Sekolah Lawan Corona Bantaeng : Program Pengembangan Guru di Masa Pandemi

Sekolah Lawan Corona telah berjalan hampir 1 bulan di Kabupaten Bantaeng, guru dan kepala sekolah telah mengikuti kurikulum dasar Guru Merdeka Belajar yang terdiri dari berbagai 5 level. Program diikuti guru secara otomatisasi di platform Sekolah.mu. Para peserta dari 16 sekolah ditemani oleh rekan-rekan guru dari KGB Bantaeng sebagai pendamping. Seminggu setelah kegiatan peluncuran program Sekolah Lawan Corona pada 18 September 2020, peserta mulai mengikuti program dari pengenalan platform yang digunakan dan kegiatan nonton bareng Guru Merdeka Belajar. Pada saat kegiatan nonton bareng, peserta diajak untuk berefleksi sebagai guru. “Melihat video guru Wanti, saya melihat guru Wati adalah seorang guru yang mempunyai komitmen dan dedikasi yang tinggi untuk membuat perubahan.” tutur guru Dharmawati, seorang peserta guru dari SDN Inpres Loka. Tidak hanya terinspirasi dengan perjuangan guru Wanti, saat kegiatan nonton bareng banyak guru yang merasa diingatkan dengan miskonsepsi guru belajar. Ada beberapa miskonsepsi yang sering guru lakukan selama ini. Misalnya Guru Amir dari SD Inpres Jatia, yang selama ini masih terjebak pada miskonsepsi belajar perlu insentif eksternal (sertifikat, uang transport), dan belajar harus dari ahli. Dari kegiatan nonton bareng Guru Merdeka Belajar ini juga, Guru dan Kepala Sekolah peserta program Sekolah Lawan Corona mendapatkan inspirasi tentang 3 elemen pada merdeka belajar yaitu Komitmen pada tujuan, mandiri terhadap cara, dan refleksi. Banyak yang menyetujui pendapat tersebut. Misalnya guru Ramli dari SDN Borong Tarampang setuju tentang elemen-elemen merdeka belajar karena belajar tanpa tujuan tidak ada arah yang akan kita capai dengan adanya tujuan yang pasti kita dapat merefleksikan kegiatan berikutnya dan dapat mengetahui kekurangan yang kita lakukan sebelumnya. Setelah kegiatan nonton bareng dan pengenalan platform, para peserta langsung dihadapkan pada level-level program otomatisasi. Tidak mudah melaksanakan program secara daring, ada beberapa kendala yang dihadapi peserta. Dari masalah sinyal, hingga kesulitan mengakses program. Namun peserta menyerah dengan adanya kendala-kendala tersebut. Para peserta mencari cara agar tetap bisa menyelesaikan program hingga level 5, dan selanjutnya mengikuti sesi mentoring. Komitmen peserta dibantu oleh pendamping membuat peserta dari 16 sekolah banyak yang telah menyelesaikan program hingga level 5.  “Dari program Sekolah Lawan Corona ini banyak manfaat yang didapatkan guru-guru di Bantaeng : Guru bisa bertambah wawasannya tentang ilmu pedagogi, kompetensi guru meningkat, guru bisa menjadi guru merdeka belajar dan juga sekolah bisa mengembangkan diri menjadi Sekolah Merdeka Belajar.” tutur Drs. Muhammad Haris, M.Si selaku kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng. Selain itu, juga banyak peserta yang merasa terbantu dengan adanya program Sekolah Lawan Corona di Bantaeng. “Alhamdulilah setelah mengikuti program SLC kesulitan-kesulitan dalam melakukan pembelajaran dapat teratasi termasuk cara membuat RPP, saya juga mulai membuat kesepakatan dalam kelas.” tutur guru Syariffudin dari SDN 38 Janna Jannaya. Setelah melaksanakan program otomatisasi, peserta akan mengikuti program mentoring dan kurikulum kedua yaitu Sekolah Merdeka Belajar. Ingin sekolah Bapak Ibu mengikuti program Sekolah Lawan Corona juga?Yuk daftar! klik tombol di bawah ini:

Peluncuran Sekolah Lawan Corona di Kabupaten Bantaeng

“Saya besar di Papua. Bila orang membicarakan pendidikan daerah, maka saya mengalaminya sendiri. Saya mengalami sendiri kesulitan mencari buku bacaan. Saya mengalami sendiri kesulitan mencari guru dan sekolah berkualitas. Saya mengalami sendiri arti keterbatasan. Karena itu ketika menjadi seorang bapak, saya bermimpi mendirikan sekolah agar anak saya bisa mendapatkan kualitas pendidikan yang layak  Tapi setelah terjun menjadi aktivis pendidikan,  saya merevisi impian itu. Saya bermimpi ekosistem pendidikan yang kolaboratif agar anak-anak Indonesia mendapatkan kualitas pendidikan yang layak.” ujar Bukik Setiawan Ketua Yayasan Guru Belajar. Pada hari itu memang terjadi peristiwa seperti yang Bukik Setiawan ucapkan pada pidato pembukaan. Bahwa ada kolaborasi antara pemerintah daerah, organisasi profesi guru, lembaga pengembangan guru, lembaga pendidikan keluarga dan penyedia layanan sekolah  digital. Langkah awal yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan pembelajaran pada masa Covid 19 ini. Langah awal itu bernama Sekolah Lawan Corona. Sekolah Lawan Corona Bantaeng Setelah berhasil mengajak 128 sekolah yang terdiri atas 256 guru dan 128 Kepala Sekolah dari berbagai daerah di Jawa Tengah (baca juga Sekolah Lawan Corona Jawa Tengah) Kali ini program Sekolah Lawan Corona hadir di Bantaeng, dan akan diikuti kurang lebih 80 guru dan kepala sekolah dari 16 sekolah di Bantaeng. “Tuntutan guru yang memiliki kreativitas dan inovasi tidak hanya untuk masa pandemi saja, kita menghadirkan program Sekolah Lawan Corona untuk membantu guru membuat pembelajaran yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan keseharian.” ujar Bupati Bantaeng, Ilham Azikin dalam sambutannya. Kurikulum Sekolah Lawan Corona memang bertujuan untuk : Membantu kepala sekolah dan guru melakukan pembelajaran jarak jauh yang merdeka belajar. Membantu kepala sekolah dan guru melakukan strategi pembelajaran dan kepemimpinan berdasarkan prinsip cara 5M (Memanusiakan Hubungan, Memahami Konsep, Membangun Keberlanjutan, Memilih Tantangan dan Memberdayakan Konteks) Membangun jejaring sekolah merdeka belajar yang mempraktikkan pembelajaran dan kepemimpinan merdeka belajar secara berkelanjutan. Harapannya setelah program Sekolah Lawan Corona lahir Guru dan Kepala Sekolah Merdeka Belajar yang mampu menggerakkan pendidikan di Bantaeng. “Saya berharap jangan ada sekolah unggulan di Bantaeng. Yang saya mau semua sekolah unggul dengan kelebihannya masing-masing,” ujar Bupati di akhir sambutannya. Dalam peluncuran program Sekolah Lawan Corona Bukik Setiawan juga menekankan pentingnya berpihak pada anak. “Makna kita sebagai pendidik adalah anak-anak. Mau sehebat apa pun pendidik, tanpa anak-anak maka tak ada artinya. Mau sehebat apa pun sekolah, tanpa anak-anak pun kehilangan artinya. Bahkan sekolah yang jumlah muridnya yang terus menerus menurun akan ditutup. Tidak peduli sekolah swasta maupun sekolah negeri. Karena itu, wajar dan sudah pada tempatnya kita selalu mengingat-mengingat peran utama anak-anak dalam ekosistem pendidikan. Untuk apa kita mengajar? Untuk apa kita mendidik? Untuk apa kita bersusah payah di sini? Tidak lain dan tidak bukan untuk anak-anak, khususnya anak-anak Bantaeng.” Sekolah Anda ingin mengikuti Sekolah Lawan Corona?KLIK DISINI

