Praktik Asesmen Diagnosis, Tatap Maya Seindah Tatap Muka

Bapak dan Ibu guru merasa praktik asesmen diagnosis saat tatap maya tak seindah tatap muka? Merasakan banyak yang hilang dan memengaruhi proses belajar di kelas? Yap, pandemi yang datang ternyata menjungkirbalikkan kebiasaan-kebiasaan bapak dan ibu guru. Mungkin banyak para guru yang sudah memiliki kebiasaan pembelajaran dengan praktik asesmen diagnosis tatap muka namun tiba-tiba harus menjalankan pembelajaran praktik asesmen diagnosis tatap maya.  Tapi tenang bapak dan ibu guru, di dalam tulisan ini kita akan bahas lebih lanjut bagaimana sih membuat praktik asesmen diagnosis saat tatap maya seindah tatap muka. Tanpa berlama-lama, kita akan dengarkan cerita dari Ibu Anggi Rizka Pustika, yang mana anggota KGB Klaten dan mengajar di SD Negeri Bogem 2. Baca Juga: Praktik Asesmen Formatif dalam Pembelajaran Jarak Jauh “Lah, bikin nilai anak, ya tinggal kasih soal, beri nilai. Udah, deh. Beres! Ngapain repot mikir lainnya? Jawaban anaknya itu, ya udah itu nilai dia. Titik!” Proses belajar itu ya murid datang ke sekolah, guru membuka pertemuan, memberikan penjelasan, berlatih soal, membahas soal. Sudah cukup. Ketika materi habis, oh, ini artinya murid akan guru berikan ulangan untuk tahu capaian belajar mereka. Ulangan, koreksi, beri nilai selesai. Ya, semudah itulah saat awal-awal kegiatan Ibu Anggi dalam melakukan penilaian kepada murid. Apalagi belia seringkali mendengar kalimat-kalimat seperti ini. “Ah, guru itu gak bikin ulangan, gak koreksi aja udah tahu mana murid yang pinter mana yang enggak” atau “Hanya melihat wajahnya saja sudah hafal. Sudahlah tidak perlu repot. Seperti teman pada umumnya saja)”. Lagi-lagi tidak usah repot adalah kata sakti yang sempat membuat Ibu Anggi meyakini ketika melakukan penilaian kepada murid: yo wes (ya sudah). Gak usah repot. Lalu, tiba-tiba pandemi datang dan menjungkirbalikkan kebiasaan-kebiasaan yang selama ini Ibu Anggi lakukan. Ibu Anggi, guru yang sudah memiliki kebiasaan mengajar lebih dari delapan tahun, merasa bingung seketika. Tidak ada interaksi fisik langsung. Tidak ada teriakan, yang dari jauh dulu beliau tahu ini adalah suara si A. “Ya ampun….! Ini lembar kerja milik siapa? Kenapa gak dikasih nama, sih?” Ibu Anggi benar-benar merasa kebingungan, padahal sebelumnya beliau hafal tulisan setiap muridnya. Ibu Anggi merasa ada banyak yang hilang dan memengaruhi proses belajar di kelas. Beliau pun sempat menganggap jika tatap maya tak seindah tatap muka. Termasuk dalam proses penilaian. Keyakinan beliau bahwa penilaian gak usah repot, goyah.  “Si B suaranya kenceng. Mengerjakan tugas pasti dengan mengetuk-ngetuk meja. Kekuatannya ada pada numerasi, lemah dalam seni.”. Suara, gestur, tulisan, sifat, sikap, cara mengerjakan biasanya bisa beliau kenali dengan interaksi langsung. Lalu saat pandemi? Benar-benar menjadi big problem bagi Ibu Anggi. Beliau gak bisa mengetahui perkembangan si A ini bagaimana, si F seperti apa, si C kuat di bagian apa. Beliau merasa asing dengan murid-murid. Lantas beliau  bertanya kepada dirinya sendiri, “Kalau begini caranya, bagaimana bisa saya melakukan penilaian tanpa repot?”. Beruntunglah pada 2017, Ibu Anggi dipertemukan dengan Komunitas Guru Belajar. Kebingungannya tentang proses belajar kala pandemi mendapat jawaban dari komunitas ini. Termasuk tentang penilaian. Asesmen diagnosis menjadi jawaban atas masalah beliau dalam mengenal murid. Melalui KGB, Ibu Anggi menjadi paham bahwa penilaian untuk murid itu menyeluruh. Bukan hanya kasih soal, koreksi, beri nilai, selesai. Asesmen bagi murid itu hal yang kompleks dan butuh beragam cara untuk mendapat hasil yang akurat. Mudahnya, asesmen bisa diibaratkan seperti proses ketika kita sakit dan butuh pergi ke dokter. Ketika kita datang, dokter tidak akan langsung memvonis, “Oh, kamu sakit X”. Dokter akan memberikan beberapa pertanyaan terlebih dahulu. “Apa yang Anda rasakan? Sejak kapan? Bagian mana yang sakit?” Setelah itu, barulah pemeriksaan dimulai. Dokter akan mengaitkan hasil pemeriksaan dengan gejala yang nampak. Jika diperlukan, didukung dengan hasil tes laboratorium untuk menegaskan diagnosisnya. Ibu Anggi pun sadar, proses yang dilakukan oleh dokter ini seharusnya beliau lakukan pula kepada muridnya. Sayangnya, beliau tidak lakukan. Hasil belajar di KGB kemudian Ibu Anggi terapkan, refleksi. Apa yang selama ini bisa dengan mudah beliau ketahui ketika tatap muka, lantas beliau catat. Apa yang butuh beliau ketahui dari murid, beliau jadikan acuan untuk membuat asesmen diagnosis, membuat profil murid. Ibu Anggi kemudian membuat daftar pertanyaan melalui Google Form. Pertanyaan tersebut beliau klasifikasikan menjadi dua jenis, berupa daftar pertanyaan yang umum dan daftar pertanyaan yang khusus serta detail. Daftar pertanyaan yang umum itu seperti ketika kita membuat biodata bagi murid baru. Pertanyaannya seputar nama orang tua, nama anak, alamat tinggal, serta pekerjaan. Jika biasanya dalam biodata isian diwakilkan data ayah, maka dalam data ini Ibu Anggi meminta diisi baik data ayah maupun ibu. Untuk apa? Untuk mendapatkan gambaran detail apakah anak ini tinggal bersama orang tua atau keluarga lainnya. Data pekerjaan membuat beliau memahami apakah orang tua bekerja semua atau ada salah satu yang di rumah. Jika di rumah, apa yang dia kerjakan? Dilanjutkan dengan pertanyaan khusus. Ibu Anggi mulai dengan menanyakan jumlah anggota keluarga serta dengan siapa tinggal dalam satu rumah. Data ini bermanfaat untuk mengetahui orang dewasa yang berpotensi untuk menjadi pendamping belajar murid selain ayah atau ibunya. Berapa jumlah gawai yang dimiliki dan apa saja juga beliau tanyakan. PJJ dalam gambaran Ibu Anggi pastinya akan sangat membutuhkan gawai. Oleh karena itu kepemilikan gawai ini sangat penting untuk beliau ketahui agar beliau dapat menentukan bagaimana proses belajar yang sesuai dengan kondisi mereka. Salah satu pertanyaan penting lainnya adalah berapa rupiah yang digunakan seluruh keluarga dalam satu bulan untuk kuota internet. Akan sangat tidak bijak jika Ibu Anggi tidak tahu hal ini, lalu setiap hari mengajak murid menggunakan video conference, padahal untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari orang tua masih mengalami kesulitan. Oh, iya, Ibu Anggi tanyakan hal ini sebelum ada kuota dari Kemendikbud. Ibu Anggi merasa tetap penting juga untuk mengetahui meskipun saat ini telah ada kuota bantuan dari Kemendikbud.  Setelah Ibu Anggi kirimkan tautan Google Form ini ke grup WhatsApp, orang tua merespon dengan sangat baik. Tak berapa lama, beliau sudah mendapatkan data anak-anak dari orang tua. Ibu Anggi juga meminta murid untuk menceritakan dirinya untuk mendapatkan data diri yang lebih personal. Beliau ajukan pertanyaan panduan seperti yang beliau ajukan kepada orang tua mereka. Ada pertanyaan umum dan khusus juga. Pertanyaan umum seperti nama diri, alamat tinggal, nama orang tua, dan pekerjaan orang tua. Pertanyaan khusus seperti … Read more

