut bercerita mengapa banyak murid yang lebih suka di sekolah karena mereka merasa lebih dipahami, dihargai, dan merasa punya harapan untuk masa depan. Kami melanjutkan kegiatan dengan mewawancarai beberapa murid dibantu oleh gurunya. Kami menanyakan apa yang disukai disekolah, apa cita-cita mereka dan apa yang mereka harapkan untuk masa depan. Ada yang bercita-cita ingin menjadi programmer, dokter dan guru. Hati saya terenyuh saat mereka mengungkapkan alasan mereka memiliki cita-cita tersebut adalah agar bisa membuktikan bahwa disabilitas tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk berkarya dan bermanfaat bagi orang lain. Setelah itu kami mewawancarai beberapa guru. Para guru bercerita bahwa mengajar murid disabilitas memiliki banyak tantangan. Guru wajib memahami murid sebelum menyiapkan program yang tepat bagi murid. Guru juga wajib memiliki kemampuan yang mendukung interaksi dengan muridnya. Contohnya adalah memiliki kemampuan berbahasa isyarat bagi guru yang mengajar murid tuna daksa. Dari wawancara kami dengan beberapa guru tersebut, ada guru yang menyayangkan akses pendidikan yang terbatas bagi murid difabel. Banyak murid yang bingung dan merasa kesulitan untuk mengenyam pendidikan yang lbih tinggi. Bukan hanya soal fasilitas, namun yang lebih penting lagi belum banyak perguruan tinggi yang mendukung murid difabel untuk bisa berkuliah dan mencapai pendidikan yang menunjang cita-cita besar mereka. Salah satu tujuan program Nusantarun ke-6 adalah menyuarakan dan mendukung murid difabel untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan setara dengan murid biasa. untuk mewujudkan tujuan tersebut Nusantarun bekerjasama dengan Kampus Guru Cikal sebagai penanggung jawab program pengembangan murid difabel di Wonosobo dan Gunung Kidul Dari perjalanan singkat tersebut saya menyaksikan bahwa tujuan besar tidak dapat dicapai jika hanya 1 atau 2 pihak yang berkomitmen untuk mewujudkannya, namun harus semua pemangku kepentingan yang bergerak. siapa pemangku kepentingan dalam pendidikan ? bukan hanya sekolah, guru atau pemerintah saja, tapi semua orang, dan itu termasuk kita. Apa yang bisa kita lakukan untuk pendidikan? bukan orang lain yang tahu tapi kita sendiri yang harus menjawab. Mari berkontribusi untuk pendidikan sesuai dengan apa yang kita miliki, baik itu materi, tenaga atau pemikiran.

Perjuangan dan Kesenangan Belajar Temu Pendidik Regional Jawa Timur

Apakah bisa kegiatan pengembangan guru dilakukan tanpa iming-iming uang transportasi dan surat penugasan dari dinas atau sekolah? Apa ada guru yang mau ikut kegiatan di hari libur dan jauh dari tempat tinggalnya? Mungkin dua pertanyaan di atas yang terkadang membuat kita pesimis untuk melakukan kegiatan pelatihan atau pertemuan guru, karena asumsi sebagian orang bahwa guru hanya akan mengikuti pelatihan jika ada uang transportasi dan surat penugasan, guru kurang punya semangat untuk mengembangkan kompetensi dan mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang bergerak begitu pesat. Untuk menjawab keraguan itu, komunitas guru belajar mengadakan Temu Pendidik Regional Jawa Timur. Temu Pendidik Regional Jawa Timur adalah pertemuan tahunan yang mempertemukan pendidik di wilayah Jawa Timur untuk berbagi praktik baik pengajaran, mengembangkan kompetensi, membangun kolaborasi dan merintis karier. Kegiatan ini berawal dari inisiasi Komunitas Guru Belajar Surabaya yang ingin mengadakan “pemanasan” sebelum kegiatan besar tahunan komunitas guru belajar yaitu Temu Pendidik Nusantara 2018. Kegiatan ini terdiri dari 5 sesi, yaitu kelas kemerdekaan, kelas kolaborasi, kelas kompetensi, kelas karier dan acara puncak. Acara diselenggarakan pada Sabtu, 1 september 2018 di Sekolah Cikal Surabaya, dalam pertemuan ini ada 36 kelas yang dihadiri oleh 180 guru yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur. Perjuangan mereka untuk mengikuti acara ini sangat besar, selain meluangkan hari libur selama 1 hari untuk belajar bersama, ada 8 orang guru yang harus berangkat jam 04.00 WIB dari rumahnya untuk dapat hadir tepat waktu, dan ada sekitar 15 orang guru dari berbagai daerah yang karena jarak kegiatan yang jauh mereka harus berangkat satu hari sebelum acara dimulai dan sampai di Surabaya jam 23.00 WIB. Mereka berbagi dan bercerita tentang perkembangan Komunitas Guru Belajar di wilayahnya, setelah itu mereka menginap di lokasi acara, tidur di dalam kelas menggunakan kantung tidur bersama-sama. Ya.. Anda tidak salah baca, tidur di dalam kelas menggunakan kantung tidur bersama rekan guru merdeka belajar lainnya. Kenapa merdeka belajar? Karena para guru tahu tujuan mengikuti Temu Pendidik Regional. Mereka sadar bahwa dalam kegiatan ini mereka akan bertemu rekan-rekan guru lainnya yang memiiki semangat belajar internal, bukan dari pihak eksternal yang memaksa mereka untuk hadir. Para guru mandiri terhadap cara, tidak tergantung keadaan atau fasilitas yang disiapkan. Mereka juga memiliki pilihan, bukan hanya sebagai peserta, namun beberapa dari mereka juga menjadi narasumber dari kegiatan ini, mereka tidak hanya disodorkan kelas-kelas apa saja yang harus mereka harus ikuti, tapi mereka bisa memilih topik apa yang mereka anggap sesuai dengan kebutuhan, Dan setelah mengikuti acara ini, mereka berkomitmen untuk membagikan semangat dan pengetahuan yang mereka dapatkan ke rekan di komunitas guru belajar daerahnya sambil berefleksi. Acara ditutup oleh penampilan “GBN”, singkatan dari Guru Bisa Nge-band yang anggotanya adalah anggota Komunitas Guru Belajar Surabaya, mereka membawakan beberapa lagu bertema pendidikan, para peserta bahkan sampai beranjak dari tempat duduknya dan berkumpul di depan panggung, untuk ikut bernyanyi bersama. https://www.instagram.com/p/BnQYTAih0pd/?tagged=tprjatim2018 Kegiatan ini menjawab keraguan tentang guru belajar. Ternyata motivasi internal itu lebih kuat dan abadi dari iming-iming yang tanpa disadari meracuni dan merusak kesenangan yang kita dapatkan dari proses belajar, ternyata belajar itu bukan hanya dari para ahli yang terkadang tidak menginjakkan kaki di kelas seperti para guru, tapi rekan seperjuangan yang memiliki semangat yang sama untuk perbaikan pendidikan yang dapat menjaga api semangat untuk terus belajar sepanjang hayat.