Petikan Pelajaran Kolaborasi Literasi Bermakna

Setahun sudah kami bersama menjalankan program Kolaborasi Bermakna. Ada banyak kegiatan, tapi lebih banyak lagi pelajaran. Setiap anggota tim dan peserta program mempunyai banyak pemaknaan personal yang beragam terhadap perjalanan ini. Kami mencoba merangkum petikan pelajaran yang didapatkan dari program Kolaborasi Literasi Bermakna. Pelajaran yang akan kami bawa dalam program yang lain, dan menurut kami penting juga dipelajari oleh penggiat pendidikan di seluruh penjuru negeri. Dari Sendiri Menuju Kolaborasi  Tantangan pertama dan utama dari Kolaborasi Literasi Bermakna adalah mengubah pola kerja dari yang biasanya asyik sendiri menjadi seru berkolaborasi. Kolaborasi itu indah diucapkan. Begitu mudah disampaikan dalam pidato-pidato, tapi kenyataannya begitu menantang.  Kolaborasi Literasi Bermakna digawangi empat organisasi yang mempunyai bidang fokus yang berbeda. Kampus Guru Cikal yang menangani guru. Keluarga Kita yang menangani orangtua. Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan yang menangani riset dan advokasi kebijakan. Inibudi yang menangani pembuatan konten belajar. Masing-masing organisasi mempunyai keahlian tersendiri. Setiap organisasi melayani segmen dengan agendanya sendiri. Melalui program Kolaborasi Literasi Bermakna, kami belajar mensinergikan agenda dan prioritas sekaligus membangun relasi saling percaya. Banyak gesekan dan perdebatan untuk menentukan pilihan yang bisa mengakomodasi semua. Pelajaran penting yang kami dapatkan adalah berpihak kepada anak. Menjadikan kepentingan anak sebagai kriteria untuk mengambil keputusan. Bila antar-organisasi sulit mengalah, tapi ketika berpihak kepada anak menjadi kriteria, maka organisasi bisa lebih melonggarkan agenda dan menerima kesepakatan.  Kolaborasi Literasi Bermakna bisa berjalan jauh dan mengerjakan banyak kegiatan semata-mata karena mengedepankan kepentingan anak. Cita-cita menyaksikan anak-anak Batu dan Probolinggo bisa belajar karena cinta, bukan karena terpaksa. Bila ada perbedaan, pemersatunya adalah anak.  Dari Penunjukan Menuju Partisipasi  Pada sebagian besar program, keterlibatan orangtua dan guru sering kali ditentukan melalui jalur penunjukan. Dinas Pendidikan menunjuk kepala sekolah. Kepala sekolah menunjuk guru dan orangtua untuk mengikuti program. Kebanyakan guru dan orangtua akan terlibat program karena takut melanggar penunjukan tersebut. Takut mendapat sanksi.  Kampus Guru Cikal dan Keluarga Kita punya pengalaman berbeda. Jalur penunjukan memang membuat orang terlibat program, tetapi bukan karena kesadaran sendiri, sering kali karena terpaksa. Oleh karena itu, kami mencoba jalur partisipasi dalam melibatkan guru dan orangtua dalam program pengembangan. Kami percaya bahwa guru dan orangtua yang berniat belajar pasti mencari cara agar bisa mendapat kesempatan belajar. Dalam lima tahun, kami membangun komunitas guru dan orangtua berdasarkan prinsip partisipasi dan kerelawanan dengan segala dinamikanya.  Pada Kolaborasi Literasi Bermakna, keyakinan tersebut kami praktikkan dalam sebuah program yang terukur dan terencana secara ketat. Sebuah pilihan yang mengandung risiko tentunya. Apakah dengan kesibukan orangtua dan guru mau meluangkan waktu terlibat dalam program yang tanpa memberi imbalan apa-apa? Bagaimana kalau yang awalnya sukarela mengikuti program kemudian punya kesibukan lain? Apakah guru dan orangtua yang menjadi peserta program akan menjalankannya dengan sungguh-sungguh? Berdasarkan bukti dari pengalaman sebelumnya, kami memilih untuk mengambil risiko dari jalan partisipasi.  Setelah membereskan hati sendiri, langkah kami berikutnya adalah meyakinkan pemangku kepentingan dari program Kolaborasi Literasi Bermakna. Tidak mudah karena pemangku kepentingan punya pengalaman yang berbeda. Tidak percaya bahwa ada guru dan orangtua yang sukarela mau belajar. ‘Dipaksa saja susah, kok, diminta sukarela,’ mungkin itu pikiran yang terlintas. Namun, setelah dengan sejumlah argumentasi dan cerita pengalaman kami sebelumnya, jalur partisipasi diterima dengan sejumlah catatan. Di akhir program Kolaborasi Literasi Bermakna, kami sungguh bahagia bisa menunjukkan bahwa guru dan orangtua belajar banyak dengan semangat sukarela, bukan dipaksa. Dari Hadiah dan Hukuman Menuju Kesempatan dan Dukungan Keterlibatan dalam program yang berdurasi satu tahun tidaklah mudah. Menjaga konsentrasi dalam hitungan menit saja susah. Karena itu, pengelola program mempunyai sejumlah strategi untuk memotivasi peserta program terlibat secara penuh mulai dari awal hingga akhir. Meski ada banyak strategi, secara umum kesemuanya berdasarkan prinsip hadiah dan hukuman. Hadiah untuk yang menunjukkan perilaku baik, hukuman bagi yang menyimpang.  Tantangan bagi Kolaborasi Literasi Bermakna adalah menemukan strategi yang tidak menggunakan prinsip hadiah dan hukuman yang biasa dipakai. Pelibatan dalam program dimulai dari partisipasi, kesadaran dari dalam diri, tentu kami butuh mencari strategi memotivasi yang selaras.  Tantangan terbesar bukan mencari strategi memotivasi yang tepat, tetapi pengelolaan diri dari keseluruhan kami, seluruh anggota tim Kolaborasi Literasi Bermakna, baik yang bertugas di Jakarta maupun daerah. Sering kali yang terjadi adalah khawatir gagal yang berlebihan. Semua pengelola program pasti ingin berhasil mencapai target. Keinginan yang wajar, tetapi bila berlebihan akan menggoda kami menggunakan strategi memotivasi berdasarkan hadiah dan hukuman.  Bersikap empati terhadap orangtua dan guru yang menjadi peserta program membantu kami keluar dari tekanan menggunakan hadiah dan hukuman. Kami menempatkan diri menjadi peserta program dan berpikir apa yang kami butuhkan untuk berubah lebih baik. Lahir kesadaran bahwa peserta program lebih butuh kesempatan dan dukungan untuk berubah. Kesempatan berbagi praktik baik, kesempatan untuk unjuk diri, dukungan berupa umpan balik, pengakuan terhadap apa yang sudah baik dan koreksi mana yang perlu diperbaiki. Kesadaran yang membuat kami melakukan tambahan kegiatan berupa pendampingan sesuai kebutuhan guru dan orangtua. Dari Penyeragaman Menuju Berjenjang  Dalam program yang terukur dan direncanakan secara ketat, sering kali fokus pengelola program adalah pada pelaksanaan kegiatan dan pencapaian target. Program yang sudah direncanakan sejak awal dilaksanakan sebagaimana pakemnya. Persoalannya kemudian, apakah yang sudah direncanakan di awal sesuai dengan tantangan di lapangan dan kebutuhan peserta program?  Kolaborasi Literasi Bermakna sedari awal sebenarnya sudah melakukan sejumlah kegiatan untuk memahami tantangan di lapangan dan kebutuhan peserta program. Pemahaman yang kami gunakan untuk melakukan penyesuaian rancangan program agar lebih efektif. Namun, pemahaman awal pun ternyata masih belum cukup kaya dibandingkan dengan pemahaman yang didapatkan selama pelaksanaan program. Intensitas interaksi dan percakapan bermakna menghasilkan pemahaman baru yang lebih luas. Jangankan antar-personel, kemajuan program antar-daerah pun tidak sama. Pelaksanaan program Kolaborasi Literasi Bermakna yang berawal dari pendekatan yang seragam pada perjalanannya disesuaikan. Penyesuaian strategi menjadi lebih personalisasi pada tujuan, cara, dan alat bantu refleksi. Peserta program yang lebih dahulu menguasai sasaran program mendapat kesempatan lebih luas. Sementara, peserta program yang butuh waktu tambahan mendapat dukungan sesuai kebutuhan mereka untuk berkembang.  Dengan memfasilitasi proses refleksi, kami mengajak orangtua dan guru memahami kemampuan dan kecepatan belajarnya. Jadi, bukan kami yang menentukan kebutuhan belajar, tapi peserta program sendiri yang melakukan penilaian diri untuk menyusun agenda belajarnya. Partisipasi bukan hanya saat pelibatan awal, tapi juga hingga menentukan intensitas belajar. Dari Berbasis Sekolah Menuju Berbasis … Read more

Apa Pentingnya Merdeka Belajar?

