Belajar dari Video Guru Merdeka Belajar

Rangkaian acara graduation RPP Merdeka Belajar KGBN Sidoarjo terdiri dari 4 sesi, dimulai dari webinar praktik baik literasi yang dibawakan oleh Bapak Wahyu Hidayat, M.Pd,  dilanjutkan review buku antologi praktik baik pembelajaran oleh Ibu Devi Aryani, M.Psi dan Nobar (nonton bareng) video guru merdeka belajar yang dipandu oleh Inka Valentine Haris (saya sendiri).  Video guru merdeka belajar digagas oleh komunitas guru belajar nusantara dan kampus guru cikal dalam rangka menyambut Hardiknas. Dalam kegiatan ini, nonton bareng video guru merdeka belajar sengaja dihadirkan sebagai pelengkap program bantu kuatkan guru dan memiliki tujuan sebagai berikut,    Ciri guru merdeka belajar adalah komitmen pada tujuan, mandiri terhadap cara belajar dan selalu melakukan refleksi. Bebas dari tekanan, bebas dari tuntutan, inisiatif dari dalam hati merupakan kunci mendasar untuk mencapai tujuan pengembangan guru.  Baca Juga: Merdeka Belajar Bukan Jargon Nonton Bareng video Merdeka belajar hadir dimanfaatkan bagi para pendidik untuk berefleksi terhadap upaya-upaya yang telah dilakukan dalam mendidik murid. Guru berdiskusi mengenai bagaimana pembelajaran yang selama ini disajikan kepada murid. Kajian mengenai kebemaknaan belajar murid, seberapa dekat hubungan yang terjalin dengan murid, bagaimana guru menyikapi masalah dan tantangan yang ada. Seperti pernyataan guru Ni Nyoman Sri Widanti “menjadi guru yang merdeka adalah suatu kebahagiaan demikian pula dalam pembelajaran. merdeka yang bermartabat merdeka yang inspiratif dan merdeka yang inovatif adalah cita-cita guru”.  Keseruan acara nobar terletak pada sesi refleksi, beberapa guru berbagi kisah, pengalaman dan solusi dengan penuh semangat. Kisah Guru Nani menjadi perhatian peserta saat itu, Ibu Nani menceritakan bahwa, Selama ini saya menjadi guru memberi materi, tugas, menilai tugas murid, mengisi rapot. semakin lama belajar bukan hanya memberi materi, tetapi belajar memahami karakter masing-masing murid agar bisa lebih mudah mentransfer ilmu. Lalu, semakin berfikir bukan hanya materi pelajaran yg harus diberikan. tetapi juga memberikan motivasi secara spiritual pada anak-anak agar pondasi agama dan karakter mereka menjadi lebih baik. Kekurangan yang terasa adalah tidak menemukan rekan yang sepemahaman. terlalu banyak aplikasi untuk merdeka belajar, tapi tidak dipakai. Jadi mencoba secara perlahan melakukannya sendiri sambil belajar di KGBN Sidoarjo, bertemu kawan-kawan yang seide. Sehingga menjadi lebih semangat untuk mentransfer ilmu pada teman-teman dan pastinya ingin menjadi agen perubahan walaupun sulit tapi tetap semangat. Ibu Ildia Ayu-SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo-juga membagikan pengalamannya. “Dahulu kala, saya terjebak dengan segala sesuatu printilan yang bersifat administratif, sehingga lupa untuk mengupgrade dan memerdekakan diri dalam dunia pendidikan.” Setuju sekali, karena semua komponen tersebut (komitmen, tanggung jawab, dan selalu berefleksi) adalah wujud upaya untuk kemerdekaan belajar bagi guru. “Tentu saja saya ingin menjadi guru yang merdeka, sehingga bisa memfasilitasi kemerdekaan belajar para murid. Insyaallah saya masih ingin terus berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan KGBN Sidoarjo, terutama yang sejalan dengan minat saya.” Dari pengalaman Guru Nani dan guru lain yang hadir dalam acara, kami membuat kesimpulan bahwa guru harus memiliki komitmen kemandirian, kebutuhan murid dan orang tua, situasi yang ada di lingkungan tempat tinggal murid. Penilaian keberhasilan pembelajaran yang kita lakukan dapat diperoleh dari hasil refleksi, maka guru merdeka belajar harus berani meminta refleksi dari murid. Menilai antar teman guru dan menilai diri sendiri secara objektif juga penting dilakukan.  Terima kasih Kampus guru cikal yang telah menggerakkan para guru se-nusantara untuk menjadi guru pembelajar sepanjang hayat. Salam Guru Merdeka Belajar, Salam panjang umur perjuangan.