Praktik Asesmen Formatif dalam Pembelajaran Jarak Jauh

Bapak dan ibu guru merasa lebih susah mengajar saat pandemi? Lantas, apakah bapak dan ibu guru juga merasakan kebingungan dan ketidakpastian dalam beradaptasi dengan proses belajar mengajar selama pandemi ini? Pandemi ini ternyata mulai mengubah tatanan kehidupan, tak terkecuali pada dunia pendidikan di Indonesia. Proses belajar mengajar yang semula dilakukan dengan tatap muka, namun kini proses belajar mengajar dilakukan secara jarak jauh dengan memanfaatkan jaringan internet, serta teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini pun memengaruhi juga dalam penerapan asesmen yang diberikan baik praktik asesmen formatif dan sumatif yang dilakukan oleh bapak dan ibu guru. Dari segi manfaat, dilakukannya pembelajaran jarak jauh telah menjejakkan proses pendidikan di Indonesia ke arah digitalisasi. Namun di sisi lain, hal itu juga menimbulkan beberapa tantangan. Tantangan berupa bagaimana menerapkan praktik asesmen formatif maupun sumatif, dan juga bagi daerah yang mengalami kendala akses internet dan ketiadaan gawai yang dimiliki murid karena beberapa hal, ini menjadikan pembelajaran jarak jauh cukup sulit untuk dilakukan. Lantas bagaimana menjawab tantangan mengenai pembelajaran jarak jauh dan juga penerapan praktik asesmen formatif dari perspektif guru? Berikut kita simak cerita dari Ibu Arni Idawati, guru di SMA Negeri 5 Sinjai, Sulawesi Selatan. Seperti yang dirasakan oleh guru-guru lain di Indonesia, awalnya Ibu Arni juga merasakan jika tantangan mengajar lebih besar saat pandemi ini, beliau pun juga mencoba beradaptasi dengan proses belajar mengajar di tengah kebingungan dan ketidakpastian selama pandemi ini. Ibu Arni pun mencoba untuk  mendesain cara dan metode pembelajaran terbaik yang karakternya sangat berbeda dengan pembelajaran tatap muka, dengan harapan tujuan pembelajaran yang beliau  rancang tersebut dapat tercapai. Meski demikian, masih ditemukan murid yang belum aktif, seperti tidak mengikuti saat online class berlangsung atau tidak bisa dihubungi saat online class berlangsung.. Imbasnya, murid tersebut tidak memahami konten, dan tentunya tidak mampu menggunakannya dalam konteks kehidupan nyata. Kondisi tersebut diketahui oleh Ibu Arni dari hasil penilaian yang beliau praktikkan. Ternyata Ibu Arni hanya fokus kepada asesmen sumatif yang menekankan perolehan hasil belajar murid. Padahal, murid lebih membutuhkan pengalaman belajar yang berorientasi kepada proses, umpan balik, dan tindak lanjut pencapaian belajar. Bukan sekadar penugasan melalui tes dan pemberian nilai. Baca juga: Asesmen Formatif Membuat Murid Berkembang, Guru Senang, Orang Tua Tenang Berangkat dari hal tersebut, dalam pembelajaran tentang fluida (zat yang dapat mengalir) di kelas XI IPA, Ibu Arni menerapkan asesmen diagnosis untuk mendapatkan informasi tingkat kompetensi murid dalam ranah sikap, pengetahuan, maupun keterampilan. Diketahui jika murid di kelas tersebut rata-rata berusia 16 – 17 tahun, dengan komposisi putra-putri sebesar 1:2. Sebagian besar murid suka menonton YouTube, belajar menggunakan ponsel, dan terbiasa menggunakan ponsel dalam aktivitas sehari-hari. Data ini beliau peroleh dari diagnosis awal yang dilakukan pada awal tahun pelajaran. Adapun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam materi fluida adalah murid dapat menjelaskan tekanan, memformulasikan tekanan, menjelaskan tekanan hidrostatis, memformulasikan tekanan hidrostatis, menerapkan tekanan hidrostatis dalam kehidupan sehari-hari. Ibu Arni pun melakukan praktik asesmen formatif karena beliau benar menyadari bahwa murid membutuhkan penilaian yang berorientasi kepada proses pembelajaran agar mereka memperoleh umpan balik dari guru untuk memperbaiki capaian belajar. Melalui bimtek guru belajar di masa pandemi yang diselenggarakan oleh Kemendikbud secara daring melalui Sim PKB, beliau semakin paham bahwa pada masa pandemi praktik asesmen formatif jauh lebih penting dibandingkan praktik asesmen sumatif untuk mengetahui perkembangan penguasaan kompetensi. Saat melakukan praktik asesmen formatif, Ibu Arni juga mengumpulkan informasi yang bisa membantu beliau dalam memberi umpan balik dan tindak lanjut proses belajar, serta membantu murid memperbaiki cara belajar dengan menentukan kembali strategi belajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Skenario pembelajaran untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran, yang dibuktikan dengan kemampuan murid menerapkan konten materi dalam kehidupan sehari-hari, dapat Ibu Arni gambarkan seperti berikut ini. Pada awal pertemuan, Ibu Arni memberi tautan Google Teams kepada muridnya. Mereka menonton video yang menjelaskan kompetensi dasar fluida statis dalam materi tekanan hidrostatis. Setelah itu, beliau meminta murid untuk menjawab beberapa pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman awal mereka. Pertanyaan-pertanyaan yang beliau berikan seperti ini: 1. Mengapa paku dibuat runcing?  2. Apa hubungan antara paku runcing dengan tekanan?  3. Mengapa ban mobil jip berbeda dengan ban mobil sedan? 4. Apa hubungannya dengan tekanan? Kemudian, saya berikan pertanyaan lagi pertanyaan simpulan tentang persamaan tekanan. Setelah murid mendefinisikan materi tekanan, beliau pun bertanya, “Mengapa struktur jembatan semakin ke bawah semakin tebal?” Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut murid dapat menjelaskan dan memformulasikan persamaan tekanan hidrostatis. Selanjutnya murid mengerjakan soal-soal latihan sederhana tentang formulasi persamaan tekanan dan tekanan hidrostatis menggunakan Google Form. Berikutnya, beliau meminta murid menyaksikan tayangan video singkat tentang tekanan hidrostatis dan pembuktian materi ini dengan percobaan sederhana menggunakan botol bekas. Murid membuat lubang di kedalaman yang berbeda, kemudian mengamati dan menghitung jarak pancuran air di kedalaman yang berbeda. Lalu, murid mengamati bagaimana pancuran air jika botol dalam keadaan terbuka dan bagaimana jika botol dalam keadaan tertutup. Mereka menjatuhkan botol dari ketinggian tertentu untuk menyelidiki ada tidaknya pengaruh gravitasi terhadap air yang keluar pada botol. Pada tahap ini, murid belajar mandiri, secara kontekstual membuktikan teori. Mulai dari tahap identifikasi, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan menarik kesimpulan. Selain itu, murid dilatih berpikir kreatif dalam pemecahan masalah dan pembuktian konsep. Akhirnya, tiba saatnya murid mengaplikasikan konten dalam kehidupan nyata, yakni melakukan percobaan bersama kelompoknya. Sebagai tagihan, murid mendesain produk berupa sebuah video pembuktian materi tekanan hidrostatis dengan menggunakan botol bekas. Ada hal yang sangat membuat Ibu Arni bangga. Desain yang dirancang murid beragam. Mulai dari melakukan pengamatan langsung struktur jembatan/pelabuhan; kemudian merumuskan masalah dari berdasarkan hasil pengamatan, menjelaskan materi, melakukan percobaan untuk membuktikan teori, sampai kepada kesimpulan akhir. Video yang dihasilkan menunjukkan keragaman cara, teknik, dan model yang digunakan dalam percobaan. Berarti murid dapat meningkatkan kompetensi dengan cara yang berbeda-beda, tapi tetap bermakna.  Ada kelompok yang melakukan percobaan dengan menggunakan dua botol bekas. Dari kedua botol itu, ada yang dilubangi secara vertikal untuk mengamati pancuran air dari lubang di kedalaman yang berbeda. Botol yang lain dilubangi secara horizontal. Dalam percobaan ini, murid mengamati jarak pancuran jika botol dilubangi secara horizontal, bagaimana pancuran air ketika botol dalam keadaan tertutup dan dalam keadaan terbuka, apa hubungannya dengan tekanan hidrostatis, apa yang terjadi jika botol dijatuhkan pada ketinggian tertentu, dan adakah pengaruh gravitasi terhadap … Read more