Apa sih Komunitas Guru Belajar itu?Pada minggu siang, 4 Agustus 2019 Sekitar 30 Pendidik dari Solo Raya berkumpul dalam rangka Temu Pendidik Daerah, Acara ini diselenggarakan oleh Komunitas Guru Belajar Soloraya dengan mengadakan nonton bareng atau nobar video guru merdeka belajar oleh Najelaa Shihab salah satu pendiri Kampus Guru Cikal dan Inisiator Komunitas Guru Belajar di Kecamatan Pasar Kliwon. Acara ini dihadiri para guru, pegiat pendidikan dan akademisi yang dimoderatori oleh Joko Utomo Seberapa Pentingnya Merdeka Belajar? Sebelum acara dimulai, moderator membuka acara dengan menjelaskan tentang profil apa itu komunitas guru belajar dan apa pentingnya merdeka belajar. Beliau menjelaskan bahwa Komunitas guru belajar  merupakan salah satu komunitas yang bertujuan untuk mewadahi para guru dalam belajar bersama – sama. Selama beberapa dekade ini mengenai kompetensi guru dipandang masih kurang visioner disebabkan faktor guru sendiri yang belum bersemangat dalam belajar untuk meningkatkan kualitas dirinya dan guru juga masih berstigma bahwa yang perlu belajar adalah siswanya serta guru masih belajar hanya kepada pakar pendidikan saja. Bahwa sebenarnya guru tidak hanya belajar kepada pakar pendidikan saja akan tetapi bisa belajar dengan sesama rekan guru yang lainnya. Mengenal Komunitas Guru Belajar Misi Komunitas Guru Belajar dalam berbagi praktik cerdas pengajaran dan pendidikan diwujudkan melalui: Temu Pendidik Mingguan melalui aplikasi TelegramTemu Pendidik Daerah baik daring maupun tatap muka.Temu Pendidik Nusantara yang dilaksanakan sekitar bulan Oktober setiap tahun. Komunitas Guru Belajar bertujuan untuk Menegakkan KEMERDEKAAN belajar: membangun guru berkomitmen pada tujuan belajar, mandiri belajar, merefleksikan proses & capaian belajar Mengembangkan KOMPETENSI: mendukung guru mengembangkan potensi diri melalui beragam cara, secara bertahap dan berjenjang Memperluas KOLABORASI: mendukung guru untuk saling berkolaborasi, mengenalkan dengan berbagai kerjasama untuk menerapkan kompetensinya  Mengembangkan KARIER: mendukung guru memilih dan mengembangkan pilihan karier protean Adapun manfaat dari bergabung di dalam Komunitas Guru Belajar adalah; pertama, Mendapatkan kesempatan saling berbagi berbagi praktik pengajaran dan pendidikan yang mutakhir dan terbukti di ruang kelas, Kedua Mendapatkan kesempatan pengembangan kompetensi melalui berbagai macam bentuk kegiatan kanal komunikasi, Ketiga Mendapatkan kesempatan berkolaborasi dengan rekan guru dan komunikasi dari berbagai daerah dengan latar belakang beragam, Keempat Mendapatkan kesempatan mengembangkan karier potensi dengan beragam pilihan peran dan kontribusi. Dan uniknya komunitas ini terbentuk dari para guru yang tergerak hatinya yang peka terhadap  tentang akan pentingnya belajar tentang pentingnya guru untuk menambah skill, ilmu dan lain sebagainya. Kampus Guru Cikal sebagai inisiator memberi dukungan berupa menyediakan fasilitator yang memandu proses pengembangan komunitas, pemandu yang mengelola dan menerbitkan pengetahuan, serta pelatih yang memberikan pelatihan yang dibutuhkan Komunitas Guru Belajar. Kolaborasi Komunitas Guru Belajar dan Kampus Guru Cikal menawarkan jalan lain dalam pengembangan guru untuk perubahan pendidikan Indonesia, jalan yang lebih penuh harapan.  Nonton Bareng Video Guru Merdeka Belajar Sesi berikutnya adalah sesi pemutaran video merdeka belajar. Peserta langsung memfokuskan pandangan ke proyektor layar. Tampak dalam video itu Najelaa Shihab mengenai apa dan mengapa “Merdeka Belajar”. Pada saat kita berbicara merdeka belajar, ibu dan bapak. Saya tuh selalu terbayang anak-anak. Sebagian besar anak Indonesia itu dunianya hanya sebatas ruang kelas, mimpinya hanya terbatas tingginya tangan untuk menjawab gurunya”. Kata bu Najelaa Shihab.  Dalam paparan video itu, terdapat lima miskonsepsi guru belajar disampaikan najelaa, diantaranya guru hanya dapat belajar dari para ahli, guru hanya mau belajar jika ada insentif, sertifikat,dll, dan belajar itu soal kompetisi, bukan kolaborasi. “Permasalahan pendidikan memang sangat kompleks. Untuk mereformasinya pasti butuh waktu dan kesempatan dari berbagai kepentingan”lanjut Najelaa. Refleksi Belajar Para Guru Akhirnya sampai pada menit terakhir, setelah nobar. Para peserta merefleksikan bersama-sama  dengan membagikan kertas kecil kepada para peserta. Dari refleksi peserta, didapati banyak didapati seputar konsep pendidikan dan pentingnya merdeka belajar sendiri.  Baca Juga: Merdeka Belajar Bukan Jargon Lanjut sesi selanjutnya bersama mas catur ayudiono tentang music toys composer. Sebelum acara workshop. Beliau memaparkan tentang materi tentang musik toys. Belia memaparkan bahwa Music yang dikomposisikan sendiri berasal memanfaatkan barang –barang mainan anak yang dikombinasikan dengan mengedit edit setiap bunyi mainan yang dimainkan.  Membuat Musik dengan Mainan “Untuk membuat composer musik dari mainan anak-anak itu sendiri bahan peralatan yang diperlukan yaitu mainan anak, recorder bisa melalui recorder handphone maupun lainnya, kamera handphone, laptop (aplikasi edit foto video  di laptop)” ucap catur Penjelasan  materi dari mas catur ayudiono, peserta tampak antusias melihat menyaksikan video yang ditayangkan mas catur di layar. Peserta begitu antusias bertanya kepada pembicara mengenai, “Hal apa saja yang pertama harus dilakukan dalam composer music dari mainan anak-anak? Bagaimana cara mengkolaborasikan setiap bunyi pada mainan anak-anak”.  Setelah acara materi, pembicara mengajak para peserta membuat  bersama music toys composer dengan memainkan music mainan anak-anak bersama selepas itu  dilanjut foto bersama para peserta. Anda masih penasaran tentang apa itu merdeka belajar? Yuk pelajari Surat Kabar Guru Belajar Edisi 6Unduh GratisKlik:

Guru Penggerak, Mencari Alternatif Cara untuk Temu Pendidik

Bisa mengadakan Temu Pendidik di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pesisir Selatan adalah satu hal yang sudah saya impikan bersama teman-teman sejak lama. Tapi entah mengapa setiap akan melaksanakan niat tersebut ada saja kendala seperti kejadian dua bulan lalu ketika itu kami akan melaksanakan TPD ke 9 undangan telah disebar, informasi sudah ramai di grup dan di beberapa medsos teman-teman tetapi tidak disangka mendapat kabar bahwa Aula akan dipakai untuk kegiatan lain, padahal ketika itu H-1 sebelum acara, kami kelabakan mencari tempat untung ada seorang teman yang menyelamatkan. Dua bulan kemudian tepatnya TPD ke 10 kami kembali mengupayakan untuk mengadakan acara di Kantor Dinas Pendidikan. Atas saran Ibu Muldifia Rajab saya datang menemui  Pak Kabid GTK dan mengutarakan keinginan saya untuk menggunakan Aula Dinas untuk acara pertemuan TPD. Alhamdulillah keinginan tersebut disambut baik oleh Dinas Pendidikan. Ada lima orang narasumber yang rencananya akan tampil di acara itu. Tapi malang kembali menghampiri kami, tidak satu pun narasumber yang bisa hadir di acara tersebut disebabkan berbagai urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan. Banyak yang mengusulkan supaya acara dimundurkan dengan pertimbangan siapa yang akan menghadiri karena banyak teman-teman yang aktif di KGB tidak bisa datang tapi saya berpikir ini tidak mungkin dilakukan, sulit sekali mendapat kesempatan ini dan meski sendiri acara harus dilanjutkan apapun yang terjadi, saya minta ibu Salmiati untuk melanjutkan membuat poster. Kabar baik datang dari Bu Wiwik Maladerita bahwa kepsek beliau akan mengirim seluruh guru di sekolahnya, dan beliau juga sudah berkoordinasi dengan Korwil Dikcam serta berniat mengikuti acara ini, kabar baik kedua datang dari ibu Muldifia Rajab beliau bersama teman-teman Kepsek di MKKS sepakat mengirim guru-gurunya pada kegiatan tersebut, dengan semangat beliau bolak balik ke kantor dinas pendidikan untuk mengkonfirmasi acara ini dengan Kabid Kasi dan Pengawas. Di tengah kegembiraan itu rasa kecewa kembali kami rasakan Kabid GTK yang rencananya akan mendampingi sekaligus membuka acara tidak bisa hadir karena beliau ke Jakarta bersama Bapak Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Disela-sela kejadian tersebut saya tetap berharap terjadi keajaiban. Tiba-tiba Bu Muldifia Rajab menelpon saya bahwa beliau diperintahkan menghadap Bapak Sekretaris Dinas Pendidikan Bapak Suhendri, M.Pd. walau sedikit was-was apakah gerangan kami dipanggil? Tapi menurut saya ini adalah kesempatan baik untuk meminta beliau membuka acara. Ternyata apa yang kami takutkan benar-benar tidak  terjadi beliau sangat mendukung acara ini dan beliau sendiri yang mengatakan akan membuka acara ini. Tepat pukul dua acara di mulai ada 100 orang peserta yang hadir tidak hanya guru ada kepala Sekolah beberapa pengawas juga hadir disini ini ini benar-benar diluar dugaan, dan yang membuat saya terharu ada sekolah yang menyumbang air mineral untuk kegiatan ini. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ketika memberikan sambutan saya menyampaikan gambaran tentang KGB dan menyampaikan Kompetensi apa yang telah saya dapatkan bersama teman-teman selama bergabung dengan KGB serta bagaimana Menjadi Guru Merdeka Belajar, belajar tanpa harus diperintah atasan, belajar tanpa mengharapkan iming-iming sertifikat dan transportasi, bagaimana kita bisa belajar bersama guru-guru tidak melulu harus dengan ahli, karena guru adalah orang yang paling tahu dengan kondisi di kelasnya, bahwa guru tidak harus mengetahui How To saja tapi guru perlu memahami Why dengan begitu guru akan menemukan inovasi dan beragam cara menyelesaikan persoalan-persoalan di kelas, menjelaskan bahwa guru tidak bisa belajar secara instan guru perlu mencoba setelah gagal kemudian mencoba lagi sampai kemudian berhasil, bahwa guru tidak bisa kompeten sendiri guru butuh teman, teman berbagi dan saling berkolaborasi. Dilanjutkan dengan sambutan Bapak Sekretaris Suhendri, M.Pd di awal pembicaraan beliau mengatakan coba kalau saya tahu lebih awal tentang acara ini pasti akan saya memfasilitasi dan akan memberikan snack untuk acara ini dalam hati saya bergumam ini pertanda baik. Selanjutnya  beliau mengatakan guru harus terus berinovasi kalau tidak mau ditinggalkan peserta didik, kalau guru tetap bertahan dengan gaya mengajar masa lalu maka bersiap siaplah untuk ditinggalkan peserta didik. Teknologi semakin canggih mudah sekali bagi peserta didik mendapatkan informasi- dengan teknologi untuk itu guru harus terus menerus mengupdate ilmu, guru juga perlu mengupdate cara mengajar karena cara mengajar murid hari ini tidak sama lagi dengan mengajar tahun lalu. Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi tentang “Mengasah Kemampuan Literasi dengan Lingkaran membaca” pada tahap awal saya ajak guru-guru menuliskan di kertas sticky note tentang pemahaman awal mereka tentang literasi.  Ada peristiwa yang membuat saya harus berpikir cepat karena peserta yang hadir di luar ekspektasi saya, kegiatan membentuk kelompok yang semula saya rencanakan menggunakan gulungan kertas yang berisi perintah melakukan gerakan olahraga tidak bisa terlaksana karena menurut saya tidak efektif dengan anggota yang begitu banyak. Akhirnya saya minta lima belas orang ke depan menjadi sampel bagi teman-teman guru lain. membentuk 3 kelompok, masing-masing beranggotakan 5 orang. Kemudian saya membagi peran masing-masing menjadi lima peran. Ada kejadian lucu seorang guru membuat kami semua tertawa kebetulan beliau mendapatkan peran sebagai super seniman ketika diminta untuk memperlihatkan gambar yang beliau buat beliau malah menari menggambarkan apa yang ada di dalam buku. Terakhir saya mengajukan pertanyaan penutup apa yang akan dilakukan setelah ini bersama KGB dan menanyakan perubahan apa yang akan dilakukan di kelas. Teman-teman berharap bisa belajar lagi di lain waktu.  Alhamdulillah semua berakhir dengan baik kelas di tutup dengan foto bersama mudah-mudahan kegiatan hari ini memberi kesan yang mendalam terhadap peserta. Semoga kegiatan ini bisa merubah pola pikir guru bahwa belajar bisa dibuat menyenangkan dan lebih bermakna sehingga siapapun menjadi candu untuk belajar maka tidak perlu lagi berpikir menunggu perintah dulu baru belajar.