Cerminan Humanisme dalam Merdeka Belajar

“Utlubul ‘ilma minal mahdi ilal ahdi”, berikut merupakan Hadis Nabi Muhammad saw. yang artinya “menuntut ilmu mulai dari buaian hingga akhir hayat”. Pada hadis tersebut memiliki makna bahwa belajar merupakan hak dan kewajiban bagi siapapun dimulai saat seorang manusia lahir hingga saat terakhir di dunia. Tidak terpatok pada status, usia, gender, jenjang pendidikan, dan sebagainya. Belajar sendiri banyak bentuknya, ada yang belajar dalam hal teori maupun praktek. Hal inilah yang menjadi prinsip saya dalam menjalankan amanah menjadi guru. Guru dalam pendangan orang lain adalah seseorang kunci dari pendidikan dan merupakan uswatun hasanah tidak hanya bagi muridnya tetapi juga masyarakat di sekitarnya. Perasaan yang muncul untuk memenuhi tanggung jawab dan ekspektasi sebagai seorang pendidik akhirnya mengantarkan saya untuk ikut dalam Komunitas Guru Belajar Nusantara di daerah Sidoarjo. Kegiatan yang baru-baru ini saya ikuti dalam proses pengembangan diri bersama KGBN adalah mengikuti acara Nonton Bersama Guru Merdeka Belajar yang diadakan oleh Pengurus KGBN daerah Sidoarjo pada tanggal 13 September 2020 yang dimulai pada pukul 19.00 WIB via Zoom Meeting. Dalam tayangan tersebut, terdapat ungkapan dari Bu Najelaa Shihab selaku founder dari Kampus Guru Cikal dan Inisiator dari KGBN yakni “proses merdeka itu bukan sesuatu yang diberikan, tetapi sesuatu yang kita gerakkan” yang dimana ungkapan tersebut seakan-akan menjadi refleksi bagi saya bahwa menjadi guru yang merdeka tidak bisa dengan bergantung pada tercapainya tujuan pembelajaran oleh murid dan lembaga pendidikan. Kadang saya lupa bahwa guru memiliki kuasa untuk merdeka. Tidak hanya pemenuhan nilai dan prestasi maka seorang guru baru bisa dikatakan guru yang sukses namun lebih kepada pemaknaan dalam pembelajaran yang diharapkan akan selalu dihayati murid.  Bu Najelaa mengemukakan bahwa konsep pendidikan yang merdeka belajar apabila mempunyai komitmen tujuan, mandiri, dan refleksi yang sayangnya masih menimbulkan miskonsepsi. Miskonsepsi tersebut menimbulkan rasa insecure pada diri saya yang juga senada dengan yang dirasakan oleh Bu Sari yang mengatakan bahwa konsep merdeka belajar bagi beliau masihlah gelap karena adanya sistem di lembaga pendidikan yang kurang ingin maju dan hanya bergantung pada atasan suatu lembaga tersebut, apakah memberikan fasilitas bagi gurunya untuk mencapai kemerdekaan atau tidak. Namun bukan dipungkiri bahwa harapan itu selalu ada tergantung pada pendidik apakah ingin merdeka dengan bergerak atau menunggu diberikan. Apabila pendidik mampu merubah miskonsepsi menjadi sugesti yang dibarengi dengan strong-will maka bukan tidak mungkin ketiga rumus tersebut mampu mengantarkan murid pada pengalaman belajar yang baru. Sehingga hasil akhir dari merdeka belajar yang dilakukan guru tentu akan membawa