Penggunaan Teknologi yang Lebih Humanis

Bagaimana penggunaan teknologi yang dapat menciptakan hubungan lebih humanis dengan adanya yang hampir semua kegiatan manusia menggunakan teknologi. Ditambah lagi dengan kondisi darurat Covid-19 yang mengharuskan untuk menjaga jarak?  ini mungkin yang menjadi pertanyaan besar bagi kita, apa bisa? melihat bahwa hampir semua kegiatan manusia ada penggunaan teknologi, bahkan karena begitu canggihnya teknologi sekarang ini sampai-sampai muncul slogan bahwa “Teknologi mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.” Bagaimana tidak terkadang kita sebagai pengguna teknologi terkadang sibuk dengan “gadget” sampai melupakan hal-hal yang ada disekitar kita dan sibuk berselancar di dunia maya. Inilah yang menjadi kekhawatiran dari guru dan orang tua selama masa pembelajaran jarak jauh (PJJ) akan kehilangan sisi humanismenya, karena kondisi memaksa murid dalam proses pembelajaran menggunakan teknologi. Kali ini KBG Makassar Menghadirkan Bapak Ismail Nur Lc, M.Ag sebagai pembicara dalam kegiatan temu pendidik daerah ke 36 yang dilaksanakan secara live youtube di kanal Guru Belajar Makassar. Membahas tentang “Bagaimana Penggunaan Teknologi Menciptakan Hubungan Lebih Humanis? Antara Guru, Murid dan Orangtua kegiatan ini berlangsung pada hari Sabtu, 3 Oktober 2020 yang berlangsung satu setengah jam lebih.  Kegiatan ini berlangsung antara dua negara yakni indonesia dan Mesir. Ibu Anita Taurisia Putri yang bertindak sebagai medorator kegiatan membawa diskusi semakin menarik, diskusi ini mengenai praktik baik dalam proses PJJ antara kedua Negara, Baik dari metode pembelajaran yang menggunakan teknologi maupun sistem pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah Indonesia Kairo – Mesir dimana Bapak Ismail merupakan kepala sekolah disana. Bapak Ismail memulai materinya dengan memaparkan bahwa teknologi sangat dekat dan familiar dengan kita sebagai guru, murid dan orang tua, bagaimana cara mendampingi pembelajaran murid-murid generasi Z yang diajar oleh guru-guru generasi Y yang lahir dan baru mengenal teknologi mungkin di jenjang Sekolah Menengah, berbeda dengan generasi Z yang sejak balita sudah diperkenalkan dengan teknologi oleh orang tuanya. Bapak Ismail juga menjelaskan bahwa tantangan menjadi seorang guru adalah bagaimana menggali kemampuan berpikir kritis murid yang merupakan salah satu keterampilan esensial murid abad 21 Metode belajar abad 21 dimana murid menjadi fokus dalam pembelajaran bukan lagi guru sebagai sumber belajar satu-satunya, melainkan murid bisa menjadi sumber belajar di antara sesama murid saling belajar dengan saling berkolaborasi antara murid dan guru. Berbeda halnya dengan model pembelajaran sebelumnya yang mengedepankan nilai daripada proses dan rangking menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Sehingga untuk pembelajaran abad 21 rangking tidak menjadi penting lagi karena dianggap bahwa rangking tidak dapat menentukan murid dapat bersosialisasi dan berkolaborasi dengan baik. Tetapi yang diharapkan adalah bagaimana murid dapat berkolaborasi sehingga perlu adanya penilaian autentik. Bagaimana menjadi guru abad 21 ? Pertanyaan yang sering kali muncul sekarang ketika harus dihadapkan dengan PJJ yang memaksa para guru untuk mau tidak mau, suka atau tidak suka harus berdamai dengan teknologi. Bapak Ismail dalam materinya membagikan tipsnya yakni dengan “Belajar Dengan Siapa Saja”, mudah namun apakah bisa terapkan. Salah satu pelajaran yang dapat dipetik dari praktik baik pembelajaran bapak ismail tentang “Ahli Waris” bapak Ismail melepaskan egonya untuk bertanya dan belajar kepada muridnya tentang bagaimana cara perhitungan matematika (metode pembagian) dalam materi pembagian ahli waris. Dari sini tercipta kolaborasi antara guru dan murid dimana murid merasa dihargai oleh guru dan guru banyak mengambil pelajaran dari hal tersebut. Tidak hanya itu bapak Ismail juga membagikan sebuah metode pembelajaran yang menarik untuk diterapkan oleh para guru yakni Metode Belajar Flipped Classroom. Flipped Classroom adalah metode belajar yang diberikan kepada murid dimana murid sudah mengetahui (belajar sebelumnya) materi yang akan dibahas di dalam kelas dari berbagai sumber yang murid peroleh, berbeda dengan tradisional class murid mengetahui materi atau belajar ketika sudah berada di dalam kelas. Menurut bapak Ismail metode ini sangat baik diterapkan karena mengurangi jumlah jam pelajaran di dalam kelas sehingga murid dapat aktif berkegiatan di luar kelas. Lanjut ke sesi tanya jawab, ibu lisnur Aiziah bertanya tentang “Bagaimana menghadapi masyarakat yang lebih cenderung berhati-hati dalam penggunaan teknologi karena mereka ingin mengunggulkan sisi Humanisasi itu sendiri? Dengan mengontrol dan membekali pengetahuan sejak dini dan bersosialisasi minimal dengan melakukan Video Conference (selama masa pandemi) terhadap keluarga atau teman dekat. Untuk di sekolah sendiri harapannya pembelajaran dibuat berkolaborasi sehingga sisi humanismenya muncul serta selalu mendampingi anak saat belajar. hal menarik yang disampaikan bapak Ismail bahwa keluarga dari orang-orang yang tinggal di Kairo sulit berkomunikasi dengan tetangga karena mungkin tidak memiliki halaman yang luas atau kebanyak dari mereka tinggal di apartemen berbeda dengan di Indonesia tetangga bisa saling menyapa di halaman rumah. Bagaimana Sekolah Indonesia-Kairo Membangun komunikasi dengan Orang tua ? Justru selama PJJ sekolah lebih muda dikendalikan dan umumnya keluarga diplomat yang bekerja adalah suami dan istrinya bertugas dirumah dan lebih banyak mendampingi murid dalam melaksanakan aktivitas PJJ. Di awal PJJ masalah Sekolah alami yakni banyak keluhan terhadap teknologi yang digunakan sekolah dan kurangnya updatenya orang tua terhadap hal tersebut. Namun sekolah berinisiatif untuk memberikan training kepada orang tua sebelum teknologi/aplikasi digunakan. Membuat grup-grup kelas dimana guru dan orang tua bisa saling berkomunikasi terkait kendala yang dihadapi sehingga terjadi komunikasi yang harmonis antara orang tua, murid dan guru.  Jumlah murid di sekolah juga sangat mempengaruhi hal tersebut dimana jumlah murid di sekolah Indonesia Kairo hanya sekitar 20 orang berbeda dengan jumlah murid di Sekolah Indonesia yang biasanya lebih dari 30 murid. Sehingga hal ini sangat sulit untuk membagun komunikasi bagi guru-guru yang berada di tanah air ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan orang tua sehingga pada saat mendampingi anak-anaknya dapat menimbulkan kebingungan sehingga perlu ada kebijakan. di Sekolah indonesia-Kairo sendiri menurut Bapak Ismail pembelajaran untuk satu mata pelajaran tidak boleh lebih dari 60 menit sehingga tidak membuat murid dan orang tua lelah. mata pelajaran yang diberikan dalam sehari maksimal dua mapel setiap hari. tidak memberikan tugas yang banyak serta tidak terlalu mengejar target ketercapaian kurikulum namun lebih pada prosesnya. Bagaimana ketika guru mengajar menggunakan aplikasi berbeda dengan tujuan murid merasa nyaman atau sesuai dengan passionnya ?  Di awal PJJ menyebabkan banyak orang tua yang komplain dengan begitu banyaknya aplikasi yang harus digunakan murid. Sehingga sekolah memutuskan untuk menggunakan satu aplikasi sebagai aplikasi utama dan sisanya adalah aplikasi pendukung. Memanfaatkan teknologi ibarat mengendarai mobil yang berbeda setiap hari, hanya perlu penyesuaian sehingga … Read more