Manajemen Konflik di Kelas Berbasis Sekolah

Ari WibowoSeperti apa kata kutipan pengantar pada poster materi malam ini yaitu bagaimana mengelola konflik yang terjadi di sekolah yang saya yakin Bapak dan Ibu temui setiap hari di kelas. Dalam kesempatan malam ini, saya ingin berbagi praktik apa yang kami lakukan dalam mengelola konflik dan bagaimana keterampilan mengelola konflik bisa diterapkan pada guru dan murid. Dalam penyelesaian konflik, Sekolah Cikal menerapkan peraturan yang jelas dan tegas terhadap jenis-jenis konflik yang terjadi di sekolah dari jenis minor dan major tertulis jelas di School Parent and Students Handbook. Saya akan berbagi cerita tentang alur penanganan konflik yang kami lakukan di Sekolah Cikal. Untuk tema Conflict resolution sendiri diajarkan di kelas 2. Silahkan membaca materi berikut. Apa itu Konflik?Sebagai manusia, kita sering berdebat dengan orang lain ketika kita marah atau kesal tentang sesuatu. Terkadang ketika kita berniat menyelesaikan konflik dengan tenang dan mudah, pertengkaran itu menjadi panas dan kita tidak bisa mengendalikan diri kita sehingga menjadi defensif, menyerang, dan mengatakan hal-hal yang menyakitkan. Menyelesaikan konflik kadang sulit bagi kita sebagai orang dewasa, apalagi untuk anak-anak yang masih belajar mengendalikan diri dan mengekspresikan perasaan dengan kata-kata alih-alih tindakan. Mayer dalam bukunya The Dynamic of Conflict (2012) menyatakan bahwa sebagai serangkaian persepsi, konflik adalah keyakinan atau pemahaman bahwa kebutuhan, minat, keinginan, atau nilai seseorang sendiri tidak sesuai dengan orang lain. Konflik juga melibatkan reaksi emosional terhadap suatu situasi atau interaksi yang menandakan ketidaksepakatan. Konflik juga terdiri dari tindakan yang kita ambil untuk mengekspresikan perasaan kita, mengartikulasikan persepsi kita, dan memenuhi kebutuhan kita dengan cara yang berpotensi mengganggu kemampuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Apakah anak-anak sudah mampu menyelesaikan konflik sendiri?Konflik adalah bagian normal dari pengalaman sehari-hari, tetapi menyelesaikan konflik dengan sukses membutuhkan keterampilan sosial yang tepat. Kami sebagai guru di Cikal terkadang berpikir anak-anak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, tetapi kami sering lupa bahwa seringkali anak-anak tidak tahu bagaimana cara berkompromi dan mengenali kebutuhan orang lain. Karena keterampilan penyelesaian konflik tergantung pada keterampilan sosial dan bahasa anak-anak serta persepsi mereka tentang situasi, mereka masih perlu dilatih tentang cara melakukannya. Mengapa perlu Mengakhiri Konflik?Beberapa tujuan utama mengapa kita perlu “mengakhiri konflik” adalah: Untuk menghasilkan solusi yang disetujui semua pihak Untuk bekerja secara efisien dan secepat mungkin untuk menemukan solusi Untuk memperbaiki hubungan antar kelompok dalam konflik Peran Guru dalam Membantu anak-anak menghadapi konflikDi Sekolah Cikal, kami percaya bahwa anak-anak harus dapat menyelesaikan konflik mereka secara mandiri. Itu tidak berarti bahwa yang lain tidak bisa memberikan tangan mereka untuk menyelesaikan konflik. Karena, pemecahan masalah dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kontrol emosi siswa. Selain itu, penyelesaian masalah adalah representasi Dimensi Lima Bintang Cikal (seperti integritas, kepedulian, komunikasi, pikiran terbuka, dll). Jika konflik tetap ada, orang tua, guru, dan bahkan siswa lain juga dapat membantu sebagai mediator. Langkah-langkah dalam membantu anak-anak menghadapi konflik 1. Mendengarkan dan Menafsirkan.Anak-anak menceritakan kisah mereka kepada mediator secara bergantian. Akan lebih baik bagi orang tua / dewasa untuk hanya mendengarkan tanpa menyela. Orang tua sebagai mediator perlu fokus pada masalah, bukan siapa yang melakukan kesalahan. 2. Kedua belah pihak berganti posisiAnak-anak mengulangi cerita dari pihak lain sehingga mereka dapat memahami masalah dari sudut pandang yang berbeda. Kedua belah pihak perlu melakukan prosedur ini, bahkan jika mereka tidak setuju. 3. Diskusikan dengan kedua belah pihak jika mereka punya solusiUntuk mendiskusikan dan menemukan solusi, tanpa menilai. Semua saran disambut. 4. Buat perjanjian verbalMemastikan tidak ada pihak yang merasa dipaksa atau tertekan untuk mengambil keputusan. 5. Buat perjanjian tertulisMenyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat dan mengerti. Anak-anak menggunakan kata-kata mereka sendiri. METODE I-MESSAGE What is I-Message ?Statements about feelings, beliefs, and values that begin with the word “I”For example : “I don’t like being pushed because it hurts” Jika diterjemahkan seperti ini : Apa itu Pesan-Saya?Pernyataan tentang perasaan, kepercayaan, dan nilai-nilai yang dimulai dengan kata “I”Misalnya: “Saya tidak suka didorong karena sakit” Di dalam I-MESSAGE ada 4 bagian: I FEEL —- WHEN YOU — I WANT —BECAUSE Contoh lagi ya:“I feel hurt, when you said that I’m a looser. I want you to say nice thing to me, because I want to be your friend.”Metode ini bisa dilakukan dan sangat efektif khususnya bagi murid yang sulit mengungkapkan dengan kata-kata. Mari berlatih: Berlatih menggunakan contoh studi Kasus-I: Berebut mainan: Pesan-Saya: “Saya sedih ketika kamu mengambil alih mainan saya. Saya ingin kita bergiliran, ok. ”Seorang gadis mendatangi gurunya dan menjelaskan bahwa ia tidak diizinkan bergabung dalam kelompok permainanPesan-Saya: “Saya kesal ketika kamu menolak saya untuk bergabung dengan grup. Saya ingin kamu menerima saya di grup seperti yang lain ”. Guru BK kewalahan dalam menyelesaikan konflik. Tolong! Sejak tahun 2009, kami memiliki program yang bernama PEER MEDIATOR. Mengutip dari info Kontak Cikal : Peer Mediator ProgramAs part of our anti bullying program and to equipped students with conflict resolution skills, Sekolah Cikal has developed a Peer mediator program since 2009. Peer mediation is both a program and a process where students of the same age-group facilitate resolving disputes between two people or small groups. Program ini dikelola oleh Konselor Sekolah bekerjasama dengan Guru-Guru kelas dengan alur sbb; Recruitment : 1 mingguInterview     : 1 mingguTraining       : 1 minggu Sekolah mengeluarkan surat partisipasi (Surat rekomendasi) bagi siswa/i yang berminat Jadi bagi siswa/i yang terpilih sebagai PEER MEDIATOR akan mendapat penugasan di jam-jam tertentu untuk membantu guru-guru menyelesaikan konflik yang terjadi di sekolah. Nah, seperti itu alurnya Bapak dan Ibu jika ada praktik lainnya dalam penyelesaian konflik di sekolah monggo lho bisa dishare juga. Terima kasih Pesan: Jika konflik terjadi di selama jam sekolah dan belum menemukan jalan keluar permasalahannya, Guru wajib menginformasikan hal ini kepada orang tua yang berkonflik yakinkan kepada mereka bahwa proses mediasi sedang berlangsung dan akan secepatnya diinformasikan kepada orangtua melalui email, whatsapp atau media lain. AhyuniOke saya kasih waktu 10 menit untuk membaca dan memahami materi ya bapak ibu sambil menyiapkan pertanyaannya juga Ahyuni Sesuai panduan ada 2 termin ya, termin pertama saya buka, boleh tanya boleh sharing pengalaman boleh lain-lainnya juga. SESI TANYA JAWAB SilviaDi kelas yang saya ajar, dulu masih biasa-biasa saja. Baru kali ini mengalami hal yang menurut … Read more

Guru Penggerak Integritas – Menanamkan Nilai Antikorupsi

Belakangan ini kita sering mendengar di media terkait terjeratnya para pejabat publik yang tersandung kasus korupsi.  Korupsi merupakan sikap tercela yang harus ditanggulangi sejak masih dini. Sekarang ini banyak lembaga-lembaga mulai komunitas dan lembaga legal saling berkolaborasi dalam rangka membangun karakter dan budaya anti korupsi. Pendidikan antikorupsi harus ditanamkan sejak dini. Cara ini dinilai menjadi senjata paling ampuh untuk mencegah terjadinya praktik korupsi. Ada 9 nilai integritas yang berusaha ditanamkan pada generasi muda agar mampu mengontrol dirinya tidak melakukan korupsi. Antara lain jujur disiplin tanggung jawab mandiri kerja keras sederhana berani peduli adil. Untuk menumbuhkan 9 nilai integritas dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan kampus, media, media social, buku, boardgame, gerakan masyarakat. Semua lapisan harus bersinergi agar dapat terbentuk nilai integritas yang diinginkan. Saatnya bergerak, dengan menentukan langkah pencegahan di dunia pendidikan serta menjadi guru milenial untuk #gurupenggerakintegritas. Siapakah #gurupenggerakintegritas itu? Guru penggerak integritas yaitu guru yang siap bergerak bersama dengan kesadaran tanpa paksaan dan sangat memahami perubahan Indonesia harus dimulai dari dunia pendidikan, dengan menanamkan nilai-nilai integritas. Dimana integritas dimaknai dalam pemahaman yang menyeluruh bukan setengah-setengah. Integritas yang dapat diartikan sebagai konsentrasi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan serta sikap yang konsisten antara tindakan dengan nilai dan prinsip. Metode dan media #gurupenggerakintegritas  Board Game Integritas KPK Film untuk jenjang dasar dan remaja Buku buku, komik, majalah Senam. Tanya jawab termin 1  Muh. Sidiq Permana: Bagaimana pengalaman dan implementasi Antikorupsi di sekolah dasar atau jenjang  lainnya? Jawaban dari bu Intan: Berbicara tentang pengalaman di lapangan pasti banyak sekali yang mau saya share di sini. Mungkin saya akan share testimoni dari teman-teman KGB Solo Raya yang sering membantu dalam kolaborasi insersi nilai antikorupsi di sekolah sekitar Solo Raya.  Jawaban dari bu Intan: Untuk board game PDKT saya ajak anak SMP kelas 8 laki-laki. Saat saya menjelaskan caranya untuk anak yang maunya bermain menggunakan fisik kurang tertarik dengan permainan PDKT karena harus berpikir. Tapi untuk anak perempuan tertarik untuk bermain terus karena mereka dapat menebak dan mengumpulkan bintang banyak. (Testimoni dari Yuliana Nurochimah, SMP IT INSAN CENDEKIA TRUCUK)  –“berarti pelaksanaan di luar KBM bu Intan? Soalnya di SD biasanya sudah ditemakan kegiatan seharinya? Puspa : Pendidikan karakter yang dikemas dengan kerjasama lintas kelembagaan. Boleh saya dengar cerita-cerita seru tentang bagaimana respon siswa / guru / pihak sekolah di lapangan terhadap suplemen program ini? Jawaban dari bu Intan :  Cerita seru selalu saya bagi di medsos bu, boleh di kepoin. Biasanya sebelum kita masuk ke kelas, kami menyiapkan TNA (training need analisys) yang berisi desain pembelajaran dan output learning . Untuk tingkat dasar biasanya kita buka 3 zona : zona story telling, zona nobar dan zona board game yang nanti kita rolling dengan durasi yang sudah ditentukan dan disesuaikan usia audience. Kalau untuk jenjang SMP.  Agak lebih detail dengan fungamen, sedikit materi inti, board game dan sharing. Terakhir tetap evaluasi dan refleksi. Kalau jenjang SMA dan PT beda lagi metode dan boardgame yang digunakan. Kalau respon siswa: seringkali waktu habis tidak mau berhenti bermain dan pindah zona. Respon guru: banyak yang dipelajari dengan kegiatan seperti ini, karena kita tidak hanya menginsersi nilai antikorupsi saja tapi tetap berpegang pada konsep merdeka belajar dan memanusiakan hubungan. Shofi : Saya tertarik dengan board game yang diaplikasikan pada pembelajaran terutama untuk anak-anak level TK dan SD, mungkin bisa sedikit diberi gambaran, isi boardgame seperti apa dan cocoknya di aplikasikan ke mata pelajaran apa? Adakah kesulitan saat memainkan board game ini bersama anak-anak suai TK dan SD kelas rendah? Jawaban dari bu Intan :  Isi boardgame tetap edukasi untuk insersi 9 nilai anti korupsi. Dengan cara yang sangat disesuaikan dengan STPPA (Satuan tingkat pencapaian perkembangan anak) tingkat TK dasar, spesifik boardgame keranjang bolong, terajang dan kwarte sahabat pemberani. Cocok diaplikasikan di semua mapel. Apalagi di Kurikulum 13 menggunakan tematik jadi lebih bisa luwes.  Jawaban dari bu Intan:  Kesulitan ketika fasil / guru belum playtest, kalau sudah mencoba insyaAllah tidak ada kesulitan –“ Jadi penasaran, bagaimana bentuk boardgame dan kira-kira dimana bisa mendapatkannya bu? Jawaban dari bu Intan:  untuk mendapatkannya cukup bersurat ke KPK saja di sertai rencana penggunaan untuk apa. Tanya jawab termin 2 Kharisma: Saya guru SMA, saya tertarik dengan metode dan boardgame yang digunakan di jenjang SMA. Mohon bisa di beri contoh bagaimana pemanfaatannya. — Menginsersi nilai antikorupsi untuk anak SMA yang super kritis perlu terapi yang sangat memanusiakan mereka. Di antaranya dengan komik, film pendek remaja, poster, board game sampai diskusi tentang semangat melawan korupsi versi mereka.  Guru tinggal memberi penguatan dan support tentunya. Boardgame untuk SMA banyak, misalnya Terajana, PDKT, The Suspect, Politik dll Anis: Saya tertarik dengan duta pelajar KPK. Jika sekolah kami mengadakan duta KPK, siapakah penilaiannya?, bagaimana menggerakkan penghuni sekolah untuk sadar KPK, jika selama ini yang saya tahu hanya ada simulasi kartu KPK, dan berhenti sampai di sini saja. Bagaimana tahap selanjutnya? — Untuk duta pelajar KPK lingkup sekolah yang wajib diperhatikan adalah outcome. Setelah terpilih mau apa dan bagaimana. Jadi indikator dari penilaian di level berapa? Latar belakang sifat dan karakter selama di sekolah seperti apa? Sampai pada paparan rencana aksi setelahnya. Cara menggerakkan penghuni sekolah: Yang pertama harus mampu menjadi “Agent of Change” Guru Penggerak integritas. Masalah yang lain mengikuti atau jalan di tempat lihat nanti. Simulasi dan insersi nilai antikorupsi tidak bisa instant, butuh bertahap, konsistensi, sederhana namun tetap selalu menarik. Caranya dengan selalu mengupgrade media dan metode. –“ untuk duta pelajaran KPK boleh siapa saja asal syarat terpenuhi? Lantas kita mengupgrade media dan metodenya dari cara mana saja dan langkah apa saja? — upgrade media dan metode, silahkan di buka kanal KP di ACLC (anti-corruption learning center) Perlu percikan yang apik untuk sebuah formula manjur bagi generasi anti korupsi dan saat berjumpa di kelas adalah jawabannya. Semangat bergerak #GuruPenggerakIntegritas.