dampak merdeka pula bagi para murid. Banyak sisi dari tayangan tersebut yang memacu saya untuk menggali potensi saya lebih dalam untuk bergerak dan merdeka. Tidak hanya saya, Bu Ildia juga mengungkapkan bahwa dulu ia terjebak dengan segala pemenuhan administrasi sehingga lupa mengupgrade diri namun dengan penyadaran yang kami dapatkan melalui tayangan tersebut maka memacu keinginan kami untuk merdeka dan memfasilitasi kemerdekaan murid yang dapat dilakukan dengan berpartisipasi aktif di setiap kegiatan di KGBN khususnya daerah Sidoarjo. Saya pun mengungkapkan bahwa bentuk dari partisipasi yang bisa saya berikan adalah mengikuti kegiatan pengembangan yang diberikan oleh KGBN daerah Sidoarjo dan mempraktekkannya di lembaga pendidikan saya. Selain itu, saya juga ingin mengajak teman-teman saya, yang saya tahu bahwa mereka masih banyak yang tersesat dan terbelenggu pada konsep pendidikan yang belum merdeka untuk sama-sama belajar dan berkembang di KGBN. Hal tersebut juga banyak diaminkan oleh teman-teman guru lainnya dengan antusias. Bertemu dengan kata merdeka, saya teringat dengan konsep humanisme pada teori belajar yang digagas oleh Maslow dengan jargon memanusiakan manusia agar dapat mengaktualisasikan dirinya secara holistik. Apabila selama ini konsep humanisme sering dikemukakan hanya terfokus pada tumbuh kembang murid maka dalam merdeka belajar, konsep tersebut juga menyentuh guru karena dengan merdeka belajar, guru secara bebas namun tetap terkonsep untuk menggali potensi yang dimilikinya serta mengembangkan potensi tersebut. Tentu hal tersebut akan menimbulkan keberpihakkan tidak hanya pada murid tetapi juga pada guru. Dengan konsep humanisme pada merdeka belajar maka murid akan merasa senang dan termotivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran begitu pula dengan guru yang akan mampu memahami pola pikir murid. Sehingga menurut saya, merdeka belajar adalah kill two birds with one stone yang dimana sangat urgent untuk dipelajari dan dipraktekkan oleh guru pada pembelajaran dengan murid. Yang tentu, disini guru harus bisa menjadi penggerak bukan penerima yang menunggu kemerdekaan diberikan. Baca Juga: Melek Literasi dengan Memanusiakan Hubungan Pemanfaatan merdeka belajar yang sangat saya rasakan terlebih di masa pandemi ini adalah peran guru merdeka belajar dalam melakukan maintain konsep belajar yang menyenangkan dan tidak membebani psikis murid. Dengan mendalami konsep guru merdeka belajar, saya lebih berpihak pada murid, bersikap mengerti dan maklum dengan keadaan setiap murid yang tentunya memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan yang lain. Trait tersebut semakin memacu saya untuk mengeksplor kemampuan saya dalam mendidik, menggunakan strategi, media, dan pendukung pelaksanaan pembelajaran lain untuk menuju merdeka belajar.

Guru Merdeka Belajar, Guru Bermartabat?