Dampak Pembelajaran Jarak Jauh dan Menyiasatinya

“Mustahil dapat melakukan aktivitas mendidik kalau modelnya pembelajaran jarak jauh. Dampak pembelajaran jarak jauh anak-anak menjadi tidak peduli dan kurang mendapat perhatian” Keluhan-keluhan tersebut layaknya ombak yang  menantang harus dihadapi guru dengan cara yang tepat dan benar, nah bagaimana menghadapinya? “Membangun interaksi yang bermakna antara guru dan murid di masa pandemi” adalah salah satu  solusi, panjangnya waktu pembelajaran jarak jauh telah menimbulkan dinamika bagi dunia  pendidikan beberapa sekolah termasuk guru telah menyusun dan menyiapkan strategi untuk tetap  memberikan pembelajaran terhadap generasi bangsa dalam kebijakan new normal pendidikan.  Suramnya pembelajaran jarak jauh selama ini ternyata telah memberikan hikmah yang besar  di tengah keterbatasan dan kendala yang menumpuk bagi segenap guru dan murid, ternyata pada  suasana yang lain sedikit memberikan angin segar dan cahaya bagi guru dan murid, salah satu  guru otomotif dari SMK Darussalam yakni Pak Gusti telah menemukan sebuah resep dan berhasil membangun interaksi yang bermakna, dan mengurangi dampak negatif Pembelajaran Jarak Jauh. Mengelola pembelajaran vokasi atau  keterampilan pada siswa kejuruan tentu bukanlah pekerjaan mudah bagi seorang guru dimasa  pandemik, pendidikan kejuruan membutuhkan catatan praktek dan harus melibatkan pihak luar  dalam pelaksanaanya tentu hal ini merupakan kendala, tantangan dan peluang bagi seorang guru  untuk meramu sebuah strategi dalam pelaksanaan PJJ. Masih dalam kaitannya dengan dampak pembelajaran jarak jauh pada  kesempatan yang sama Ibu Adelia Octoryta yang juga Kepala sekolah Cendikia pada kegiatan  temu pendidik ini akan berbagi praktik baik bagaimana Ibu Guru Adel bersama dengan guru gurunya melakukan home visit atau guru kunjung di masa pandemik, bagi ibu adhel dan  kawannya guru kunjung itu harus memberikan kebermaknaan terhadap banyak pihak.  Baca Juga: Solusi Pembelajaran Jarak Jauh Mendapati Pak Gusti dalam perjalanannya menemui berbagai kendala hingga akhirnya  mampu menemukan solusi dan mencatatkan nilai-nilai positif dan rasa kesetiakawanan murid  selama melakukan praktek jarak jauh beserta dengan pengalaman dan refleksi dari Ibu Adelia  Octoryta dalam mengelola dan menyiapkan program guru kunjung yang bermakna bagi peserta  didik, maka KGB gowa memediasi dan menginisiasi terlaksananya Temu Pendidik Daerah yang  dilaksanakan secara tatap muka dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan yang  dilaksanakan di Taman Spot Sekolah Sungai Jeneberang yang dihadiri oleh rekan-rekan guru  dari berbagai tingkatan dan ragam latar belakang serta pegiat pendidikan yang berada di sekitar  Makassar, Gowa dan Takalar tujuannya hanya satu menemukan praktek baik dan  mendiseminasikan kepada rekan sejawat dengan harapan praktik baik tersebut mampu menjadi  inspirasi serta dapat dipraktekkan di sekolah-sekolah boleh dengan sedikit mengkreasi dan  memodifikasi sesuai dengan kultur sekolah dan profil murid kita masing-masing.  Hari rabu tepatnya tanggal 23 September 2020 sekitar pukul 14.00 beberapa peserta  telah terlihat di lokasi kegiatan dengan menggunakan masker, 15 menit sebelum kegiatan  dimulai beberapa kawan guru yang juga peserta temu pendidik daerah sempat melakukan  obrolan ringan dengan guru gusti dan beberapa penggerak KGB Gowa yang telah lebih awal  tiba di lokasi kegiatan. Ditengah beberapa peserta mulai berdatangan moderator kegiatan dalam  hal ini adalah Guru Abdul Naim memberikan kode bahwa 5 menit lagi kegiatan akan kita mulai.  Mengawali kegiatan temu pendidik moderator mengucapkan terimakasih dan memberikan  apresiasi kepada seluruh pihak atas kegiatan ini khususnya dua narasumber yang telah bersedia  untuk berbagi, dimulai dari moderator seluruh peserta secara bergiliran memperkenalkan diri  dengan menyampaikan hal-hal yang sederhana seperti tempat tugas, aktifitasnya apa, bidang  studi yang diajarkan serta dari mana mengenal KGB Gowa dan sejak kapan bergabung dengan  KGB Gowa, peristiwa tersebut sebagai momen untuk menambah keakraban dan memperkuat visi  yang sama dalam berjuang dan bergerak bersama dengan Komunitas Guru Belajar Nusantara  Kabupaten Gowa.  Setelah sesi perkenalan usai moderator memberikan kesempatan kepada guru Ahmad  Dharmawan selaku Ketua Komunitas Guru Belajar Gowa yang juga pada kegiatan tersebut  didapuk menjadi pemantik diskusi, dalam sambutannya guru wawan menyampaikan bagaimana  harapannya kedepan agar KGB Gowa menjadi pusat untuk berbagi praktek-praktek baik  pengajaran dan menjadi kanal bagi bagi segenap guru khususnya anggota KGB gowa untuk  mengkampanyekan dan mempublikasikan ide, gagasan dan kreativitasnya dalam dunia  pendidikan sehingga dampak dari peran guru itu akan lebih cepat untuk memberikan kontribusi,  kami sangat berharap apa yang menjadi tujuan dan mimpi kita bersama untuk menjadi centrum  gerakan merdeka belajar menuju pendidikan yang adil dan bermartabat dapat terwujud melalui  keberadaan Komunitas Guru Belajar Nusantara kabupaten Gowa, demikian kata beliau.  Sesi pertama dimulai dengan terlebih dahulu memberikan kesempatan kepada Guru Gusti  untuk menyampaikan materi praktek baik yang telah dilakukan, menurut Pak Gusti mengajar di  SMK itu tentu butuh kekuatan ekstra apalagi jurusan otomotif yang siswanya mayoritas laki-laki  dan jumlah yang banyak, pada awalnya saya sempat ragu bagaimana anak-anak bisa belajar  secara daring dengan materi praktek sementara pengalaman selama ini bertatap muka saja  mengelolanya sungguh butuh tenaga ekstra tidak jarang kami guru dibuat pusing. tapi tugas  harus ditunaikan, anak-anak tetap harus mendapatkan pelayanan yang baik dan tidak ada pilihan  lain strategi harus dimunculkan untuk menjawab semua itu. Materi yang saya ajarkan ke anak anak itu tentang pengukuran silinder, terlebih dahulu saya membagi kelompok berdasarkan  kriteria tertentu kali ini bukan saya yang menentukan kriterianya melainkan siswa itu sendiri. Anak-anak bersuara kita bagi berdasarkan lokasi rumah saja pak, ada yang mengusulkan pembagian kelompok berdasarkan ikatan pertemanan, ada juga yang menginginkan pembagian  kelompok berdasarkan prestasi, semuanya berusaha untuk saya akomodir dengan tujuan mereka  belajar dengan memahami persoalan. Rasa percaya terhadap peserta didik sangat saya  kedepankan dalam pembelajaran daring ini, seiring waktu berjalan dalam beberapa evaluasi dan  sesekali saya melakukan kunjungan terhadap kelompok-kelompok belajar ini sungguh saya  tercengang, dengan pendekatan yang mamanusiakan dengan peserta didik serta tidak mengejar  mereka dengan target dan nilai yang tidak jelas dan tanpa tujuan dengan sabar saya menunggu  dan memberikan motivasi dan umpan balik maka beberapa nilai-nilai kemanusiaan dan  kepedulian dalam diri segenap siswa justru muncul dimasa pandemik ini, ada siswa yang  merekomendasikan bengkel keluarganya untuk dijadikan tempat praktek, ada siswa yang  merelakan kendaraanya untuk diutak-atik sebagai media belajar, beberapa orang tua justru  menjadi partner dan mentor dalam penyelesaian tugas ini. Mereka justru bahu membahu saling  membantu di tengah keterbatasan ini. Belum selesai pak gusti menceritakan pengalamannya salah  seorang peserta mengajukan pertanyaan yaitu yaitu Pak Saddang dari SMAN 9 gowa, beliau  bertanya bagaimana sih pak mengatur tempo pembelajaran di tengah banyaknya kelas atau siswa  yang akan kita ajar. Pak gusti menjawab pertanyaan bahwa salah satu … Read more

Mencari Cara Belajar di Masa Pandemi

Masa pandemi membuat kegiatan belajar Temu Pendidik Daerah terkendala, karena imbauan untuk tidak berpergian,  menghindari keramaian, dirumah saja dan sebagainya. Hal tersebut membuat kami penggerak Pesisir Selatan  tidak berani melakukan pertemuan tatap muka. Meskipun demikian semangat belajar di masa pandemi dan rasa ingin mencoba hal yang baru membuat kami tidak kehilangan akal untuk bertemu dan berbagi.  Mulai dari membuat video di Kinemaster, belajar menjadi youtuber dan terakhir membuat media komik dengan menggunakan aplikasi Komik Master. Semuanya kami lakukan dengan daring melalui media zoom dan stream yard. Belajar dari kegiatan daring yang  diadakan KGB Sijunjung,  kami penggerak KGB Pesisir Selatan tidak mau ketinggalan dan ingin mencoba.  Berdasarkan kesepakatan penggerak Pesisir Selatan, maka kami  membuat dua kegiatan daring  yaitu guru berbagi (GUSHARE) dan guru berkisah. Program Gushare  merupakan kegiatan   guru yang berbagi ilmu tentang cara pengajaran di  dunia pendidikan. Sedangkan program guru berkisah merupakan  kegiatan tentang berbagi kisah suka dan duka menjadi guru serta perubahan yang telah dilakukannya. Hari Jumat tanggal  2 Oktober 2020 pada pukul 14.00 s.d 15.00 WIB  kami penggerak Pesisir Selatan  akan mengadakan Temu Pendidik Daring melalui aplikas stream yard.  Karena cuaca buruk dan listrik sering mati membuat kami khawatir juga mengadakan acara ini, takut gagal. Namun rasa percaya diri dan optimis kita bisa. Bu Salmiati, S.Pd bertugas sebagai coordinator, bu Elva Deni sebagai moderator dan bu Yeni Fitri bertugas sebagai narasumber. Saya kartini bertugas membuat liputan kegiatan.  Sehari sebelum kegiatan Temu Pendidik Daring kami petugas kegiatan melakukan gladi resik. Saat uji coba dilakukan cuaca hujan petir  namun sinyal tetap stabil, sehingga komunikasi lancar dan suara terdengar jelas. Mengingat kondisi cuaca demikian bu Salmiati selaku koordinator yang mengerti IT menyarankan kami untuk berbagi tugas jika sinyal kurang stabil nantinya. Jangan panik jika diantara kita nanti terkendala dengan sinyal usahakan kita santai dan tenang pesan bu Salmiati. Siap komandan ujar kami serentak sambil tertawa. Baca Juga: Sekolah Lawan Corona Saat yang dinanti pun tiba, pukul 13.50 WIB kami mulai  masuk ke ruang Stream Yard bersiap untuk live. Cuaca sangat bagus sinyal oke, semoga kegiatan yang kami adakan sukses. Pukul 14.00 WIB bu Salmiati selaku koordinator membuka kegiatan  dan mempersilahkan bu Elva Deni selaku moderator  untuk memperkenalkan diri serta memandu kegiatan. Sebagai pembuka acara bu Elva Deni memperkenalkan diri dan bercerita tentang kegiatan ini diadakan. Acara selanjutnya bu Elva Deni mengundang bu Yeni Fitri untuk masuk ke ruang Stream Yard. Buk Yeni Fitri pun sudah hadir dan siap berbagi ilmu dengan kami.  Melihat senyum manis dan semangat bu Yeni Fitri membuat kami semakin bergairah untuk mengikuti acara.  Bu Yeni Fitri mulai memperkenalkan diri dan dilanjutkan dengan bercerita tentang  latar belakang merancang media komik saat PJJ. Disaat bu Yeni Fitri sedang semangatnya  bercerita awal mengenal media komik, yang katanya diajari oleh Bapak Felix Catur dari KGB Wonosobo karena melihat unggahan beliau di FB.  Tiba-tiba bu Yeni Fitri hilang dari ruang  stream Yard, ditunggu tidak muncul-muncul, kami langsung panik dan cemas. Ternyata di tempat  bu Yeni Fitri listrik mati sehingga sinyal hilang.dan tidak bisa gabung lagi bersama kami.  Sesuai skenario yang diatur bu Salmiati kami harus berbagi tugas untuk  menghadapinya. Bu Elva Deni harus bicara mengambil alih peran bu Yeni Fitri, saat yang bersamaan saya dimunculkan ke depan layar oleh Bu Salmiati agar mengalihkan perhatian penonton. Sayangnya saat saya dimunculkan di layar pada waktu itu saya juga terkendala dengan jaringan sehingga apa yang dibicarakan bu Salmiati dan Bu Elva Deni  tidak  bisa saya dengar dengan jelas. Menyadari saya juga terkendala dengan jaringan bu Samiati ambil tindakan dengan bercerita tentang awal mula berkenalan dengan KGB yang disambut tertawa oleh bu Elva Deni. Mereka berkisah betapa besar perubahan yang dialami setelah mengenal KGB.  Alhamdulillah jaringan saya stabil kembali dan bisa mendengar percakapan antara Bu Salmiati dengan Bu Elva  dengan jelas. Hal itu segera kulaporkan sehingga mereka meminta saya untuk  bercerita  tentang pengalaman yang didapat setelah bergabung dengan KGB. Karena baru aktif di KGB jadi saya belum punya banyak pengalaman untuk diceritakan. Namun selama belajar di masa pandemi, saya mempunyai cerita tersendiri saat melakukan pembelajaran jarak jauh dengan secara daring menggunakan RPP yang dikeluarkan oleh KGC.  Saat kami sedang berusaha mencari cara untuk mengalihkan perhatian penonton, sungguh  diluar dugaan kami mendapat dukungan dari teman-teman yang ikut live bersama kami. Malu dan panik dapat kami kendalikan, rasa percaya diri muncul kembali setelah membaca pesan dan dorongan dari teman-teman di luar sana. Meskipun tema yang kami sampaikan sangat melenceng jauh dari tema sebelumnya, namun teman-teman  tetap menonton kami sampai selesai.  Kegiatan GUSHARE yang diadakan secara live selesai juga. Walau tidak sesuai dengan rencana namun kami puas dan bahagia karena sudah  melaksanakan amanah dari komunitas guru belajar Pesisir Selatan. Meski malu menghampiri diri namun kami tidak peduli karena kesalahan bukan dari kami tapi situasi yang sedang menguji. Kami banyak mengambil hikmah dan pelajaran yang bermakna dari kegiatan ini, apapun yang terjadi jika kekompakan dan kerjasama tetap terjalin semua dapat diatasi. Semangat belajar guru merdeka belajar, sekali merdeka belajar, tetap merdeka belajar.