Guru Masa Depan, Guru Merdeka Belajar yang Berinovasi

Pelatihan Wadah Inspiring Teacher Bandung tahap dua diadakan pada tanggal 20 Juli 2019 dan diikuti oleh 14 orang peserta. Proses pelatihan sebenarnya sudah dimulai beberapa minggu sebelum pelatihan tatap muka diadakan di hotel Ibis Style Braga, Bandung. Di proses pelatihan sebelumnya para peserta diberikan beberapa tugas dan laporan yang harus diselesaikan, tujuannya adalah para peserta dapat merancang dan membuat media ajar yang akan dibawa dan diuji coba pada pelatihan tatap muka. Tugas dan laporan dikerjakan secara online, ada yang melalui diskusi online dan google classroom. Selain karena kesibukan mengajar, hal ini menjadi tantangan tersendiri karena tidak semua peserta pelatihan terbiasa menggunakan media online dalam berkomunikasi dan bekerja. Dari sekitar 40 peserta yang ikut pelatihan tahap 1 hanya 14 orang yang berhasil menyelesaikan tugas untuk bisa lanjut ke tahap 2. Kegiatan dimulai pukul 08.00 pagi. Peserta yang sudah hadir melakukan registrasi melalui google form dan mengambil modul pelatihan. Kemudian peserta melakukan aktivitas Potret Belajar (S,I,P), yaitu berupa sesi refleksi dari Wardah Inspiring Teacher sesi sebelumnya. Peserta menuliskan pengalaman dari sesi pelatihan sebelumnya yaitu apa yang sudah mereka ketahui, apa yang sudah mereka ketahui dan apa yang telah mereka pelajari tentang inovasi media ajar. Pada sesi berikutnya, peserta diarahkan bisa merancang pertanyaan untuk proses uji coba media ajar secara berkelompok. Pada kegiatan ini peserta diharapkan bisa merumuskan pertanyaan esensial dalam uji coba. Peserta bisa mengetahui tahapan dalam melakukan uji coba, purwarupa media ajar, memahami teknik pengumpulan dan pengolahan data uji coba media ajar dan bagaimana menyusun rubrik penilaian media ajar. Tantangan peserta yaitu ketika bagaimana menilai dirinya sendiri menggunakan rubrik yang dicontohkan oleh pemateri. Meskipun terlihat sulit, dalam mengukur kemampuan diri menggunakan rubrik para peserta bisa menyelesaikannya. Selanjutnya peserta dibagi menjadi 3 kelompok. Para peserta diminta untuk melakukan uji coba. Peserta diharapkan bisa menangkap data ketika uji coba. Yaitu meliputi apa yang masih perlu dipertahankan, ditingkatkan dan dihentikan. Sesi yang sangat menakjubkan dimana para peserta dengan kreativitasnya menciptakan beragam media ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan murid-muridnya. Pak Imam salah satu penggerak KGB Bekasi membuat papan kesepakatan bersama yang isinya bisa diganti-ganti dengan jadwal rutinitas belajar berupa gambar visual yang mudah dikenali murid-muridnya untuk yang memang kebanyakan anak berkebutuhan khusus. Kegiatan dilanjutkan dengan refleksi uji coba media ajar dilakukan setelah melakukan uji coba. Ada tiga hal yang perlu direfleksikan yaitu:1. Seberapa empati kita kepada kondisi dan kebutuhan murid?2. Aspek bentuk dan aspek penggunaan media ajar?3. Seberapa efektif media yang dibuat membantu ketercapaian tujuan belajar? Dalam kegiatan ini para peserta menilai media ajar yang telah mereka buat. Selain menilai secara pribadi, mereka pun meminta umpan balik dari peserta lainnya. Masuk ke materi selanjutnya, pelatih menjelaskan bahwa semua peserta wardah inspiring teacher adalah salah satu profil guru masa depan. Profil guru masa depan salah satunya adalah menjadi guru merdeka belajar, yaitu guru yang komitmen terhadap tujuan belajar, mandiri dengan menentukan cara belajar serta melakukan refleksi belajar. Empat kunci Cikal dalam pengembangan cita-cita guru.Pertama adalah kemerdekaan, yaitu guru mempunyai kesempatan menentukan tujuan, cara dan refleksi belajar untuk terus menerus melakukan pengembangan diri, seperti: terlibat dalam menetapkan target kinerja sekolah dan guru, memilih pelatihan yang sesuai kebutuhan belajarnya, dan melakukan refleksi berkala terhadap capaian dan proses mencapai target. Kedua adalah kompetensi yaitu guru mempunyai kesempatan mengembangkan kompetensinya sehingga siap menghadapi tantangan pengajaran sesuai bidang studi, murid yang diajar dan relevan dengan konteksnya, seperti kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang sesuai kebutuhan belajarnya, kesempatan melakukan proyek percobaan, kesempatan mendapatkan umpan balik berkualitas dan kesempatan menilai kompetensinya. Ketiga adalah kolaborasi yaitu guru mempunyai kesempatan melakukan kolaborasi dengan guru dan komunitas untuk menghasilkan karya atau mencapai tujuan bersama, seperti: kesempatan berinteraksi ke sekolah lain, kesempatan terlibat di komunitas yang relevan dan kesempatan melakukan proyek bersama. Keempat adalah karier yaitu guru mempunyai kesempatan untuk mengenali, memilih, merencanakan dan mengembangkan karir sesuai potensi dan aspirasinya dengan tetap mengajar di kelas, seperti kesempatan berkarya, kesempatan mengenalkan karya melalui presentasi, pameran atau di web/aplikasi dan mendapat umpan balik terhadap karyanya. Di sesi akhir pembicara menjelaskan tentang karir protean guru. Pembicara menunjukkan sebuah gambar, yaitu karir guru diibaratkan sebuah tangga dan berakhir di kepala sekolah atau pengawas. Peserta diajak untuk membayangkan berapa jumlah kepala sekolah dan berapa yang hanya menjadi seorang guru. Karier guru diibaratkan sebuah pohon. Akar dan batang nya adalah guru tetapi bisa bercabang. Cabang cabang ini bisa berupa menjadi koki, fotografer, penulis, pelatih dan sebagainya.Guru bisa berkarir menjadi apapun dia mau. Untuk lebih memahami , sesi ini diisi dengan talkshow. Menghadirkan Pak Suhud Rois dari Komunitas Guru Belajar Cimahi dan pak Aye dari Kampus Guru Cikal. Pak Suhud menceritakan pengalamannya sebagai seorang guru dan bagaimana memulai karir protean sebagai penulis, editor SKGB dan buku lainnya yang pastinya sudah ber ISBN wow dan juga pembuat mainan. Pak Suhud menceritakan bahwa beliau tidak melalui jenjang pendidikan khusus untuk menjadi editor atau desain grafis melainkan beliau belajar sendiri alias otodidak. Pesan pak Suhud terhadap peserta adalah jangan takut untuk memulai menulis yaitu nulis aja dulu. Sementara pak Aye bercerita pengalamanya yang sejak tahun 2000-an aktif membuat dan memproduksi mainan edukasi anak anak bahkan sempat diliput media nasional dan menjuarai tingkat nasional pula. Namun motivasi terpenting untuk peserta adalah bagaimana kita ikhlas menjalani profesi guru, ikhlas meluangkan waktu untuk murid untuk mencapai tujuan belajarnya Dari rangkaian kegiatan di atas, saya melihat bahwa setiap guru punya kesempatan menjadi guru masa depan, guru yang didambakan murid untuk bisa jadi panutan dan teman belajar. Guru bukanlah profesi yang bisa digantikan oleh mesin atau kecerdasan buatan, karena guru memiliki kesempatan untuk bisa memanusiakan hubungan dengan semua pemangku kepentingan. Kemudian kita harus berefleksi kembali, apakah kita sudah menjadi guru yang akan mengantarkan murid kita mencapai tujuan pendidikan ? atau bahkan kita belum menjadi guru merdeka belajar ?