“Jadilah guru hebat, jadilah guru bermartabat!” ungkapan itu yang selalu menggetitik pikiran saya. Bagaimana  guru dikatakan hebat? Dan bagaimana pula guru dikatakan bermartabat? Sekian puluh tahun diri ini belum menemukan jawaban, walau terkadang penuh percaya diri menyatakan “Akulah guru hebat”. Setelah bertemu dengan rekan guru di Komunitas Guru Belajar di bawah naungan Kampus Guru Cikal, diri ini merasa semakin perlu belajar. Itulah yang saya rasakan. Dengan semangat 45 saya ingin belajar menjadi guru merdeka. Menjadi guru yang bermartabat. Tidak ada kata terlambat. Begitulah ungkapan saya saat mengawali acara nobar bersama teman-teman sejawat.  Panas yang terik tidak menyurutkan semangat teman-teman Smamda di acara Nonton Bareng Guru Merdeka Belajar. Temu Pendidik Daerah 4 (TPD) dilaksanakan pada Rabu, 9 Oktober 2019. Acara dimulai dengan secara bergantian saling mengungkapkan motivasi kegiatan ini. Dengan sentuhan ice breaker suasana semakin hangat dan menyenangkan. “Saya  ingin menjadi guru yang baik” sederhana namun pasti saat guru Inka mengungkapkan motivasinya mengikuti kegiatan KGB ini. Berbeda dengan ungkapan guru Zakiyah pengampu mata pelajaran PKN bahwa beliau ingin belajar menjadi guru merdeka agar murid-murid bisa memahami materi yang beliau sampaikan.  Acara Nonton Bareng ini disambut dengan hati gembira oleh teman-teman sejawat. Mereka dengan penuh konsentrasi menyimak pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh ibu Najelaa Shihab sebagai petinggi Kampus Guru Cikal. Video Merdeka Belajar mampu menggelitik peserta bahwa belajar menjadi guru merdeka itu penting. Siswa tidak hanya diberikan materi, tetapi guru juga harus memperhatikan permasalahan dan keinginan siswa. Sementara sang guru dituntut untuk menyelesaikan administrasi yang sangat beragam. Sehingga  yang terjadi adalah sang guru kurang memperhatikan tugas utamanya sebagai pendidik. Jika ada siswa yang masih menyimpang dari karakter berbudi, lantas siapa yang bertanggung jawab. Ibu Najelaa Sihab mengungkapkan ada empat kunci pengembangan guru, yaitu kemerdekaan, kompetensi, kolaborasi, dan karier. Hal tersebut mampu mengubah pola pikir kita, bahwa seorang guru harus selalu merefleksi diri, meningkatkan kompetensi dengan terus belajar, selalu berkolaborasi dengan teman sejawat, dan yang paling penting adalah guru harus punya cita-cita. Menyikapi hal tersebut cita-cita seorang guru tidak harus menjadi kepala sekolah, namun ada banyak hal, di antaranya guru penulis, guru pengusaha, guru youtuber, dan sebagainya. Baca Juga: Merdeka Belajar Bukan Jargon Keinginan kuat untuk menjadi guru merdeka belajar disampaikan oleh guru Astutik, bahwa selama ini beliau tidak mengembangkan ilmunya jika tidak ada surat tugas dari sekolah. Pernyataan tersebut diungkapkan ketika sesi diskusi tentang miskonsepsi yang diungkapkan oleh ibu Najelaa Shihab. Guru Astutik menyadari betul bahwa selama ini tidak meningkatkan kompetensinya dengan mandiri. Baginya, selama anak-anak menuntaskan Kompetensi Dasar dianggap sudah selesai. Beliau kurang memerhatikan kompetensi yang lain. Terutama pada ketrampikan  dan sikap siswa. Misalnya apakah siswa tersebut semangat dalam belajar, bagaimana tanggung jawab akan tuga-tugasnya, dll. Bagi guru yang mengampu mata pelajaran Sejarah ini mengeluh juga tentang beberapa siswa sering meninggalkan jam pelajarannya. Nah setelah menyimak film Guru Merdeka, beliau ingin memperbaiki semuanya, dan ingin menjadi guru yang bisa memahami keinginan siswa.  