Memaksimalkan Whatsapp dalam Pembelajaran Jarak Jauh

Apakah penggunaan Whatsapp dapat menghadirkan pembelajaran jarak jauh yang menarik, bermakna dan merdeka belajar? Yuk simak liputan berikut: Saat pukul 20.00 WITA para peserta sudah mulai masuk di ruang zoom conference, saling sapa dilakukan, menanyakan kabar sambil mengharapkan donasi kita bertambah. Narasumber : Rizqy Rahmat HaniModerator : Adelia OctorytaSelasa, 18 Agustus 202020.00-21.30 WITA Via Zoom Setelah dirasa sudah masuk semua, maka dimulai lah kegiatan kita oleh bu Adelia Octoryta dengan memperkenalkan maz Rizky sebagai tim knowledge di KGC serta bapak muda yang saat ini menetap di Pekalongan. Nah mas risky di persilahkan oleh moderator untuk mulai materinya,namun sebelum memulai  mas risky menyampaikan bahwa sekitar 1 bulan yang lalu sudah bukan di Tim Knowledge KGC namun sudah pindah ke pengembangan komunitas  Dimulailah asesmen awal menggunakan menti.com,1) Bagaimana pembelajaran Anda menggunakan Whatsapp dengan opsi-menyampaikan materi,-mengirim tugas  atau menyampaikan kesepakatan,-umpan balik,-diskusi.2) Apa tantangan selama ini menggunakan Whatsapp dalam Pembelajaran Jarak Jauh? dalam satu kata. Setelahnya dimulailah pemaparan materi dari pak Rizky. Sebelum penggunaan Whatsapp dalam Pembelajaran Jarak Jauh lakukan dulu Asesmen, bukan hanya langsung gasspol.  cari tahu bagaimana kondisi murid apakah memungkinkan penggunaan HP, kuota mereka mencukupi atau tidak. Bisa buat Flowchart untuk melakukan assessment Setelahnya disampaikan Tujuan Esensial Pendidikan yaitu Siap hidup,Kompetensi, Ujian Kebermaknaan, Menalar, Kemandirian Selanjutnya disampaikan tentang Kanvas RPP Merdeka Belajar untuk memetakan profil Murid sehingga membantu dalam tindak lanjut untuk memilih penggunaan WA Saat menjelaskan materi diatas, mas Rizky memberikan contoh materi pelajaran Bahasa Indonesia. Yang menjadi titik tekan dalam pembelajaran WA bahwa pesan suara itu mengasyikkan dan tidak menggunakan banyak kuota. Baca juga: Sekolah Lawan Corona, Sebuah Inisiasi untuk Membantu Pengajaran Jarak Jauh Tips berikutnya membuat 2 group WA, ada yang buat disksui dan ada juga buat upload meteri, supaya materinya tidak teggelam dan mudah di cari, membuat hastag awal dan akhir (sesuai kesepakatan bersama) sehingga ketika ada yang tidak ikut di waktu pembelajaran mudah mencarinya.  Di tengah penyampaian materi selalu ada gangguan sinyal juga hehe. Setelahnya dilanjut diskusi deh DISKUSI Bu Adel : WA ini efektif untuk murid yang sudah punya gawai sendiri, bagaimana dengan murid yang masih dalam pendampingan orang tua apakah efektif juga? Rizky : kelas dasar bisa banget (wjwkkjjjkwiung…. suara tidak terdengar…. karena gangguan jaringan) peran orang tua tetap dibutuhkan bukan hanya saat mau terima rapor baru gunakan WA. Emoticon apa yang tepat digunakan. Moderator mempersilakan guru lain untuk bertanya juga Anita : adakah dalam WA pengaturan font supaya bisa  berwarna-warni Rizky : saya belum eksplor, siapatau anak muda miss emmy pernah mencoba, tapi bisa digunakan emoji yang akhirnya akan membuat menarik dan interaktif serta stiker menarik. Membangun feedback yang membagun keberlanjutan (baca buku Merdeka Belajar yang tulisannya bu Puti) Emmy : Saya pegang grade 7, WAG khusus untuk kelas membuat aturan siapa saja yang bisa punya hak untuk mengatur settingan group, WA hanya utnuk share informasi link dan sebagainya karena dalam pembelajaran menggunakan Google suite.  Rizky : ini ide manrik karena memberikan peran ke murid sehingga pembelajaran berpihak ke murid.  Ada yang bertanya lagi nih kata mas Rizky Olle : Vitur Video Call WA bagusnya untuk dipakai dalam pembelajaran? Rizky : Bisa untuk dipakai diskusi langsung, namun apabila butuh conference lebih baik gunakan Aplikasi ZOOM atau Gmeet karena kalau WA terbatas orangnya, namun ingat perhatikan bahwa murid kita mempunyai cukup kuota dan sinyal bagus Bu adel : saya gunakan Video Call WA untuk mendamaikan anak yang bermasalah haha… Bury :  Kalau Video Call WA dapat memperhatikan tampilan murid (saya kalau VC suka di reject haha) Bisa kebaca tidaka sih, teks WA itu memperlihatkan kodisi seseorang RIzky: bisa salah satunya dengan pesan suara, kemudian tambah  emoji, namun yang pertama harus dilakukan ya Memanusiakan Hubungan dulu, supaya VC tidak di reject.  Eh, ditengah diskusi tampak juga dilayar anak dari bu Permata.Mas Rizky juga sudah minta izin untuk menutup sesi Diskusi karena anaknya menangis.  Wah keren yah semua bapak ibu guru yang tetap bersama anak saat belajar dan berbagi praktik baik. Yuk unduh dan pelajari Panduan Pembelajaran Jarak Jauh. Klik tombol di bawah ini!