Merdeka Belajar, Mengapa Guru Harus Belajar?

Mengapa guru harus belajar? Kalimat tersebut membuka sesi Nobar di SDIT Bina Insani kali ini. Membersamai murid dalam kegiatan demi kegiatan pasti menemukan dinamika pertumbuhan dan perkembangan mereka. Hal-hal baru tentang murid bisa jadi guru temui tanpa disadari. Guru merasakan perubahan tingkah laku murid, guru mendapati nilai ulangan semakin membaik, guru mengerti betul kronologi murid yang semakin dewasa. Itu semua merupakan perubahan-perubahan yang perlu disikapi dengan baik dan tepat. Jika perubahan murid yang positif saja perlu penyikapan yang tepat agar bertahan dan bertambah baik, apalagi perubahan peserta didik kita yang justru makin buruk. Tentu saja kedua fenomena tersebut perlu kompetensi guru yang semakin meningkat. Belajar Bersama Komunitas Guru Belajar Tanggung jawab kita untuk memberi pelayanan yang tepat tentunya membutuhkan kemampuan yang sesuai dengan perubahan yang terjadi. Apalagi jika kita punya keinginan menjadi guru yang semakin profesional. Kita perlu merespon semua perubahan dengan lebih tepat. Itulah alasan mengapa kita masih perlu belajar bersama Komunitas Guru Belajar. Komunitas Guru Belajar Semarang mempersembahkan Nonton Bareng Guru Merdeka Belajar dan Manajemen Kelas. Kami bukanlah kekuatan satu-satunya, kami KGB Semarang hanyalah satu dari sekian komunitas yang peduli akan pergerakan pendidikan pun dimulai dari langkah yang terkecil yang banyak digandrungi dan tak bisa ditolak orang. Ya, nonton bareng. Nonton Bareng GMB ini diselenggarakan di Aula SDIT Bina Insani pada hari Sabtu, 7 September 2019. Nonton bareng ini dihadiri oleh kurang lebih 50 peserta yang terdiri dari para guru TK, SD dan manajemen Bina Insani.  Acara nonton bareng guru merdeka belajar ini berlangsung kurang lebih selama 2,5 jam. Nobar ini dikoordinatori Pak Teguh, salah seorang guru SDIT Bina Insani, dipandu dan diliput oleh Elvrida Rosalia Indraswari, salah satu penggerak dan host KGB Semarang. Dari 2,5 jam yang ada, acara ini diawali dengan pembukaan dan ice breaking. Pemandu lantas memberikan cuplikan kata singkat tentang merdeka belajar, apa yang diketahui peserta tentang merdeka belajar dan mengapa penting. Mengapa kita harus menjadi guru yang merdeka belajar. Berbekal Surat Kabar Guru Belajar edisi 6 dan 7 tentang merdeka belajar dan refleksi belajar, sejak dari awal acara ini sudah sangat menyita perhatian para peserta. Kemudian tentunya sesuai judul maka selanjutnya adalah sesi nonton bareng. Video berdurasi 15 menit yang cukup menggugah hati ini disaksikan secara hitmat oleh 15 pasang mata yang ada. Salah satu komponen yang dibahas adalah komponen dari merdeka belajar itu sendiri. Ibu Najeela Shihab mengemas kata-kata yang cukup menggelitik para peserta dan hatinya. Sesi terakhir yang tentunya berlangsung cukup lama dan interaktif adalah pada sesi diskusi dan refleksi. Para peserta diajak untuk merefleksikan apa yang sudah dipahaminya dari menonton video tadi.  Baca Juga: Merdeka Belajar Bukan Jargon Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang kami bahas pada sesi refleksi: 1. Di antara semua miskonsepsi tadi, mana yang paling menggambarkan diri Anda? 2. Ciri Guru Merdeka Belajar adalah Komitmen pada tujuan, Mandiri terhadap cara belajar dan Melakukan refleksi. Apakah Anda setuju dengan pernyataan tersebut ? Apa alasannya?3. Apakah Anda ingin menjadi Guru Merdeka Belajar ? Apa alasannya?4. Sebagai Guru Merdeka Belajar, apa perubahan yang ingin Anda lakukan di kelas?5. Sebagai Guru Merdeka Belajar, apa pengembangan diri yang ingin Anda lakukan bersama Komunitas Guru Belajar? Selama kurang lebih 2 jam yang tersisa kami berusaha membuat sesi refleksi ini bermakna, tak hanya memainkan pemikiran kami tapi juga membuat hati kami lebih bergelora, memaknai setiap pertanyaannya sebagai suatu pembelajaran yang dikemas melalui konsep nonton bareng. Diantara miskonsepsi yang disebutkan dalam video nobar, sebagian besar adalah sama pada dikejar target dinas. Lalu apakah peserta setuju bahwa ciri dari guru merdeka belajar adalah 3 tersebut? Ya, mereka sangat setuju. Karena berawal dari tujuan yang jelas dan komit akan tujuan tersebut, seorang guru akan mandiri untuk belajar dan kemudian merefleksinya untuk suatu progres yang semakin baik. Ketika ditanya apakah ingin menjadi seorang Guru Merdeka Belajar? Maka tampak dari bibir dan sorot mata para peserta berkata “Ya”. Penuh semangat yang bergelora, tergambar dari sorot mata dan refleksi ini. Para peserta semakin belajar bahwa guru harus belajar, memanajemen kelas sebaik mungkin, menjadi guru yang merdeka belajar. Peserta berucap syukur sebab memahami merdeka belajar. Kami mengakhiri nonton bareng ini dengan memekikkan semangat kemerdekaan, sebagai titik balik bahwa kami sudah berada di depan gerbang merdeka belajar dan siap untuk berpetualang. Foto bersama pun semakin mempermanis sesi nobar kami kali ini. Anda masih penasaran tentang merdeka belajar? Yuk pelajari Surat Kabar Guru Belajar Edisi 6Unduh GratisKlik:

Tutor Merdeka Belajar – Memang Bisa?