Berbeda dengan guru Daviqa, yang semula belum tahu tentang Komunitas Guru Belajar, apalagi guru merdeka, merasa tercengang menyimak apa yang ada di film tersebut. Beliau guru BK yang sering bersentuhan dengan masalah-masalah siswa. Sangat antusias ingin lebih belajar untuk mengenali permasalahan yang dihadapi siswa. Guru Viqa panggilan akrabnya, menceritakan pengalamannya saat menangani salah satu siswa istimewanya. Dikatakan istimewa karena siswa tersebut memiliki banyak potensi di bidang non akademik, namun di bidang akademik enggan dan bermalas-malasan untuk belajar. Guru Viqa cenderung mencari permasalahan yang dialami siswa, namun sampai sekarang masih belum terpecahkan. Setelah menyaksikan film guru merdeka belajar beliau dapat menarik benang merah, bahwa harus berkolaborasi dengan guru pengampu di kelas sang siswa, semoga segera bisa membantu siswa mengatasi permasalahannya.  Keseruan acara Nobar, terletak pada sesi refleksi. Masing-masing peserta berbagi kisah tentang pengalamannya. Kisah guru Nisrin yang juga bertanggung jawab pada siswa berasrama sangat mengesankan. Beliau harus bisa berperan ganda, kapan beliau menjadi guru mereka, dan kapan beliau menjadi pengganti orangtua di asrama. Sekaligus kapan beliau menjadi sahabat tempat curhat anak-anak berasrama. Oleh karena itu saat mendengar ada kegiatan Nobar begitu antusiasnya untuk menjadi peserta. Beliau berharap mendapatkan banyak pencerahan dari kegiatan Komunitas Guru Belajar ini. terutama pada pertemuan-pertemuan setelah Nobar.  Dari pengalaman-pengalaman rekan sejawat yang hadir saat itu, terlihat betapa antusiasnya mereka ingin belajar menjadi guru merdeka. Hal tersebut didukung dengan komitmen yang tinggi, dan harus bisa melawan miskonsepsi seperti yang diungkapkan oleh ibu Najelaa Sihab. Belajar tidak menunggu surat tugas dari sekolah, tapi merupakan kebutuhan alami yang mandiri. Mereka menyadari untuk menjadi guru merdeka tidak harus belajar pada orang yang ahli, tetapi bisa dilakukan bersama rekan sejawat. Belajar itu membutuhkan waktu untuk memahami dan memiliki inovasi. Dan yang terpenting adalah kompetensi guru tumbuh bersama lingkungan. Dengan demikian besar harapan kami untuk terus belajar di Temu Pendidik Mingguan, Temu Pendidik Daerah, maupun Temu Pendidik Nusantara. Tentunya bersama Kampus Guru Cikal.  Salam Guru Merdeka Belajar!!!

Guru Merdeka Belajar adalah Pelajar Sepanjang Hayat

Siang terik tak menyulutkan semangat pada calon penggerak untuk melaksanakan kegiatan Nobar Merdeka Belajar, TPD III – Komunitas Guru Belajar Sidoarjo (KGB). Perubahan kondisi tempat, membuat ide-ide kreatif calon penggerak untuk tetap mempersiapkan acara Nobar tetap terlaksana, mulai dari mengkondisikan tempat, menyiapkan perlengkapan yang unik karena layar proyektor menggunakan kain polos kepunyaan pendidik yang tergabung dalam KGB yang kemudian disandarkan pada etalase Warung Barokah yang di atasnya diberi tumpukkan minuman supaya kain tidak bergeser tempat. Selain itu, tidak lupa menyiapkan camilan dan minuman sederhana yang nantinya akan menemani kegiatan sampai selesai, dan dibeli dari dana pribadi pak Zen penggerak KGB Sidoarjo.  Saya hanya berdecak kagum dalam hati, begitu berdaya teman-teman calon penggerak yang mau ikut berkontribusi agar acara bisa terlaksana. Agenda nonton bareng Film Merdeka Belajar hadir untuk memfasilitasi para pendidik merefleksikan diri dan berbagi solusi tentang keresahan yang dihadapi saat pembelajaran dikelas. “Agenda nonton bareng ini tidak hanya sekadar menjadi agenda nonton bareng, tapi punya aspek yang bermanfaat lainnya, yang berguna bagi para pendidik yang tergabung dalam KGB,” ungkap Zen Penggerak KGB Sidoarjo.  