Critical Thinking Skill dalam Pembelajaran Jarak Jauh

Pandemi Covid-19 ini telah memberikan dampak luar biasa kepada kegiatan pembelajaran yang kita jalani. Pembelajaran jarak jauh yang beberapa waktu ini kita jalani pun, tidak lepas dari berbagai permasalahan: (1) tempat belajar murid yang kurang kondusif (2) akses gawai yang tidak memadai (3) kendala konektivitas internet (4) tidak siapnya institusi pendidikan dengan pembelajaran jarak jauh (5) dukungan keluarga dan pihak sekolah terhadap kondisi belajar murid (6) kurangnya kemampuan murid dalam critical thinking skills serta (7) kurang beragamnya sumber belajar yang inspiring. Pada Temu Pendidik Daring KGB Surakarta, Selasa, 07 Juli. 2020, Ibu Rizky Setyaningrum menyampaikan materi mengenai Critical Thinking Skill dalam pembelajaran jarak jauh. Menurut data OECD, 1 dari 9 murid di Indonesia mampu membedakan fakta dan opini berdasar clue implisit dari sumber informasi. Apa artinya? Artinya bimbingan dan bantuan guru sangat penting untuk mengarahkan murid melakukan cara berpikir lebih tinggi (HOTS) dalam PJJ ini. Apa saja poin yang mesti guru perhatikan dalam Pembelajaran Jarak Jauh yang mengarahkan pada Critical Thinking Skills? Mendemostrasikan keterampilan yang akan diajarkan. Menyediakan kesempatan untuk berpikir lebih tinggi (HOTS). Menganjurkan dan mendorong murid untuk bertanya. Pembelajaran dan penilaian lebih berfokus pada pelaksanaan assessment for learning (formatif). Memberikan sumber belajar tambahan yang mengeksplor critical thinking skills. Menyediakan aktivitas ‘guided writing’ dan dorongan untuk berpikir. Memberikan feedback yang memberi contoh critical thinking skills. Lebih focus pada penilaian yang menggabungkan HOTS dan mengevaluasi kerja murid berdasarkan analisis, aplikasi, dan kreasi (penciptaan) daripada penilaian yang bersifat penggalian memori. Meyakinkan murid bahwa tidak ada satu-satunya jawaban yang benar, selama murid memberikan alasan yang valid dalam tugas mereka. Bila murid gagal dalam menunjukkan penguasaan suatu konsep atau keterampilan, guru dapat memberikan kesempatan untuk mencoba kembali dengan memasukkan refleksi yang mendorong murid untuk mempertimbangkan ‘bagaimana’ dan ‘kenapa’. Keterampilan apa saja yang bisa digunakan guru saat membuat worksheet yang mengarah pada critical thinking skills? Mengidentifikasi Fakta dan Opini (identify facts and opinions) Memiliki kemampuan untuk membedakan fakta dan opini adalah hal penting untuk mengembangkan critical thinking skills. Opini bersifat subjective, sementara fakta adalah kebenaran yang dapat dibuktikan.  Contoh fakta: Musim gugur dimulai bulan September. Contoh opini: Musim gugur adalah musim terindah sepanjang tahun. Mencari persamaan dan perbedaan (compare and contrast) Analisis comparatif (mencari persamaan) dan analisis kontras (mencari perbedaan) adalah latihan yang baik untuk mengembangkan critical thinking skills. Contoh: guru dapat meminta murid untuk mencari persamaan dan perbedaan musim semi dan musim gugur. Mensortir dan mengklasifikasi (sort and classify) Mengkategorikan objek berdasar kriteria tertentu juga merupakan latihan yang baik untuk mengembangkan critical thinking skills.  Contoh: guru memberikan murid daftar kota dan atau negara dan meminta mereka untuk mensortir ke dalam kelompok-kelompok tertentu berdasarkan kriteria-kriteria yang bervariasi.  Membuat prediksi (making predictions) Mintalah murid untuk berhenti sejenak dan membuat prediksi ketika membaca. Keterampilan berpikir ini dapat dipraktikkan dengan memberikan beberapa kalimat kepada murid dan meminta murid untuk memprediksikan apa yang akan terjadi atau meminta murid untuk menuliskan ending nya. Selanjutnya guru meminta murid untuk membagikan prediksi mereka dan mendiskusikan perbedaan pendapat antar murid serta alasan dibalik pendapat mereka. Menduga dan menyimpulkan (inferring & drawing conclusions) Menduga adalah membuat kesimpulan berdasarkan bukti. Contoh: ada sepiring kukis di dapur. Satu-satunya yang masuk ke dapur adalah anjingmu. Kukis-kukis tersebut hilang. Apa menurutmu yang terjadi dan kenapa kamu berpikir demikian? Mempraktikkan keterampilan-keterampilan berpikir tersebut dapat membantu murid mengembangkan kemampuan mereka menganalisis informasi. Berikut ini contoh kegiatan pembelajaran yang melibatkan critical thinking skills untuk materi narrative. Tanya-Jawab Bagaimana tips jitu mengaktifkan siswa saat kita menggunakan hots ini ? (Ibu Yayu Arundina) Ketika seorang murid menjawab, akan saya lempar balik ke teman lainnya untuk setuju/tidak setuju dan alasannya. Lama-lama mereka membuat reasoning dan terciptalah nuansa HOTS. Bagaimana cara ibu membuat critical thinking terasa mudah dijalani bagi murid? (Bapak Dewo Uwo KGB Surakarta) Biasanya, saya tidak akan bilang bahwa ini adalah langkah berpikir tingkat tinggi supaya anak tidak khawatir dan takut. Saya Cuma bilang, bahwa siapa pun boleh berpendapat dan tidak boleh ada teman yang saling mengejek pendapat teman lainnya karena semua jawaban bisa jadi benar asalkan disertai alasan yang masuk akal. Bagaimana mengkomunikasikan pembelajaran HOTS pada ortu? (Ibu Kristijorini KGB Surakarta) Biasanya sih saya hanya menjelaskan materi pada ortu dan siswa dan mempersilakan mereka untuk bertanya. Asalkan mereka mengikuti steps by steps kegiatan pembelajaran, mereka tidak akan terasa bahwa sebenarnya sudah masuk kegiatan yang bersifat critical thinking skills Ingin mengikuti PelatihanMerancang Pembelajaran Jarak Jauh Merdeka Belajar?

Menyusun RPP PJJ Merdeka Belajar

Pada hari Selasa tanggal 23 Juni 2020. Komunitas guru Belajar Pesisir selatan mengadakan Temu Pendidikan Sekolah (TPS) yang ke-1 di UPT SDN 01 Pancung Soal. Saya (Yeni Fitri) sebagai narasumber penyusunan RPP Satu lembar dan RPP PJJ. Acara ini diselenggarakan dalam rangka Lokakarya Guru UPT SDN 01 dan 05 Pancung Soal. TPS dihadiri 22 orang peserta. Peserta terdiri dari majelis guru UPT SDN 01 Pancung Soal, dan majelis guru UPT SDN 05 Pancung Soal. Dimoderatori oleh ibu Ferlindiati, S.Pd selaku Kepala UPT SDN 05 Pancung Soal. Koordinator acara ini ibu Suryati Ningsih, S.Pd selaku Kepala UPT SDN 01 Pancung Soal. TPS ini merupakan kegiatan hari kedua lokakarya bagi majelis guru UPT SDN 01 dan UPT SDN 05 Pancung Soal. Setelah sebelumnya mereka membahas tentang instrumen dan kelengkapan bahan penyusunan KTSP di satuan pendidikan yang dipandu oleh ibu Ita Jumaidarti, S.Pd selaku Pengawas UPT SD Kecamatan Pancung soal. Walaupun ini merupakan hari kedua lokakarya. Namun semangat dan kemauan para majelis guru UPT SDN 01 dan SDN 05 Pancung Soal untuk terus belajar tetap berkobar. Dapat dilihat dari antusiasnya peserta dalam mengikuti lokakarya. Terbukti dengan hadirnya seluruh majelis guru dari kedua sekolah tersebut. Walau ada beberapa orang guru dari UPT SDN 05 Pancung Soal yang terlambat hadir karena ada keperluan lain. Namun mereka tetap menyempatkan diri untuk hadir dan belajar bersama di ruang pertemuan UPT SDN 01 Pancung Soal ini. Karena ini sudah merupakan hari kedua dari kegiatan lokakarya. Maka acara pembukaan dari moderator tidak terlalu panjang lebar, dan kata sambutan dari koordinator pun disampaikan dengan singkat dan padat. Beliau berharap agar peserta dapat mengimplementasikan ilmu yang telah didapat. Baik itu terkait dengan merdeka belajar. Maupun cara pembuatan RPP Merdeka Belajar dan RPP PJJ yang nantinya akan disampaikan oleh narasumber. Saya mengenalkan dulu konsep merdeka belajar yang telah dicetuskan oleh Kampus Guru Cikal (KGC) dan Komunitas Guru Belajar (KGB). Saya menanyakan persepsi dari rekan guru yang hadir terlebih dahulu. Apa konsep merdeka belajar yang selama ini mereka tau dan mereka dengar. Ada yang berpendapat bahwa merdeka belajar itu murid bebas dalam belajar. Adapula yang mengatakan bahwa merdeka belajar itu kebebasan bagi guru dalam mengajar. Melengkapi pendapat sebelumnya guru Vhera dari UPT SDN 05 Pancung Soal ikut berpendapat bahwa merdeka belajar itu kebebasan bagi guru dalam memilih proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan murid Terkait dengan konsep merdeka belajar, saya mengenalkan tentang KGB dan KGC kepada para peserta workshop, apa itu KGB dan KGC. Apa saja yang dihadirkan KGC untuk membantu meningkatkan kompetensi guru. Serta praktik baik rekan guru di seluruh Nusantara yang tergabung dalam anggota KGB dan pengalaman saya selama bergabung dengan KGB. Hal ini sebagai gambaran bagi peserta TPS untuk ikut bergabung  dan belajar bersama di Komunitas Guru Belajar (KGB). Untuk lebih memberikan pemahaman dan kesamaan persepsi tentang merdeka belajar dan Guru Merdeka Belajar. Saya mengajak peserta Temu Pendidik Sekolah (lokakarya) melakukan Nobar Guru Merdeka Belajar. Menonton video pemaparan ibu Najelaa Shihab pada Temu Pendidik Nusantara (TPN) tahun 2016. Peserta tampak antusias sekali dalam menyaksikan video tersebut. Setelah selesai menyaksikan video Guru Merdeka Belajar, saya mengajak para peserta untuk berefleksi tentang miskonsepsi Guru Merdeka Belajar. Dari sekian banyak miskonsepsi Merdeka belajar yang dikemukakan oleh ibu Elaa, kira-kira poin mana yang mencerminkan diri peserta. Banyak diantara peserta yang mengaku bahwa mereka masih terjebak dalam miskonsepsi belajar. Belajar jika hanya ada perintah dari atasan, belajar jika hanya mendapatkan sertifikat, belajar jika hanya ada uang transportasi dan akomodasi, dan lain sebagainya. Peserta masih merasa merupakan cerminan dari. Dari sini saya mengajak rekan guru yang hadir pada saat itu untuk melakukan perubahan. Berubah menjadi Guru yang Merdeka Belajar, yang bisa membawa perubahan terhadap proses belajar peserta didik. Saya juga sampaikan konsep pendidikan KI Hajar Dewantoro. Guru adalah teladan dan panutan bagi muridnya, untuk itu kita harus mampu menjadi guru yang belajar agar murid kita juga bisa menjadi murid yang belajar. Guru harus menjadi guru merdeka belajar, supaya murid juga bisa menjadi murid yang merdeka belajar. Kegiatan dilanjutkan dengan cara penyusunan RPP satu lembar. MembahasSurat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 14 tahun 2019. Disini saya sampaikan kembali bahwa esensi RPP satu lembar bukan terletak di banyak lembarannya, tetapi bagaimana kita guru mampu merancang proses pembelajaran yang berorientasi dan berpihak pada murid. Di KGB RPP ini dikenal dengan istilah RPP Merdeka Belajar. Baca Juga: Merdeka Belajar Bukan Jargon Saya juga sampaikan penyusunan RPP Merdeka Belajar ini harus memperhatikan profil murid. Semuanya dapat dituangkan dalam Kanvas Strategi Pembelajaran yang merupakan alat bantu dalam penyusunan RPP. Saya tayangkan dan sampaikan kepada peserta apa itu Kanvas strategi pembelajaran. Apa-apa saja poin yang terkandung di dalamnya, serta bagaimana cara menyusunnya. Pada saat saya menyampaikan cara memetakan profil murid, ada peserta yang bertanya. Apakah profil tersebut boleh ditambah dengan poin lain, selain pekerjaan orang tua minat dan cara belajar? Jawabannya boleh, sesuai dengan kebutuhan kita. Kemudian ada juga peserta yang bertanya bagaimana jika minat anak itu banyak, tidak hanya 3 itu saja. Saya jelaskan kembali, untuk kesemuanya itu kita bisa pilih yang mayoritas dulu. Dan ketika sampai pada pemaparan materi pemilihan strategi pembelajaran. Saya sampaikan Strategi 5M Kampus Guru Cikal dalam memilih strategi pembelajaran yang berpihak kepada murid. Tampak sekali antusias peserta dalam mengikuti kegiatan ini. Hal ini dapat dilihat dari banyak nya pertanyaan, sanggahan, serta masukan dan pendapat tentang strategi ini. Seperti saat saya sampaikan strategi 5 M dengan memilih tantangan sesuai dengan bakat dan kemampuan. Bahwa dalam proses pembelajaran kita harus memperhatikan kemampuan murid yang beragam. Maka proses dan evaluasi juga bisa beragam, sesuai dengan kemampuan murid. Hasil pembelajaran tidak hanya  mengutamakan capaian akhir, tetapi juga proses yang sudah dilakukan murid.  Disini saya mendapat sanggahan dari salah seorang guru SDN 01 Pancung soal ibu Sri Desmiati. Beliau  berkata bagaimana kita tidak mengutamakan hasil akhir, sedangkan kita dituntut dengan capaian KKM yang harus dituntaskan murid. Saat ini murid tidak dibenarkan untuk tinggal kelas. Semua murid harus mencapai KKM. Sehingga murid yang tidak mampu disulaplah nilai nya untuk mencapai KKM tadi. Hal ini jelas sekali bertentangan dengan prinsip 5M. Disinilah letak kekeliruan kita selama ini. Kita … Read more