Semangat Merdeka Belajar di Pesisir Selatan

Semangat guru Pesisir Selatan dalam mengikuti pelatihan sungguh luar biasa. Padahal mereka guru PNS yang sering dinilai tidak suka mengembangkan diri. Kok bisa? Saya bersama dua pelatih, Ibu Unun dan Ibu Nuli berangkat ke Pesisir Selatan. Kami akan mengadakan pelatihan Merdeka Belajar dan Memanusiakan Hubungan yang berlokasi di kota Painan yang merupakan ibu kota Pesisir Selatan. Jarak Painan dari kota Padang kurang lebih 72 kilometer yang membutuhkan waktu tempuh 2 jam. Pelatihan tiga hari ini merupakan bagian dari Playground of Minang, program Sekolah Cikal untuk berkontribusi terhadap kualitas pendidikan Indonesia. Pada tahun ini, Cikal memilih Minang sebagai fokus belajar yang dipelajari para murid sehingga disebut sebagai Playground of Minang. Kegiatan ini melibatkan murid, guru, orangtua, manajemen dari Rumah Main Cikal, Sekolah Cikal dan Kampus Guru Cikal. Kami datang di lokasi pelatihan jam 07.00, UPTD kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan. Para peserta pelatihan yang merupakan guru dan kepala sekolah datang dengan semangat membara. Pelatihan dimulai dengan kegiatan penyemangat, setiap peserta mendapatkan kertas dengan berbagai jenis aktivitas dengan maksud agar mengenal satu sama lain. Setelah itu pelatih menyampaikan materi Merdeka Belajar. Mengapa diawali dengan Merdeka Belajar, padahal tema POMIN tahun ini adalah “2000 Anak Sumatera Barat Melek Literasi dengan Memanusiakan Hubungan”? Pelatih menjelaskan pentingnya mempelajari materi dasar sebelum mempelajari literasi. Karena melalui merdeka belajar, guru dapat mengembangkan belajar berkelanjutan baik pada diri sendiri maupun pada muridnya. Ciri merdeka belajar itu sendiri yaitu berkomitmen pada tujuan, mandiri terhadap cara, dan melakukan refleksi. Pada hari kedua dan ketiga, peserta mempelajari Memanusiakan Hubungan dengan semangat merdeka belajar yang telah dipelajari sebelumnya. Tujuan dari materi ini adalah adanya pemahaman bermakna bahwa keberlangsungan kegiatan belajar mengajar memerlukan interaksi positif antarmanusia yang ada di sekolah. Peserta dipandu membuat kesepakatan bersama, membedakan antara hukuman dan konsekuensi dan menerapkan lima posisi kontrol sebagai acuan komunikasi dalam membangun disiplin positif. Semangat para peserta semakin membara di hari terakhir pelatihan. Semua antusias dan terlibat dalam semua aktivitas yang dipandu oleh pelatih. “Pelatihan ini merupakan pelatihan yang jelas, jelas dalam artian kami jadi tahu tujuan kami,  dimana posisi kami dan apa yang harus kami lakukan untuk mencapai tujuan dan semoga kami tidak bergerak sendirian, tapi juga didukung oleh sekolah” tutur Ibu Rahmi yang juga merupakan penggerak Komunitas Guru Belajar setelah mengikuti pelatihan. Pelatihan ditutup dengan tanya jawab bersama Kepala Dinas Pendidikan Pesisir Selatan. Pada sesi penutup, para peserta mengungkapkan harapan mereka agar pelatihan seperti ini diadakan lebih sering dan dapat dihadiri oleh lebih banyak guru. Mereka juga meminta dukungan dari pihak Dinas Pendidikan agar para kepala sekolah dapat mendukung proses penerapan praktik hasil pelatihan di sekolah mereka. “Pelatihan hebat yang belum pernah saya dapatkan selama kurang lebih 10 tahun saya menjadi seorang pendidik di SD, ternyata selama ini kami pendidik di Pesisir Selatan khususnya, banyak sekali kurangnya dari segala segi, semoga Kampus Guru Cikal selalu membimbing kami baik daring maupun luring” tutur Ibu Elvadeni salah satu peserta pelatihan.