Pendidikan Kesetaraan kian diminati oleh masyarakat Banda Aceh. Selain proses belajar yang efisien, materi pelajaran yang diajarkan juga tidak terlalu menuntut peserta didik, tidak seperti sekolah formal pada umumnya. Sehingga kebanyakan peserta yang mendaftar ialah yang sedang bekerja. Melihat kondisi ini, sangat diperlukan Pengajar / Tutor yang tidak biasa pula, tutor yang merdeka belajar. Namun faktanya, Tutor di tempat saya mengajar masih sangat konservatif dan meremehkan kepentingan tujuan dasar pendidikan, bahkan termasuk saya sendiri. Hal ini pula yang mendasari saya mengajak rekan-rekan Tutor, baik yang di Sekolah Pendidikan Non Formal (SPNF) Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Banda Aceh maupun tidak, agar bergabung dengan Komunitas Guru Belajar (KGB) untuk saling membagi ilmu, mengamalkan ilmu, dan menyerap ilmu. Nonton Bareng (Nobar) Guru Merdeka Belajar adalah kegiatan pertama yang berhasil saya adakan pada tanggal 06 September 2019 di SPNF SKB Kota Banda Aceh. Kegiatan ini diikuti oleh Tutor-tutor Bantu sebagai tenaga pengajar di lembaga tersebut. Saya belum bisa mengundang Tutor dari lembaga lain karena instruksi yang diberikan oleh Kepala Sekolah SPNF SKB Kota Banda Aceh, Pak Budi Pramono, agar kegiatan nobar merdeka belajar ini dikhususkan kepada tutor di lembaga sendiri terlebih dahulu. Mungkin untuk tahap selanjutnya akan diadakan dalam skala luas.  Rangkaian acara yang direncanakan akan dimulai pukul 09.00 WIB telah saya persiapkan mulai dari pembukaan, ice breaking, materi yang akan disampaikan, slide presentasi, refleksi yang akan ditampilkan, perkiraan pertanyaan serta jawaban yang akan diberikan. Akan tetapi, ketika saya tiba di kantor, rekan-rekan saya mengajak untuk nongkrong terlebih dahulu. Maka berubahlah ide ice breaking tadi menjadi bersantai di warung kopi sambil menikmati pemandangan dan sarapan. Dan ternyata sangat membantu saya dalam menyampaikan materi ketika acara dimulai.  Sekitar pukul 10.00, kami sudah tiba kembali di kantor. Saya langsung mempersiapkan segala alat yang diperlukan; proyektor, laptop, speaker, dan alat tulis untuk refleksi. Alhamdulillah, rekan Tutor membantu saya menyiapkan tempat duduk dan perlengkapan juga untuk mendukung nobar merdeka belajar. Sebelum saya membuka acara, saya pastikan terlebih dahulu teman-teman sudah siap mendengarkan apa yang akan disampaikan. Ada yang sudah siap dengan memeluk bantal, dengan melipat tangan di atas meja, bahkan ada yang sudah santai dengan kaki terlipat di bangku depan. Setelah memastikan peserta siap mendengarkan, saya memulai acara dengan pembukaan salam dan menanyakan kabar. Dikarenakan pesertanya juga teman-teman saya sendiri, maka gaya yang saya bawa pun santai dan tidak terlalu menekan. Pertama, saya memulai acara nonton bareng ini dengan menanyakan teman-teman saya apa itu merdeka. Berikut jawaban yang diberikan teman-teman: “Bebas, Mentari” jawab Pak Ade, Tutor Penjas. Bu Laida, Tutor Sosial, menjawab “Tanpa ada ikatan!”  “Tidak ada hambatan”, ujar Pak Munawir, Tutor Penjas. Saya membenarkan untuk semua jawaban yang telah diberikan. Kemudian saya mengaitkannya dengan Guru Merdeka Belajar untuk membuat teman-teman lebih paham mengenai makna Guru Merdeka Belajar (GMB). Setelah itu, baru saya jelaskan kaitan GMB, KGB dan Temu Pendidik. Dari sesi penjelasan pertama ini, banyak yang menyela untuk memastikan keyakinan pemahaman mereka. Jadi, sesi Nobar Merdeka Belajar ini lebih seperti diskusi sesama tutor. Walaupun demikian, teman-teman saya kelihatan agak sedikit ragu dengan penjelasan saya mengenai temu pendidik dan guru belajar. Terlihat jelas dari raut wajah tak percaya mereka seolah bertanya memang bisa?. Solusinya menurut saya adalah dengan menonton video Guru Merdeka Belajar yang disampaikan oleh Ibu Najelaa Shihab. Video berdurasi kurang lebih 14 menit yang membahas tentang kunci sukses menjadi Guru yang merdeka belajar serta miskonsepsi kebanyakan guru di Indonesia saat ini.   Pada awal pemutaran video ini, teman-teman saya memperhatikan dengan kurang penuh perhatian. Hilir mudiknya pendatang yang keluar masuk pintu, pendatang yang masuk selalu bersuara dan bertanya, dan anak-anak yang berlalu lalang berhasil memecah konsentrasi teman-teman saya yang sedang menyaksikan Ibu Elaa berbicara. Fokus teman-teman saya itu kembali ketika Bu Elaa sedang membahas mengenai miskonsepsi yang selama ini hinggap pada guru-guru di Indonesia. Guru hanya mau belajar jika mendapat insentif, guru harus belajar dari ahlinya, guru hanya belajar jika disuruh, guru hanya belajar jika dipaksa, dan guru belajar hanya untuk diri sendiri. Mereka semuanya terdiam dan fokus sekali pada apa yang dikatakan oleh Ibu Elaa tentang bagaimana ada guru di luar sana yang melakukan hal yang berlawanan dengan miskonsepsi di atas. Alhamdulillah, sampai video selesai, fokus mereka tidak hilang dan tetap fokus pada pemaparan Ibu Elaa.  Baca Juga: Merdeka Belajar Bukan Jargon Video selesai diputar dan saatnya sesi tanya jawab. Ada beberapa pertanyaan yang muncul.  Bu Laida bertanya, “Berarti Mentari, di kegiatan ini, kita gak akan belajar dari ahlinya?” Saya menjelaskan kembali konsep yang saya paparkan di awal ketika pembukaan kegiatan ini. Bahwa fungsi dari terbentuknya forum temu pendidik ini ialah sharing ilmu dan pengalaman sehingga bisa saling memberikan manfaat dan membantu. Saya memberikan contoh bagaimana metode Bu Laida pernah mengajar di kelas. Nanti metode itu diceritakan ke teman yang lain, yang mana tau bisa digunakan di kelas juga. Bahkan kita bisa belajar dari PKBM lain yang ada disekitar kita seperti PKBM Ruman Aceh dan PKBM Kiat Usaha. Oleh sebab itu, sangat bermanfaat jika ada forum tutor ini. Bila ada dukungan, bisa jadi kita mendatangkan ahli juga untuk menguatkan apa yang telah dilakukan. Bu Laida juga bertanya lagi mengenai konsep kemitraan di poin pembahasan mengenai kemandirian guru merdeka belajar. Saya mencoba menjelaskan dengan contoh yang memang sudah pernah teman-teman lakukan di kantor. Yaitu bagaimana kebingungan Bu Amidiah ketika dibebankan pelajaran keterampilan. Bu Laida dan Bu Zuhra sepakat sama-sama akan membantu Bu Amidiah untuk mengisi kelas. Sudah dilakukan, Bu Elaa hanya menyampaikan dalam bentuk bahasanya saja, yaitu kemitraan. Pak Ade tidak bertanya, hanya memastikan kembali mengenai tangga kemandirian. Bahwa kemandirian guru selama ini baru sampai pada tahap konsultasi saja. “Guru yang merdeka belajar akan memberdayakan dan memegang kendali atas proses belajar yang kita lakukan” begitu kata Bu Elaa. Setelah selesai sesi tanya jawab, dilanjutkan dengan sesi refleksi. Saya memberikan empat pertanyaan yaitu: Diantara semua miskonsepsi tadi, mana yang paling menggambarkan diri teman-teman? Ciri Guru Merdeka Belajar adalah komitmen pada tujuan, mandiri terhadap cara belajar, dan melakukan refleksi. Apakah teman-teman setuju? Mengapa? Apakah teman-teman ingin menjadi Guru Merdeka Belajar? Mengapa? Sebagai Guru Merdeka Belajar, apa perubahan yang ingin teman-teman lakukan di kelas? Mungkin dikarenakan jam sudah menunjukkan … Read more