Strategi PJJ dengan Coaching

Sudah berbulan-bulan sekolah di Indonesia melakukan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Akibat pandemi yang terjadi berdampak pada berbagai aspek termasuk ke bidang pendidikan. Hal ini bukan sesuatu yang mudah bagi guru, bagi anak dan bagi orang tua. Situasi dan kondisi antara rumah dan sekolah yang berbeda tentunya sangat mempengaruhi mood murid dan tidak semua murid memiliki device yang mumpuni, sehingga menjalin kerjasama dengan orang tua menjadi coach yang sinergi menjadi kunci keberhasilan dalam pengembangan anak, orang tua dan guru harus menjadi partner. Lalu bagaimana peran pendidik dan orang tua terutama saat PJJ? Untuk itu pada kegiatan temu pendidik daerah kali ini akan mencoba mengupas tentang bagaimana peran guru dan orang tua dalam mengembangkan anak. Tema yang diangkat adalah “Teachers and Parents as Coaches” dimana yang menjadi narasumbernya adalah Mharta Adji Wardana, beliau aktif dalam dunia pendidikan dan pengajaran serta pengembangan karakter.\ Sebagai pembuka narasumber memberikan pernyataan tentang apa arti ‘Coach’ itu sendiri adalah seseorang yang mendampingi coachee nya untuk berkembang lebih baik lagi. Lalu kenapa dihubungkan dengan pendidikan? karena pada hakikatnya pendidikan sendiri adalah membawa seseorang untuk lebih beradab karena pendidikan itu sendiri adalah membawa orang menjadi lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Saat ini dunia berubah secara eksponensial, sehingga tantangan saat ini untuk para pendidik adalah pendidik harus segera berbenah meningkatkan kualitasnya mengingat sekarang kita melakukan pembelajaran jarak jauh dimana pendidikan sudah berubah ke era digital dan mau tidak mau guru adalah elemen utama dalam dunia pendidikan, sehingga guru harus meninjau ulang pada diri masing-masing apa performa yang harus ditingkatkan? Bisakah kita mempertahankan kualitas kita saat mengajar langsung dengan saat kita mengajar daring? PJJ ini menjadi momentum bagaimana kita untuk bisa membuat pembelajaran yang berpusat pada murid dan tugas kita memfasilitasi murid untuk tahu tentang bagaimana cara belajar, membangun motivasi intrinsik anak agar tidak selalu bergantung kepada guru dan anak diharapkan menjadi pembelajar mandiri. Jika anak masih tergantung pada guru berarti motivasi intrinsik anak belum tersentuh, untuk itu penting untuk menguatkan anak bahwa dia punya kehebatan/kemampuan. Saat ini pendidikan menggunakan teknologi dijadikan teman untuk murid belajar, sehingga guru harus dapat membuat sebuah kualitas konten pembelajaran jarak jauh. Konten (kualitas pengajaran/materi) dan motivasi belajar mengajar saat PJJ memiliki porsi 50:50. Sebelum masuk ke konten yang perlu kita benahi adalah paradigma kita tentang kesediaan kita untuk berperforma lebih baik lagi sebagai pengajar yaitu paradigma inside out bukan outside in. PJJ Daring membutuhkan platform, maka kegiatan yang dapat dilakukan seperti: Video Conference Dubbing Video Materi Pelajaran Share Slide Materi Live Whiteboarding Open -ended question/project/portfolio Kegiatan saat ini harus mulai bergerak ke arah open-ended question/project/portfolio dimana anak melakukan sesuatu dalam jangka waktu tertentu. Materi dikemas dalam sebuah tugas dimana indikatornya dapat tercapai semua melalui hasil karya murid, dimana hasilnya tidak akan sama, murid berkreasi sendiri. Makna coaching sendiri adalah : Mengarahkan murid melalui pertanyaan ‘What do you want?’ (bukan directing). Sehingga tugas kita adalah mendampingi/menampung untuk menggerakkan, kita bukan mengarahkan anak maunya kemana, kata kuncinya adalah pertanyaan. Coach berorientasi pada kebahagiaan dan ketenangan hati sang coachee untuk terus berkembang sesuai dengan resources yang ia miliki. Teachers and parent as a coach Prinsip coaching: 1. Bangun kedekatan :Setelah kita bangun kedekatan kita bisa memberikan follow up, sebisa mungkin anak merasa nyaman. Jika anak masih pasif biasanya karena anak belum merasa percaya. Bisa dilakukan dengan pendekatan secara personal2. Berikan pertanyaan yang berorientasi pada penggalian potensi anak kita Penggalian potensi dengan memberikan banyak pertanyaan terbuka dan provokatif yang memancing murid untuk berpikir kritis.3. Hibur dan semangati Narasumber menceritakan sebuah kisah nyata tentang perjuangan dan dedikasi dari seorang yang bernama Dasrath Mnadji dan hikmah yang dapat dapat diambil dari kisah Dasrath Manji tersebut adalah dedikasi dan semangat yang tinggi untuk berkontribusi (purpose of life), sehingga kisah ini dapat kita jadikan acuan dalam mendidik yaitu ‘Educating with purpose’ (mendidik murid dengan tujuan mulia), untuk itu kita dapat mulai mencobanya dengan membuat purpose statement yang diawali dengan tiga pertanyaan: 1. (ACTION) Hal menyenangkan apa yang akan Anda lakukan ? Misalnya : Membuat video pengajaran Mengajar dengan semangat dan keceriaan Melakukan penelitian 2. (PEOPLE) Kepada siapa anda ingin memberi manfaat sebesar besarnya ? Misalnya : Anak saya Murid-murid saya Institusi saya 3. (HELPING) Jika Anda memiliki kekuatan lebih, apa yang akan Anda lakukan untuk membantu orang lain ? Misalnya : Mengembangkan Memajukan Memberdayakan Lalu buatlah purpose statement itu dalam rangkaian sebuah kalimat, seperti: “Dalam upaya menjadi pendidik terbaik saya ingin mengembangkan, memajukan, memberdayakan anak saya, murid-murid saya, dan institusi saya dengan membuat video pengajaran, mengajar dengan semangat dan penuh keceriaan, dan melakukan penelitian sebaik mungkin” Harapannya dengan kita membuat purpose statement ini kita ingat apa yang kita punya, sesuai dengan habbit 2 (begin with the end in mind), sebagai pengajar kita tahu bahwa apa yang kita tuju itu apa? Saat kita ingat purpose kita, maka kita akan punya dorongan yang lebih kuat untuk meningkatkan kualitas performa di tempat masing-masing. Di sesi akhir sharing TPD kali ini, narasumber memberikan sebuah kutipan yang memberikan semangat bagi kita para pengajar agar terus selalu berusaha lebih baik, “Selagi kita masih dimampukan untuk olah pikir dan olah rasa kembangkan pemikiran dan lakukan kebaikan semaksimal mungkin kita bisa, meski dihadapkan dengan rintangan dan kendala jangan sekali kali kita berputus asa karena Tuhan sangat bangga melihat kita terus berjuang dan berusaha, karena kita ditugaskan oleh Tuhan menjadi pelopor mengembangkan murid sehingga kita bisa maksimal selama kita bisa.” Ingin mengikuti pelatihan Merancang Pembelajaran Jarak Jauh?