Ternyata kegiatan nonton bareng ini mampu menghidupkan forum, untuk bersama-sama sesama pendidik merefleksikan diri dan berbagi pengalaman bagaimana menjadi guru merdeka belajar. Satu persatu teman pendidik menyampaikan bahwa apa motivasi mereka mengikuti kegiatan nonton bareng yang difasilitasi KGB Sidoarjo, seperti halnya bu Ainun yang menjawab “Motivasi saya ikut kegiatan nonton bareng KGB Sidoarjo adalah agar bisa belajar dan mempunyai motivasi menjadi pembelajar”. “Belajar tidak memandang usia, karena usia bukan pembatas untuk berhenti belajar”, ujar Bu Nafisa guru dari sekolah AN-NAHL Sidoarjo.  “Jejaring komunitas seperti ini, ibarat lilin seketika lilin yang menyala salah satunya padam, maka masih ada lilin lainnya yang tetap menyala dan menyinari”, ungkap Bu Anggi calon penggerak KGB Sidoarjo. Kegiatan yang membawa manfaat ini sangat berdampak bagi kami yang siang itu datang mengikuti kegiatan nonton bareng video Merdeka Belajar sampai selesai. Guru Merdeka belajar mempunyai 3 makna yaitu komitmen, mandiri dan refleksi. Komitmen terkait pengakuan dalam diri untuk mampu dan mau menjadi guru pembelajar dengan ikhlas ingin memberikan ilmu yang bermanfaat, mandiri dalam arti bagaimana mencari solusi keresahan yang dialami pendidik, menggali kebutuhan dan minat belajar murid. Yang ketiga adalah refleksi, dan mempunyai makna bahwa setiap pendidik harus bercermin apakah model, media, cara pembelajaran yang sudah diterapkan sesuai atau tidak dengan kebutuhan peserta didik, sudah nyamankah mereka belajar bersama kita di dalam kelas.  Baca Juga: Merdeka Belajar Bukan Jargon Masuk pada sesi refleksi ada ungkapan yang mendalam diucapkan oleh beberapa pendidik terkait pertanyaan moderator yaitu “Apa perubahan di dalam kelas yang ingin dilakukan setelah mengikuti KGB?”.  “ Komitmen terkait menjaga dan menata niat kita, yang mengutip pernyataan KH. Maimoen Zubair, bahwa ketika kita menjadi guru jangan menuntut murid kita pintar, nanti yang ada malah kita marah-marah, cukup doakan saja agar kelak dia bermanfaat”, ungkap Bu Ainun.  Rangkaian kegiatan hari ini yang begitu membawa banyak manfaat bagi teman-teman pendidik maupun diri saya pribadi, bahwa dengan bersama-sama merefleksikan diri secara tidak langsung kita bergegas dan bergerak menjadi Guru Merdeka Belajar. Dan mulai sekarang kami bersepakat bahwa menjadi guru merdeka belajar adalah mengawali diri untuk mau menjadi guru pembelajar sepanjang hayat bukan hanya memenuhi kewajiban tetapi berkomitmen menjalankan kewajiban untuk ikut berperan dalam tujuan pendidikan nasional. Terima Kasih KGB Sidoarjo, terima kasih teman-teman pendidik, terima kasih Kampus Guru Cikal yang telah mempertemukan dan memfasilitasi kami para pendidik dengan kegiatan yang sangat bermanfaat. Salam Guru Merdeka Belajar Ingin Tahu Bagaimana Praktik Merdeka Belajar di Kelas? Klik link di bawah ini

Perilaku Guru Merdeka Belajar