Solusi Pembelajaran Jarak Jauh

Melihat kebingungan terkait solusi Pembelajaran Jarak Jauh, KGB Pekalongan menyelenggarakan TPD dengan topik PJJ, Aduh. Bagaimana solusinya?. Temu Pendidik Daerah (TPD) Daring 44 ini dilaksanakan secara daring pada hari Rabu, 1 Juli 2020 pukul 19.30 – 21.00 WIB di Grup Whatsapp. Dengan narasumber Guru Musyafiah KGB Pekalongan, SMKN 1 Karangdadap dan moderator Guru Niken Emiria Faradelia KGB Pekalongan, SMA N 1 Kajen, dan Guru Zienaat Rif’aty sebagai reporter.  Kebutuhan Psikologis Murid Narasumber memulai diskusi dengan mengajak peserta untuk masuk dan voting ke mentimeter. Kemudian mempelajari materi yang disampaikan narasumber. Banyak peserta diskusi yang sudah mengerti esensi pembelajaran jarak jauh yang fokus pada kebutuhan psikologis murid, dll. Kaitannya dengan miskonsepsi Pembelajaran jarak jauh, berdasarkan jawaban dari peserta diskusi, banyak yang sudah tahu bahwa pembelajaran tidak hanya memberikan tugas, pembelajaran jarak jauh tak harus online.  SESI TANYA JAWAB Termin Pertama Pak Wahyu Pertanyaan 1. Apakah murid yang Bu Fiah semuanya memiliki hp? 2. Jika tidak memiliki semuanya, bagaimana pembelajaran yang dilakukan untuk murid yang tidak memiliki HP? 3. Jika punya semua, mungkin punya tips yang bisa dilakukan apabila beberapa murid tidak memiliki HP Jawaban 1. Mayoritas murid saya memiliki HP. Kebetulan ketika pembelajaran jarak jauh kemarin saya hanya mengajar 2 kelas. Dari total murid (72), yang tidak punya HP hanya 1-2. Dalam perjalanan pembelajaran jarak jauh selama kurang lebih 3 bulan, ada yang HP nya rusak/ hilang, jumlahnya sedikit. hanya 1-2  2. pembelajaran jarak jauh lalu, murid yang tidak memiliki HP menyusul tugasnya saat menjelang ulangan semester. Hanya ada satu murid yang tidak memiliki HP hingga akhir semester.  3. Berdasarkan yang saya pelajari dari berbagai diskusi TPD dan kurikulum sekolah lawan Corona. Bagi murid yang tidak memiliki HP, guru inisiatif untuk mengunjungi rumah muridnya kemudian memberikan rangkaian kegiatan selama satu minggu. Atau pun memberikan rangkaian kegiatan bermakna dengan melihat TV atau mendengar siaran radio.  Bu Dias Pertanyaan Bagaimana teknik berkomunikasi dengan orang tua murid agar bisa ikut mendukung proses pembelajaran jarak jauh? Jawaban Sebenarnya saya bukan termasuk orang yang mudah membangun komunikasi. Saya masih harus banyak belajar dari teman-teman tentang cara membangun komunikasi yang efektif. Kalau yang saya lakukan dengan murid saya (ini terutama anak wali), saya membangun obrolan tentang dampak corona terhadap pekerjaan mereka dan apa kendala yang dialami anak atau orang tua dalam mendampingi anaknya belajar. Ini saya lakukan via WA. juga membuat WAG Wali Murid. mungkin di beberapa sekolah sudah umum ya, seperti sekolah anak saya. Namun, di sekolah saya sepertinya belum sampai kesitu. ketika saya membuat WAG ini membernya cuma 10. karena kebanyakan tidak punya HP/WA. Namun, dengan media ini, saya bisa mengkomunikasikan agenda-agenda sekolah. untuk kendala dan dampak corona lebih via japri. Jadi saya memulai membudayakan  komunikasi dengan orang tua. Jika belum bisa mengikuti ig keluarga kita atau sesi keluarga kita di sekolah.mu dan pelatihan sekolah lawan corona untuk lebih lanjutnya Bu Nia Pertanyaan Adab, ilmu, amal. Yang saya tahu itu harus urut. Kaitannya dengan pembelajaran jarak jauh, kita belum tahu nih apakah murid juga gurunya ketika online dalam keadaan  glusar-glusur on the bed belum mandi atau sudah berpakaian rapi dan beradab. Nah bagaimana esensi dalam hal ini ya, mengutamakan adab. Benarkah pembelajaran jarak jauh akan selalu menjadi solusinya? (Refleksi kegelisahan dengan sikap-sikap murid secara umumnya yang seperti itu sama gurunya, maksudnya sudah jadi  rahasia umum) Jawaban Berbicara tentang perilaku atau kebiasaan murid selama pembelajaran jarak jauh, memang kita sebagai guru tidak memiliki kendali penuh akan itu. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan orang tua yang merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya. Berbicara tentang pembelajaran jarak jauh adalah solusi. pembelajaran jarak jauh bukanlah solusi untuk segala masalah pendidikan. Namun, pembelajaran jarak jauh adalah hal terkecil yang bisa guru lakukan untuk tidak menyerah terhadap keadaan. Karena kita tidak tahu kapan corona akan berakhir. Menjadi pilihan kita untuk menyerah kepada keadaan atau bergerak, beradaptasi dengan kondisi.  Baca Juga: Sekolah Lawan Corona Termin Kedua Bu Eki  Pertanyaan  1. pembelajaran jarak jauh itu RPP nya sama tidak dengan RPP Tatap muka biasa?  2. Biasanya ketika tatap muka, saya mengandalkan media boardgame agar murid lebih bersemangat dan interaktif. Dengan pembelajaran jarak jauh, bagi saya menjadi kurang helpful. Adakah rekomendasi media yang cocok digunakan di segala keadaan?  Jawaban 1. Esensi RPP tatap muka dan daring sebenarnya sama. Mencakup tujuan, asesmen dan strategi pembelajaran. Perbedaannya pada strategi atau langkah-langkah pembelajaran yang perlu disesuaikan dengan kondisi. Untuk tujuan dan asesmen juga hendaknya lebih disederhanakan, tidak semata mengejar materi. tapi lebih memberdayakan konteks. dalam asesmen juga perlu memberikan keleluasaan waktu dan pilihan jenisnya. Lebih lanjut bisa, melihat referensi RPP Daring di “Guru Berbagi” 2. Sama dengan pernyataan bahwa tidak ada strategi yang sempurna, tidak ada juga media yang sempurna yang cocok digunakan di segala keadaan. Harus menyesuaikan dengan kompetensi yang ingin dicapai. Sebagai referensi, bisa melihat berbagai contoh pembelajaran jarak jauh yang sudah launching di YouTube sekolah.mu nggih. Bu Niken  Pertanyaan Di infografis disebutkan salah satu miskonsepsi pembelajaran jarak jauh adalah dilaksanakan secara online atau daring. Nah kalau itu miskonsepsi yang benarnya yang seperti apa Bu? Jawaban pembelajaran jarak jauh bisa dilakukan meskipun tanpa koneksi internet. Salah satu contohnya yang dilakukan Pak Iwan KGB Bandung. Beliau melakukan kunjungan ke murid melalui program guru kunjung, atau yang dilakukan salah satu guru di Paninggaran, Bu Vika Inayati. Contoh lain, misalnya dengan membuat kelompok belajar antara murid yang rumahnya dekat (tapi dengan cara tidak berkerumun, misalnya maksimal 3/4). Semua ‘obat nya bisa diperoleh jika kita sudah memetakan kondisi murid di awal. Bu Rayinda Pertanyaan Selama pembelajaran jarak jauh bagaimana kira-kira seorang guru bisa mendukung gerakan pendidikan karakter selama mengajar dari rumah? Apakah masih perlu kita sebagai guru menanamkan gerakan penguatan pendidikan karakter selama murid di rumah? Kalau iya, ada saran caranya?  Jawaban  Pendidikan karakter saat memang tantangan tersendiri ya Bu. pelajaran tatap muka saja, terkadang saya kewalahan mendampingi murid-murid. Dengan kondisi ini, kita dipaksa untuk “mengembalikan keluarga/orang tua ke khittah-nya” yakni tempat pertama dan utama berlangsungnya pendidikan. Lembaga pendidikan hanyalah opsi, bukan kewajiban. Oleh karenanya, perlu banget membangun hubungan yang baik dan melibatkan orang tua. Bicara perlu atau tidak, jelas sangat perlu Bu. Sementara ini yang bisa saya lakukan … Read more