“Sebagai seorang guru kita semestinya selalu berinovasi, open mind dan percaya bahwa kita tidak sendirian untuk membawa perubahan, cari rekan sejawat yang sevisi. Nah di KGB ini, kita dapatkan partner belajar yang siap untuk diajak berkolaborasi”. Tutur Pak Rolis Salah satu ungkapan gelora Baper (bawa perubahan) pada siang itu memenuhi area kelas SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo (22/05/19). Ada pancaran LCD yang menyala, ternyata para guru di Komunitas Guru Belajar Sidoarjo sedang nonton bareng. Wah, nontonnya gak segambarangan. Mereka menyaksikan Film Merdeka belajar. Kegiatan tersebut digagas olehkomunitas guru belajar nusantara & kampus guru cikal dalam rangka menyambut Hardiknas 2019. Nonton bareng Film Merdeka belajar hadir sebagai ajang bagi para pendidik untuk berefleksi terhadap upaya-upaya kita dalam mendidik anak. Pasalnya setelah nobar, para guru berdiskusi mengenai bagaimana pembelajaran yang selama ini disajikan. Analisis mengenai Kebemaknaan belajar siswa, seberapa dekat hubungan yang terjalin dengan siswa, realisasi praktik literasi sampai upaya yang akan dilakukan para guru menyikapi masalah & tantangan yang ada. Seperti pernyataan Guru Enik berikut. “Di acara ini, kita bisa berbagi praktik baik melalui aktivitas refleksi terhadap pembelajaran yang telah kita laksanakan mulai dari miskonsepsi literasi, kebiasaan copypaste RPP dan sebagainya. Selain itu, selepas acara ini, kita akan kolaborasi bersama untuk menularkan virus merdeka belajar di lingkungan sekolah masing-masing”. Keseruan acara nobar terletak pada sesi refleksi. Pada seremoni ini, kami berbagi kisah, pengalaman bahkan curhat menjadi bagian yang penuh balutan emosi. Kisah Guru Syifa menarik perhatian peserta kala itu. “Anak itu tidak pernah tersenyum. Ia selalu terlihat murung. Sesekali terlihat merenung. Ada apa sebenarnya? Berbagai cara kucoba untuk membuatnya tersenyum, mulai dari mengajaknya untuk tersenyum, bercerita humor, senam wajah tapi belum berhasil. Kucoba cari tahu. Home visit pun aku tunaikan. Ternyata akar masalahnya ada pada kebiasaan si anak & orang tua. Saat di rumah, si ibu asyik sendiri dengan HP-nya. si anak dibiarkan belajar dengan sendirinya. Dari situlah, sang anak menjadi pribadi yang pemurung. Sejak saat itu, kubangun komuikasi dengan orang tua. Kusarankan pada ibunya agar sebelum tidur, si anak diajak untuk tersenyum dan ditemani saat belajar serta diajak komunikasi mengenai aktivitas harian si anak. Tak hanya itu, di kelas aku sampaikan mengenai hadits tentang pahala orang yang tersenyum, membiasakan anak-anak untuk tesenyum saat awal & akhir KBM serta saat saat berpapasan/ bertemu dengan teman, guru dan orang lain di jalan seraya berucap salam. Alhasil upayaku berhasil. Sungguh kebahagian yang tiada tara sebagai pendidik saat sukses menghantarkan anak didiknya”. Dari pengalaman Guru Syifa dan para guru lain yang saat itu hadir, kami sadar bahwa menjadi guru merdeka belajar harus memiliki komitmen yang diwujudkan dengan kemandirian untuk menemukan paduan yang pas antara kurikulum, kebutuhan murid dan situasi lokal. Kemudian, guru merdeka juga harus reflektif, berani meminta umpan balik secara aktif danmenilai diri sendiri dengan objektif. Mulai sekarang, kami sepakat bahwa pengembangan kemerdekaan guru bukan sekadar soal mengubah kebijakan, tetapi perilaku harian yang muncul dari kita, dari pembelajaran yang kita hadirkan, seberapa jauh mejangkau diferensiasi murid dan seberepa dekat kita memanusiakan hubungan dengan murid. Sebagaimana ungkapan Bu Najelaa Shihab, “Guru Merdeka itu tak hanya memahami kewajiban, tetapi juga memiliki otonomi dan menggunakan otoritas dengan bijak”. Terima kasih Kampus guru cikal yang telah menggerakkan para guru se-nusantara untuk menjadi guru pembelajar sepanjang hayat. Salam Guru Merdeka Belajar!!!